part 1

55 3 1
                                    

Happy reading!


***

Gadis itu berjalan, mengendap-ngendap seperti seorang pencuri. Menuruni satu persatu anak tangga dengan hati-hati. Kakinya berjalan seraya berjinjit-jinjit ketika dirinya sudah berada di lantai bawah. Berharap tidak akan ada yang melihatnya.

"El, kamu sarapan dulu El!" Pupus sudah harapannya, mendengar seruan ibunya dari arah dapur.

Gadis itu menoleh. Rambut gelombang bewarna hitam dengan sedikit warna coklat muda itupun tersibak mengikuti kepala gadis itu. Anak rambut berceceran didahinya yang berwarna kuning langsat bersih.

"Elina nggak kebiasa sarapan bu!" jawab Elina.

Setiap pagi Elina akan kabur ketika semua orang dirumahnya akan sarapan. Memilih untuk tidak pernah sarapan pagi. Bukan tanpa alasan. Dia selalu skip sarapan karena pencernaannya yang eror. Dia akan kebelet boker saat makan diwaktu pagi dan itu bisa menyebabkan dia terlambat berangkat ke sekolah. Selain itu, dia juga sebenarnya terlalu malas untuk makan diwaktu pagi. Mood makannya selalu hilang ketika masih pagi. Toh, dia juga tidak pernah mengalami mag hanya karena tidak sarapan.

Elina tidak menuruti perintah ibunya. Jika Elina sarapan bisa-bisa kena hukum dia karena telat masuk sekolah. Elina berjalan kearah pintu rumah bewarna hitam.

"Bu, Elina mau kabur!" seru Tony kakak keduanya. Mata bulat Elina mendelik lebar memperlihatkan iris mata coklat tuanya. Elina terkejut untuk kedua kalinya, berusaha lari keluar rumah. Tetapi, baru setengah langkah, telinganya ditarik dari belakang.

"Awww, kak sakit!" Sambil berjalan mengikuti arah jeweran yang diterima oleh telinganya.

"Kamu disuruh ibu sarapan. Apasih susahnya sarapan?!" kali ini kakak pertamanya yang berkumandang, tangannya masih menjewer telinga Elina dan menariknya ke arah meja makan. Setelah Elina duduk disalah satu kursi dimeja makan dengan wajah tertekuk, tangan kakak pertamanya yang bernama Andry, baru terlepas dari teling gadis itu.

"Nih makan aja roti tawar, nanti nggak akan kebelet boker deh," kata ibunya. Roti tawar dengan diolesi susu kental manis rasa coklat tersedia didepan Elina.

Kakak ipar Elinapun turun bersama anaknya dan bergabung dengan mereka.

"Kak Aurel! Kak Andry jewer telingaku!" adu Elina kepada kakak iparnya. Dia istri dari Andry dan sudah mempunyai satu anak. Anaknya bernama Dion, kelas 8.

Aurel berjalan mendekati Elina. Elina yakin kakak iparnya akan membelanya dan memarahi kakak pertamanya. Sungguh hiburan yang sangat menyenangkan melihat kakak-kakaknya yang menyebalkan itu ketika dimarahi oleh ibu dan Aurel. Senyum terukir dibibir kecil Elina, sebelum kakak iparnya menepuk telinga Elina santai dengan tangan putih milik Aurel. "Nggak akan putus kok telingamu El," kata Aurel.

"Hah?!" Elinapun mengerucutkan bibirnya. Dia sangat kesal. Kenapa kali ini kakak iparnya tidak membela? Padahal dia sudah sangat mewanti-wanti Andry akan dimarahi oleh istrinya.

"Cuman kayak gitu?" tanya Elina kesal.

"Terus harus gimana?" tanya Kak Aurel dengan muka bingung.

Elina tidak menjawabnya dan memilih untuk memakan roti tawarnya dengan wajah kesal. Saat Elina ingin meminum dan tangannya hampir meraih gelas yang ada didepannya. Ada tangan yang lebih dulu meraih gelas itu. Dion, anak kakak pertamanya. Bocah itu yang telah mengambil gelas Elina. Dion duduk disebelah Elina lalu tanpa rasa dosa meminum isi gelas Elina.

"Woii, itu gelas gue!" kata Elina kesal.

"Hah? Emang ada namanya ya?" jawab Dion sambil memasang wajah begonya dan memutar-mutar gelasnya untuk mencari sebuah nama yang tertempel digelas itu.

GHOST : dan regnum metallumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang