"Pak, Non Keyta dari tadi siang ngambek. Ndak mau saya anterin ngaji ke TPQ, saya ajak mandi sore juga ndak mau. Dia ngurung diri terus di kamarnya. Saya ndak boleh masuk."
Siti mencegat Kenzo yang baru kembali ke rumah pada pukul 19.00 malam. Asisten baru itu memperlihatkan wajah panik ketakutan sembari mempermainkan jari-jemari tangannya. Seolah berharap Kenzo tak akan memarahinya.
Kenzo sendiri hanya menghela napas dan diam selama beberapa detik. Ia sudah cukup kelelahan melawan dirinya sendiri yang sejak pagi kacau dan sekarang masih harus disuguhi dengan laporan mengenai putri kecilnya yang kembali berulah. "Nanti saya akan ke kamarnya. Saya mau membersihkan badan dulu."
"Saya minta maaf lho, Pak. Saya sudah...."
"Tidak apa-apa, Mbak. Mungkin dia marah sama saya karena tadi nggak jadi jemput ke sekolah. Sekarang, Mbak istirahat saja. El sudah tidur, 'kan?"
Siti mengangguk sembari menggigit ujung bibir dan pamit undur diri. Setelah membersihkan diri dan menganti pakaian dengan piama, Kenzo kembali keluar, mengetuk kamar Keyta yang berada tak jauh di sisi kanan kamarnya.
"Sayang...? Bukain pintunya, Nak. Papa kangen, nih!" panggil Kenzo sarat bujuk rayu.
Tak berapa lama kemudian pintu terbuka dari dalam. Keyta masih mengenakan seragam sekolahnya, berdiri menyambut Kenzo sambil memperlihatkan wajah cemberut.
"Lho ... kok putri cantiknya Papa belum ganti baju?" Kenzo membungkuk sambil mengusap lembut kepala sang putri yang masih betah memberengut. "Maafin Papa karena tadi nggak bisa jemput kamu sama Kal, ya?"
"Keyta nggak mau sekolah lagi." Keyta melengos dan berlari naik ke kasurnya.
"Kenapa?" Kenzo mengikutinya duduk di bibir ranjang.
"Karena nggak ada yang suka sama Keyta!"
"Siapa yang bilang?"
"Tadi di sekolah pas Keyta salam ke bu guru dan memperkenalkan diri, bu gurunya nggak mau jawab dan malah ninggalin Keyta."
"Mungkin bu gurunya lagi buru-buru."
"Tapi jawab salam wajib, 'kan, Pa?"
Kenzo tersenyum.
"Meski buru-buru kalau denger salam ya harus dijawab. Pokoknya Keyta nggak mau sekolah. Keyta juga nggak mau ngaji di TPQ."
"Kalau Keyta nggak mau belajar, nanti Keyta nggak punya bekal ilmu."
"Kan Keyta bisa diajarin sama Papa di rumah." Gadis kecil itu ngeyel. "Mama pernah bilang kalau sebenarnya Papa itu pinter banget. Papa bisa jadi gurunya Keyta."
"Memiliki lebih banyak guru akan lebih baik untuk kamu, Cantik. Keyta akan menjadi semakin kaya ilmu jika memiliki banyak sumber ilmu."
"Pokoknya Keyta nggak mau. Titik."
Ah, keluar lagi Tania-nya. Kenzo terdiam sejemang sambil menatap wajah sang putri lekat-lekat. Mata, hidung, juga bibirnya. Keyta memiliki semua wajah Tania yang begitu sangat ia rindukan.
"Besok, gimana kalau Papa temenin Keyta ke sekolah dan bertemu lagi dengan bu guru yang cuekin kamu? Kita pastikan, apakah bu guru itu benar-benar berniat mengabaikan Keyta atau tidak sengaja melakukannya. Jadi, Keyta nggak perlu buru-buru berburuk sangka sama beliau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Surgaku (Belum Revisi)
Romance(Sequel Kenzo Arashi) Kebahagiaan pernikahan Kenzo diuji ketika istrinya, Tania, tiba-tiba menghilang di saat menjelang kelahiran anak ke-3 mereka. Pasca setahun kehilangannya, sosok Kikan-yang memiliki wajah serupa Tania-muncul sebagai guru di seko...