Ghandha , Rasa Perduli.

425 169 53
                                    

シ︎ happy reading シ︎

♥︎
♥︎
♥︎

[- Kantin, Para berandalan-]

"Males ah gua" Ghani berujar dengan pandangan mata terlempar kesembarang arah.
"Maneh juga ngapain si pake acaraan nyari perkara segala, padhal masih banyak meja kosong tadi." sinis reza.
"Halah! Bilangin tuh sama si sahabat baik lu itu, gausa sok gaya gitu dong! gatau apa dia lagi ngomong sama siapa?"
"Yaelah ghan buat ngemeng sante sama lu aje dia males, apalagi nyari tau lu siape gedeg yang ada" Reza menahan tawa, ketika mendengar kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut ridwan.
"Diem lu, kok jadi malah ngatain gua sih!" Ridwan terdiam kikuk, omongan nya memang benar. Namun, tetap saja nyali nya menciut jika ghani meninggikan suara nya begitu.

"Eh- eh Ghan cewe lu noh, cewe lu" Reza menunjuk ke arah seorang perempuan berparas wajah manis yang saat ini berjalan mendekati mereka dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak mata.

"Ghan, lu gakpapa kan? gua denger tadi lu ribut sama anak Ipa"
Anindhya, Kerap kali disapa- Anin. Pacar dari seorang trouble maker sekaligus idaman para kaum hawa, Ghani.

Ghani memandangi wajah Anin dengan raut wajah kurang nyaman, respond dari Ghani ini sejujurnya sangat jauh dari yang diharapkan oleh Anin. Namun, gadis ini seakan sudah terbiasa dengan sikap acuh semacam ini dari, pacarnya sendiri. Bahkan terkadang Ghani sanggup mendiami Anin selama kurang lebih 2 bulan, padahal jika dia lupa Anin adalah kekasihnya.

"Apasih? Mending lu cabut deh nin, gak enak diliatin orang-orang noh, masa cewe nyamperin cowo, ditempat beginian pula."

Ziko, Ridwan dan Reza menatap setengah iba pada Anin yang saat ini hanya bisa diam merutuki dirinya sendiri yang sudah lancang datang kesini tanpa sepengetahuan Ghani.

Anin mengalah, daripada hadirnya hanya akan mengeruhkan suasana yang sudah memburuk, dia memutuskan untuk pergi dari sana.

"Maaf kalau gitu, permisi" Ghani hanya berdehem sebagai jawaban.

Setelah kepergian Anin, raut wajah Reza menjadi berubah 180° dari biasanya. Pandangan matanya seolah menunjukan bahwa kali ini, Ghani terlalu berlebihan pada gadis itu.

"Bringas lu, kasian Anin, dia masih cewek lu" Celetuk Reza membuat semua pasang mata menatapnya bingung.

"Gua ga doyan jadi tontonan cuma karna dia disini" Ghani menjawab dengan nada khas, santai. Lagi-lagi tak tersirat rasa bersalah sama sekali disana.

"Kalau lu semalu itu pacaran sama dia kenapa ga putus aja?"

- Boom -
Kalimat mematikan semacam itu, keluar dari mulut Reza tanpa aba-aba. Bahkan setelah mengucapkan nya Reza nampak linglung sendiri, merasa tak sadar dengan apa yang baru saja di ucapkannya.

'mati gua' batin nya prustasi.

"Maksut lu apa?!" Nada bicara Ghani menjadi sedikit lebih mencekam, menjadi dingin seakan saat ini dia sedang berhadapan dengan lawan nya.

"Sorry Ghan, gua bukan maksut nya gitu..." Kalimat Reza dipotong paksa oleh pergerakan tubuh Ghani yang tiba-tiba, dia berdiri dari duduknya, memandangi Reza dengan tatapan tajam.

- GhanDha -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang