2. Lakuna

45.9K 2.7K 128
                                    

Lakuna; ruang kosong atau bagian yang hilang.

AKSA menepati janjinya kepada Teresia. Mereka berjalan beriringan di koridor kampus, terlihat seperti sepasang kekasih walau tidak ada ikatan status di antara mereka.

Teresia sesekali membuat Aksa terkekeh geli karena tingkahnya. Setidaknya, untuk sementara waktu biarkan Aksa mengistirahatkan pikirannya untuk menjelajah masa lampaunya.

Sesampainya di Starbucks. Teresia mencari tempat duduk yang kosong, sedangkan Aksa berjalan menghampiri bartender, lalu memesan dua minuman.

"For you." Aksa meletakan minuman favorit Teresia di depan pemiliknya. Gadis berambut ombre itu menerimanya dengan senyuman lebar.

"Thank you," ucap Teresia dengan nada ramahnya.

Mereka duduk berhadapan. Pemandangan kampus yang sejuk membuat mereka terasa segar akan udara di sini.

Teresia menatap cowok di depannya yang sedang memandang pohon di depan Starbucks.

Ia kagum dengan wajah Aksa yang begitu sempurna. Rahang yang kokoh mempertegas aura Aksa, terkadang ia berpikir: Aksa menganggapnya siapa?

Pernah suatu waktu, ketika mereka sedang melaksanakan kegiatan awal masuk kampus istilahnya ospek jika di Indonesia. Tatkala Teresia lupa membawa sebuah perlengkapan tertentu, dan saat itu Aksa menyodorkan bantuan kecil namun berarti.

Teresia gugup ketika Aksa menatapnya balik. Lalu, Aksa terkekeh. "Nggak usah gugup gitu."

Cewek itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menatap Aksa dengan canggung.

"Lihat deh." Aksa menunjuk pepohonan yang memekar indah setelah gugur jatuh.

"Indah ya," ujar Teresia menanggapi perkataan Aksa.

Aksa mengangguk. "Gue belajar sesuatu. Dari daun yang rusak kemudian gugur, lalu bersemi menjadi daun yang baru."

Perempuan itu menatap Aksa penasaran. "Apa?"

Aksa menarik napasnya panjang, lalu tersenyum. Senyum itu yang dulu hanya milik seseorang. "Ketika kita lelah lalu gugur. Itu bukan berarti kita kalah kan?" tanyanya.

Ditanggapi anggukan oleh Teresia.

"Diri kita yang lama akan gugur, digantikan dengan diri kita yang baru. Dan, pastinya akan lebih indah dari sebelumnya. Gue paham kenapa dulu hidup gue serba berantakan, dan akhirnya gue gugur karena perihal kepergian seseorang, nyatanya gue diharuskan buat jadi diri gue yang baru." Kalimat yang Aksa lontarkan membuat Teresia kagum akan hal itu.  Sudah beberapa tahun Teresia berteman dengan Aksa, baru kali ini cowok itu mengatakan hal yang mungkin bermakna bagi Aksa.

Ia tidak terlalu menahu tentang masa lampau Aksa. Lagi pula, Teresia menghargai Aksa. Ia tidak memaksa Aksa memberitahunya. Paling tidak, cowok itu hanya berkata: seseorang, dia, cewek itu, wanita berharganya. Tidak menyebutkan nama dan hal spesifik lainnya.

•••

Cowok menyebalkan duduk di samping Ara. Ara bingung mengapa cowok ini selalu mengejarnya. Apakah ini ulah Flo? Entahlah ia tidak tahu.

"What are you doing?!" Ara menggunakan nada yang sedikit meninggi, berharap cowok ini kesal padanya. [Apa yang kamu lakukan?!]

Justru sebaliknya, cowok ini malah terkekeh geli. "I wanna see you." [Aku ingin lihat kamu]

Ara menghela napasnya kasar. "Please, Dean. Go away." [Tolong, Dean. Pergi]

Lelaki yang bernama Dean tetap tersenyum walau sudah ditolak oleh Ara. Ia campuran antara Australia dan Indonesia.

Pertama kali Dean bertemu dengan Ara adalah di perpustakaan kampus. Ia mendengar desas-desus bahwa Ara memiliki darah Indonesia, semenjak itulah Dean gencar mendekati Ara. Apalagi dengan keunikkan cewek itu, memancing Dean agar tidai menyerah.

"Gue nggak ganggu lo, kok. Terserah lo mau ngapain, yang penting gue tetep di samping lo," jelas Dean yang hanya dibalas helaan napas oleh Ara.

Ara kembali membaca buku di taman kampusnya. Fokus dengan alur dari cerita buku tersebut, mengenai seorang putri dari kerajaan tertentu yang kehilangan pangerannya.

Sangat miris dan menyentuh. Melihat kedua anak bangsawan yang sama-sama saling berjuang untuk kembali berjumpa.

Apa kabar dia? Pikir Ara.

Sedangkan, Dean dengan sabar menunggu Ara hingga selesai membaca.

"Ara!" Suara Flo mengalihkan Ara dari buku bacaannya.

Ara tersenyum hangat berbeda ketika ia sedang bersama dengan Dean. "Seminggu lagi ada pameran fashion!"

"Seriusan? Really?" Ara bertanya dengan penuh antusias. Sudah lama kampusnya tidak mengikuti pameran kembali. Karena pameran itu bersifat rolling dan kini giliran kampus Ara.

"Siapa yang jadi modelnya? Kita ikut kan?" tanya Ara lagi.

Flo mengangguk dengan semangat. "Iya! Dari kampus kita ada 5 orang termasuk kita."

Ara meloncat kegirangan. "Yey!"

Dean dan Alex hanya menatap mereka kebingung seraya tersenyum paksa.

Alex berjalan mendekati Dean, lalu menyikut lengan Dean seraya menatap Ara yang masih kegirangan.

"How about Ara?" tanya Alex. [Bagaimana dengan Ara?]

Dean mengendikkan kedua bahunya. "I don't know. It seems like Ara is keeping her heart for someone." [Aku nggak tahu, sepertinya Ara sedang menjaga hatinya untuk seseorang]

TBC

—haiiii

apa kabar?

makasihh banyak banget buat kalian yang udh baca, vote, bahkan komen dr Aksara sampai Aksara 2

makasih juga ucapan semangat kalian. semangat juga buat kalian, jaga kesehatan😍

kalo misal ada yg salah silahkan dikoreksi😉

—see you

Cilacap, 17 April 2020 

Aksara 2: Meet me in Eiffel [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang