4. Lavender

41.1K 2.7K 111
                                    

PAGI ini, Aksa akan berangkat menuju Perancis lebih tepatnya ke kota Paris. Ia berangkat seorang diri, Asa dan Mamanya akan menetap di Amerika.

Teresia menemani Aksa di Bandara sampai cowok itu menaiki pesawat tujuannya. Keadaan hening, sama-sama tidak ada yang ingin membuka suara. Keduanya bergulat dengan pikirannya sendiri.

Suara tanda keberangkatan Aksa sudah diumumkan. Aksa berdiri diikuti oleh Teresia.

"Gue pergi dulu ya, jaga diri di sini." Ucapan pamit Aksa.

Teresia mengangguk seraya menahan air matanya. "Take care."

Aksa mengusap air mata Teresia. "Don't cry."

Kemudian, Aksa meninggalkan Teresia sendiri. Ia berjalan menuju pintu yang telah diinformasikan.

Aksa mencari nomor kursinya yang sesuai dengan tiket. Dan ketemu!

Kursinya tepat di sebelah jendela.  Sehingga Aksa dapat menikmati indahnya awan di dalam pesawat.

Aksa mematikan ponselnya, ia memperhatikan pramugari yang sedang menjelaskan kegunaan alat keselamatan yang ada di pesawat ini.

Akhirnya pesawat ini terbang layaknya burung di atas awan putih. Yang dilakukan Aksa selama perjalanan hanya melamun, menonton film di layar kecil yang tersedia di setiap kursi penumpang.

Lama perjalanan ini kurang lebih 7 jam dari kota New York menuju kota Paris. Sesekali Aksa tertidur untuk sejenak mengistirahatkan pikiran serta matanya.

Lalu, ia mengeluarkan sebuah album kecil. Album yang ia beri nama: Me and my girl.

Lembar demi lembar Aksa buka. Setiap foto Aksa tatap lamat-lamat, mengulang kembali kisah yang lama ketika dirinya sedang merasa berharga.

Aksa mengamati foto gadis kecil yang ia dapatkan hanya karena insiden kecil dan membuahkan ribuan kenangan yang tak terlupakan.

"Gue pasti temuin lo," gumamnya lirih seraya tersenyum tipis namun bermakna.

•••

Ara memperhatikan dosen yang sedang menjelaskan menjaga keseimbangan di atas catwalk. Setelah itu mereka akan melakukan praktik menjaga keseimbangan dengam meletakan buku demi buku di atas kepala mereka. Kemudian, berjalan lurus.

Sesekali Ara mencatat hal-hal penting yang dosen ucapkan. Kini, waktunya untuk praktik.

Flo terlebih dahulu melakukan praktik sebelum Ara. Flo berhasil menjaga keseimbangannya hingga 3 buku di atas kepalanya. Giliran Ara untuk mencobanya.

Ara berdiri di tengah catwalk mini. Sang Dosen memberinya satu buku terlebih dahulu, lalu diberikan kesempatan untuk berjalan lurus. Lalu, buku kedua dan seterusnya.

"Perfect!" puji sang Dosen ketika Ara dapat mencapai 5 buku. Ara tersenyum, kemudian mengangguk sopan.

Ia kembali duduk di sebelah Flo. Flo mengacungkan ibu jarinya dengan bangga kepada Ara.

Ini adalah mata kuliah terakhir dan waktunya pulang. "Pulang naik apa, Ra?"

"Kendaraan umum lagi."

"Sama Flo aja yuk?" tawar Flo dengan ramah.

Ara menggelengkan kepalanya. "Nggak deh, lagi pengen naik bus lagi nih," tolak Ara dengan halus.

Flo mengerti dengan kemauan Ara. "Ya udah deh, duluan ya." Gadis berambut pendek ini berjalan meninggalkan Ara dan menghampiri Alex yang berdiri di depan pintu.

Tak lama kemudian Dean memasuki kelas Ara. "Hey, beautiful!"

Ara memutar bola matanya malas. "Kenapa lagi?"

"Pulang bareng yuk?" ajak Dean dengan antusias.

"Sorry, Dean. Gue lagi mau naik bus aja," tolak Ara kedua kalinya seraya tersenyum paksa.

Dean memasang muka masamnya. "Yah, kok gitu? Kali ini aja."

Ara meraih tangan kanan Dean. Tentu saja jantung Dean berdegup kencang. "Sorry banget. Gue nggak bisa, lain kali aja ya."

Tolakan Ara yang paling lembut yang pernah Dean dengar. Serasa dihipnotis dengan tatapan indah Ara serta senyum manisnya, membuat Dean mengangguk pelan.

Ara langsung melepas tangan Dean dan segere melangkah ke luar kelas.

•••

Ara turun dari sebuah bus. Ia sengaja untuk berjalan sebentar menikmati udara sore kota Paris. Rambut yang Ara kuncir menjadi satu bergerak beriringan dengan langkah Ara.

Tak lupa dengan kalung berliontin ungu menghiasi leher jenjangnya.

Ara melangkah dengan pelan, angin sepoi menerpa wajahnya. Lalu langkahnya terhenti ketika ia melewati sebuah toko bunga.

Ia memasuki toko tersebut. Suara bel berbunyi bersamaan dengan pintu yang Ara buka.

Ara tersenyum ramah dengan penjaga toko. Langkahnya terus berjalan mengitari berbagai bunga indah yang terpajang.

Hingga langkahnya behenti ketika melihat bunga berwarna ungu.

Lavender.

Bunga ini yang ia dapatkan dari seseorang dulu.

Lalu, Ara mengambil satu buket bunga lavender. Membawanya kepada si penjual.

Penjual membungkus bunga itu. Sempat si penjual bertanya bunga ini untuk siapa, Ara hanya menjawab bahwa bunga ini untuk dirinya sendiri.

Mengobati kerinduan.

TBC

—haiiiii

Aksa ke paris nih, ketemu ga ya?

kira kira ketemunya dmn? ad yg bisa nebak?

makasihhh semuanyaa❤

—see you

Cilacap, 18 April 2020




Aksara 2: Meet me in Eiffel [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang