Ghandha , Tentang ghani (2).

250 99 35
                                    

シ︎ happy reading シ︎

♥︎
♥︎
♥︎

Lampu dinyalakan, Amandha langsung sibuk dengan rasa kagum nya kepada nuansa kamar milik Ghani. Meskipun hitam mencekam tapi tertata begitu rapi, banyak poster-poster bergambar seorang pemain basket kobe bryan dan juga beberapa musisi ternama.

"Tunggu disini sebentar, gua mau kelantai bawah izin ke nyokap, ntar dikira gua apa banget lagi bawa cewe ke rumah, kekamar malahan" Amandha terkekeh, kemudian mengangguk pelan.

Sesaat setelah Ghani menutup pintu kamar nya, Amandha berdiri dari duduknya untuk melihat-lihat isi kamar Ghani secara lebih detail dan lekat.

Nampak beberapa figura foto Ghani dan keluarganya disana.

"Oh dia punya dua saudara ternyata, kirain anak tunggal" Gumam Amandha, memegang figura tersebut dengan hati-hati.

Amandha juga memperhatikan sajak-sajak buatan Ghani yang tertempel rapi didinding kamar, diantara poster-poster bergambar miliknya.

"Ternyata Ghani jago bersajak, keren" Gumam nya untuk kesekian kali.

Keasikan dengan kegiatannya sendiri, Amandha sampai tak menyadari kehadiran Ghani sedari tadi, disana.

"Lu ngapain si Dha?" Amandha terlonjak kaget, hampir saja dia terjatuh jika keseimbangan nya tak terjaga. Dia menoleh, mendapati Ghani disana dengan tatapan elang miliknya.

"Lu waktu kecil sering banget senyum" Ceplos Amandha asal, sementara Ghani masih diam saja memandangi Amandha yang berdiri dihadapannya.

"Emang sekarang ga pernah?"
"Jarang"

"Mau bikin gua senyum kayak difoto itu?" Amandha menoleh, kemudiann reflek mengangguk dengan antusias layaknya seorang anak yang baru saja ditawari segudang snack oleh ayahnya.

"Tetap berdiri disamping gua, jangan kemana-mana, jangan tinggalin gua"

Hanya satu kalimat dan beberapa kata, namun mampu membuat jantung amandha terpompa lebih cepat karnanya.

"Ca- capek lah gua, berdiri terus" Amandha bergumam, membuat Ghani tertawa kecil.

"Udah ah elah gampang banget lu gua jailin, buruan duduk, belajar" Amandha menurut.

Keduanya mulai berkutik dengan buku masing-masing, Namun Amandha masih tetap mencuri pandang ke arah Ghani sesekali.

"Eh Ghan, gua mau nanya dong, abisan gua kepo, males banget jadi penasaran, kalo penasaran gua kaga bisa tidur, kalo kaga bisa tidur gua.." Kalimat Amandha diputus paksa oleh Ghani.

"Buset, nanya tinggal nanya elah udah kayak mau pidato aja lu."

"Hehe, anu, tadi kan gua liat-liat poto lu ni, terus ada foto keluarga lu gitu tapi kok nyokap lu beda sama yang tadi sempet tegur sapa sama gua di lantai bawah?" Ghani terdiam, kemudian berjalan mendekati figura yang dimaksut oleh Amandha.

"Oh. Dia nyokap kandung gua, setelag foto ini diambil, nyokap sama bokap gua bertengkar hebat, bokap ngusir nyokap dari rumah ntah kemana nyokap gua cabut, gua juga kaga pernah dikasi izin buat nyari dia. Sampai skrang pun gua kaga tau dia dimana"

Demi apapun, kalimat ini sangat panjang, dan berharga bagi Amandha.

Amandha seketika merasa bersalah dibuatnya, sekarang sedikit demi sedikit dia mulai mengerti mengapa sosok Ghani ini sulit untuk didekati, dan mengapa hubungan Ghani dan keluarga nya seakan renggang.

"Sorry ya Ghan, yah jadi canggung kitaa" Gumam Amandha.

Ghani tersenyum untuk kesekian kalinya, tangannya meletakkan figura yang diraihnya tadi kembali ke tempat awal, lalu berjalan kembali untuk duduk disamping Amandha.

- GhanDha -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang