6. Paris Fashion Week

42.9K 2.9K 273
                                    

"Don't forget me, i beg."

HARI yang Ara tunggu-tunggu. Acara akan dimulai pukul 10 pagi. Ara sedang berada di ruang berias dan bersiap diri. Sementara para tim mengecek segala sistem berharap tidak ada kendala nantinya.

Seluruh undangan serta poster mengenai pameran ini sudah tersebar di seluruh kota Paris.

Yang Ara takutkan hanya satu: ia takut jika nanti tidak berjalan dengan lancar.

"Ara," panggil Flo.

Ara menoleh ke arah Flo. "Ada apa?"

"Di suru kumpul buat briefing."

Ara mengangguk lalu pergi bersama Flo ke ruangan khusus pengarahan. Semua siswi modelling akan diberi pengarahan mengenai berjalan di atas catwalk yang akan dilihat banyak orang.

Yang pastinya tetap tersenyum dengan tatapan lurus dan menjaga keseimbangan.

Setelah diberikan pengarahan, Ara memutuskan untuk memakan buah untuk mengisi perut kosongnya. Ara berjalan di atas catwalk hanya satu kali, setelah itu ia bebas untuk berkeliling melihat bermacam-macam model baju.

•••

Pakaian formal melekat di tubuh Aksa, memberikan kesan maskulin dan juga dewasa.

Aksa duduk di kursi yang berada di ruangannya. Menatap sebuah layar beradiasi yang sedang menampilkan grafik perkembangan perusahaan.

Ia melepas jasnya lalu menggantungkannya di tiang yang berada di sudut ruangannya. Menggulung lengan kemeja sampai ke siku serta membuka dua kancing teratasnya. Entahlah menurut Aksa suhu saat ini cukup panas atau mungkin gara-gara ia cukup lelah dengan urusan bisnis.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan Aksa dari layar beradiasi. Verronica memasuki ruangan Aksa seraya membawakan sebuah berkas penting.

Aksa menatapnya jengah. "Apa lagi?"

"Ini informasi penting mengenai perusahaan," jawab Verronica seraya tersenyum.

"Udah?"

Verronica mengangguk dengan senyum yang tetap melekat di wajahnya.

Aksa menatap Verronica bingung. "Kenapa masih di sini?"

"Siapa tau Anda perlu bantuan?" Verronica tersenyum kikuk.

"Untuk saat ini nggak. Bisa tolong keluar?" Aksa berkata yang sudah termasuk sopan baginya. Iya, baginya.

Verronica menunduk lalu melangkah pergi. Sungguh anak pemilik perusahaan ini sangat angkuh menurut Verronica.

Aksa menatap dua berkas dengan malas. "Kapan kelarnya coba?"

Ia berdiri dari duduknya. Lalu, melangkah keluar dari ruangan tanpa menggunakan jas dan dasinya kembali.

Aksa tetaplah Aksa.

Ia menggunakan lift untuk menuju lantai satu. Cowok itu butuh udara segar saat ini.

"Aksa!"

Itu suara Gres.

Aksa menoleh seraya mengangkat salah satu alisnya. Gres menyerahkan sebuah amplop hitam dengan pita emas.

Aksara 2: Meet me in Eiffel [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang