- : ' 𝙥 𝙧 𝙖 𝙮

3.8K 465 16
                                    

Mobil mereka melaju dalam kecepatan sedang, menyisir jalanan Provinsi Kanchanaburi yang sengaja dibuat berliku. Phupha tampak fokus mengemudi sedangkan Tian asik menatap dunia luar lewat jendela di sampingnya.

Dalam pemandangan malam yang gelap, Tian bisa melihat refleksi dirinya dengan lebih jelas. Di saat bersamaan, dirinya seolah bisa melihat isi hatinya sendiri. Ia menjadi lebih tahu tentang apa yang benar-benar ia inginkan.

Tian saat ini sebenarnya sedang tidak memerhatikan pemandangan luar, ia justru menatap lekat refleksi pria besar yang duduk di sampingnya.

Menyadari tingkah konyolnya sendiri, Tian tertawa kecil. Ia benar-benar bodoh. Ada Phupha yang duduk tepat di sebelahnya, namun ia memilih menatap refleksi Phupha di jendela mobil.

Phupha melirik jam di tangan kirinya. Hari mulai larut, jam tangan digital tersebut menunjukkan pukul 21:00 di layarnya, "Apa sebaiknya kita pulang saja?" tanyanya.

Meski baru mengenal selama beberapa minggu, Phupha sudah tahu fakta penting: Tian tidak tidur larut malam. Jadi, sebelum terus melanjutlan perjalanan, Phupha ingin memastikan keadaan Tian lebih dulu.

Tian mengerutkan keningnya, tertawa renyah, "Pulang? No, no, I'm totally fine. Aku nggak papa," katanya.

Phupha hanya mengangguk paham dan kembali menancap gas.

Mereka masih punya 1 pemberhentian lagi dalam perjalanan panjang malam ini. Sebuah pemberhentian spesial, Wat Pha Luang Ta Bua.

Selain dikenal dengan wisata pemandangan alamnya yang hijau dan asri, Kanchanaburi adalah sebuah daerah di barat Thailand yang dikenal dengan wisata situs sejarah dan religi-nya. Salah satu destinasi religi populernya adalah Wat Pha Luang Ta Bua, yang akan menjadi penutup perjalanan Phupha dan Tian malam ini. Wat Pha Luang Ta Bua atau yang biasa dikenal dengan sebutan Tiger Tample ini adalah sebuah kuil Buddha Theravada yang dibangun di tahun 1994. Kuil tersebut didedikasikan sebagai habitat suaka hewan liar, khususnya harimau.

.

Di depan patung Buddha, Tian menutup kedua matanya. Difokuskan pikirannya. Tangannya mengatup. Sekejap, beribu puji syukur dan doa ia panjatkan menembus langit. Seluruh kegelisahannya ia tumpahkan saat itu juga.

Dalam dinginnya malam, Tian bersyukur akan hal - hal kecil yang ia terima hari ini secara cuma - cuma. Ia memulai bersyukur dari hal - hal yang sangat sederhana, seperti betapa ia bersyukur masih bisa bernafas hari ini, masih bisa makan dan minum hingga kenyang, masih bisa mengenakan pakaian layak, juga bersyukur karena diberi kesempatan berkenalan dengan Phupha.

Seulas senyum tulus terpatri indah di wajah Tian. Tuhan memberinya banyak kebahagiaan hari ini.

Tian kembali membuka kedua mata indahnya. Sorot matanya lembut menatap lurus. Di bawah sinar bulan, matanya tampak seperti berlian yang berkedip.

Phupha terus memandang lekat sosok Tian. Ini adalah kali pertama ia melihat seseorang begitu indah saat sedang berdoa.

Phupha bukan seorang penganut Buddha yang taat. Ia tidak begitu percaya pada kekuatan sebuah doa. Namun, jika ada satu doa yang ingin ia panjatkan sekarang, itu adalah...

Tuhan, izinkan aku terus bersamanya.

. . .

"Don't forget to like, comment, and subret!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't forget to like, comment, and subret!"


-- Gimana puasanya? apa gapapa semisal aku terus update selama Bulan Ramadhan ini...?

Alpha Centauri ✦ ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang