8. Menjemput

43.9K 2.9K 152
                                    

Semuanya sama, hanya kondisi kita yang beda.

—Aranita Quenby Elvina

AKSA berada di Apartemennya. Merapihkan pakaian formalnya sebelum berangkat menuju kantornya. Memakai parfum dengan wangi maskulin ke arah pergelangan tangannya.

Setelah itu, ia memakan sebuh roti serta meminum segelas susu putih untuk mengganjal perutnya sesaat.

Untuk hari ini, Aksa meminta berangkat dengan kendaraannya sendiri. Dengan alasan, ia akan ada urusan nanti.

Ia meraih kunci mobilnya yang tergantung. Lalu, segera untuk turun menuju lantai satu.

Lykan kesayangan Aksa melesat sempurna di tengah kota Paris. Mata tajamnya memandang lurus jalanan yang sudah ramai, wajah seriusnya semakin memperlihatkan sisi maskulin Aksa.

Sesampainya di kantor, Aksa disambut dengan Verronica. Ia langsung melepas jasnya dan memberinya kepada gadis itu tanpa menatapnya.

Banyak yang menyapanya dengan ramah, sedangkan Aksa membalasnya hanya dengan satu kali anggukan kepala. Aksa memasuki ruangan kerjanya, menggulung lengan kemeja sebelum ia duduk di kursi.

Verronica mempersiapkan segala berkas yang perlu Aksa baca.

"Ini target perusahaan, terus yang ini grafik perkembangan, dan yang terakhir dokumen saham." Verronica meletakan berkas tersebut di meja kerja Aksa.

"Oke. Terimakasih," ucap Aksa seraya menatap Verronica.

Gadis itu mengangguk, lalu melangkah keluar sebelum Aksa menyuruhnya.

"Tunggu!" Langkah Verronica terhenti. Ia membalikkan badannya menatap Aksa yang juga menatapnya.

"Tolong kosongkan jadwal saya untuk nanti siang sampai sore. Saya ada urusan pribadi," ucap Aksa dengan formal. Memang seperti itu sifat seorang pembisnis menurut Aksa.

"Baik, akan saya kosongkan," jawab Verronica dengan tersenyum sopan.

Verronica berjalan menuju ruangannya. Seraya berpikir mengenai ucapan Gres kala itu.

"Masa iya, Aksa udah punya pacar? Cowok songong kaya Aksa bisa jatuh cinta juga?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia duduk di sebuah single sofa. "Lagian yang jadi pacar Aksa juga harus sabar. Gue aja sabar banget ngadepin tuh anak, jadi penasaran siapa pacar Aksa."

•••

Ara mengikat rambutnya menjadi satu. Lalu, memoles bibirnya menggunakan sedikit liptint.

Ia meraih sepatu booties yang berwarna hitam pekat dan terlihat cocok dengan dress putih gading yang Ara kenakan.

"Mama Ara pergi kuliah dulu." Ara berpamitan kepada sang Mama.

Seperti biasa Ara berjalan kaki menuju kampusnya. Ara bersyukur karena busnya datang lebih cepat dari biasanya.

Ara menscan kartu sebelum menduduki kursinya. Ia duduk di sebelah jendela, memasang kedua airpodsnya seraya menikmati pemandangan pagi kota Paris.

Ia ingin kota Paris ini akan menjadi awalnya yang baru. Namun, mengapa ia kembali dipertemukan? Kini, ia berada di ambang rasa bimbang. Harus memberi Aksa kesempatan kedua atau tidak.

Ara percaya bahwa Aksa adalah sosok pria yang baik. Aksa mempunyai daya tarik tersendiri dalam auranya, ia termasuk sosok pria yang menyatakan rasa sayangnya dalam sudut pandang yang berbeda.

Aksara 2: Meet me in Eiffel [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang