Ada Tamu

956 62 9
                                    

Suara mobil tetangga  membangunkanku dari perjalanan ke pulau Kapuk. Gak tau apa yang dipikiran tetanggaku nyalain mobil jam 4 pagi. Aku membuka mataku terdapat samar-samar wajah seseorang yang tampan...


Oh, ya. Aku lupa, kemaren kan kita tidur pelukan kek teletubies. Aku sebenernya gak mau ya ! Camkan itu ! Tapi dia bakalan terus ngotot dan aku males berdebat di malam hari. Kalian tahu kan kalo aku marah suaraku berubah kaya kaleng rombeng ? Bisa-bisa aku bakalan diusir ama warga. Makanya aku ngalah. Jujur aku tipe orang yang gak bisa dipeluk, dirangkul, dan dipegang sama orang lain. Aku bakalan merasa geli tapi entah kenapa kalo sama dia kok enggak ada reaksi apapun. Seakan reaksi itu hilang.

"Udah mau subuh. Bangun ah". Batinku sembari melepas kedua tangannya dan kakinya dari tubuhku. Dia benar-benar memelukku dengan erat.

Aku melangkah menuju kamar mandi dan berencana melakukan ibadah wajibku. Setelah itu, aku turun ke bawah menuju dapur untuk memasak makanan yang akan ku bawa dan untuk si W di rumah.

Selpas berperang dengan perkakas dapur, aku bergegas menuju kamarku untuk berpakaian.

"498, 499, 500... " Ujarnya menghitung gerakan pull up nya.

"WOI WOI ! Jangan pull up di sini cuy. Nanti patah !". Ujarku menyudahi olahraga si W. Aku melihat roti sobek yang menawan itu terbanjiri oleh keringat dengan urat-urat besar dan kecil menuju kejantanannya.

"Loh ? Kenapa ?". Ujarnya menuju padaku sehingga aku berusaha bersikap seperti biasa. Kurang ajar !

"Heh, itu tuh buat aku gantung baju. Kamu kan berat, kalo patah gimana ? Hayo jawab !". Ujarku dengan berkacak pinggang.

"Terus aku olahraga di mana ?". Ujarnya.

"Kalo mau, ayo ikut aku.". Ucapku padanya. Dia akhirnya mengekor padaku menuju lantai 4. Ya, di lantai ini terdapat ruangan mencuci, ruangan santai, perpustakaan kecil, dan balkon yang menghadap pemandangan komplek rumah ini dengan kolam renang berukuran sedang.

Dia terperangah melihat ini semua. Sampai aku ingin tertawa melihat aksinya.

"Kamu kalo mau olahraga di sini aja. Itu ada batang besi buat gantung taneman. Tapi karena tanemannya udah mati jadi kamu pake aja. Kalo itu mah kuat kok. Kamu juga kalo mau renang, di sini bisa. Akupun awalnya gak nyangka bakalan ada kolam renangnya. Padahal aku kan gak suka olahraga. Jadi kamu pake aja, ok ?". Ujarku.

"Ok. Makasih ya, Wilson". Ujarnya sembari memelukku, lagi.

"Iya, iya. Gak usah pake peluk-peluk segala kan bisa. Drama banget dah". Ujarku melepaskan pelukannya.

"Kalo kotak-kotak besi berwarna putih di dalam ruangan itu apa ?". Ujarnya.

"Oh... Itu ruangan mencuci. Kotak besi putih itu mesin cuci. Jangan kesana ya.". Ujarku melarangnya. Takutnya dia ngapa-ngapain itu mesin cuci. Rugi bandar aing ...

"Kalo ruangan itu ?". Ujar dia menujuk ruangan dengan pintu kayu dengan ukiran jepara itu.

"Oh, itu perpustakaan kecil. Kalo kamu mau baca buku bisa di sana. Kamu kalo mau santai bisa duduk di situ.". Ujarku menunjukan sofa berwarna hijau dengan meja yang panjang dimana itu adalah ruangan santai ku.

"Ok, Wilson. Kamu mau kerja ya ?". Ujarnya.

"Iya. JANGAN IKUT dan JANGAN NYUSUL, paham ?". Ujarku memberikan tekanan pada kata tersebut.

"Iya. Aku di sini aja kok. Aku janji". Ujarnya dengan senyumnya.

"Yaudah. Aku berangkat. Kalo kamu mau makan, nasi dan lauknya ada di lemari yang sama seperti kemarin, ok ?". Ujarku menuruni tangga.

The Extra-Terrestrial (E.T.) [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang