Perjalanan

487 38 4
                                    

*Sudut Pandang Wilson*

Hari berlalu begitu cepat hingga sampai di H-3 Kejuaraan Binaraga yang Ilham katakan. Aku sudah menghubungi temanku yang bertindak sebagai Manager di Hotel tersebut, senangnya punya banyak koneksi. Aku hari ini rencananya hendak membeli Tan untuk mewarnai badan mereka agar lebih gelap. 

"Mbak, ada Tan yang buat bikin badan gelap gak ?". Aku bertanya dengan penjaga toko alat kesehatan ini.

"Yang buat kontes itu ya, Mas ?". Aku mengangguk. Lalu dia berlalu ke belakang dan kembali ke sini dengan membawa barang yang aku minta.

"Buat kontes dimana, Mas ?". Aku memberinya lembaran uang padanya lalu dia mengembalikan kembaliannya padaku.

"Di Bandung, Mbak.". Dia tiba-tiba melihat tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Kok badan Mas gendut ?".

.

Jleb...

.

Hatiku sakit tapi tak berdarah. Aku hanya tersenyum getir lalu mengambil barang yang aku beli dan meninggalkan toko ini.

Sial ! Itu cewek frontal banget. Dia langsung bilang 'gendut' cuy. Kan ada kata yang lebih sopan gitu kaya.

'Mas kok badannya gak proporsional ?'.

'Mas kok badannya kebesaran ?'.

'Mas kok badannya kaya mobil tabung elpiji ?'.

'Mas, itu perut apa bola ? Bulet amat...'. Ehm... Enggak kalo ini sih.

"Udah dapet, Kak ?". Aku mengangguk dan menuju mereka yang sekarang lagi olahraga di balkon. Oh iya, akibat kecemburuanku waktu itu, Si W benar-benar berolahraga di rumah. Dia sama sekali gak mau pergi ke pusat kebugaran seperti Reza. Belakangan ini, dia juga semakin dekat dan selalu menempel denganku. Walaupun, sampai sekarang status hubungan kita tidaklah jelas.

Teman ? Tapi perilakunya lebih dari teman.

Pacaran ? Tapi dia gak pernah bilang suatu komitmen akan hubungan ini.

Cinta ? Pastilah, aku sangat mencintai dia namun entah bagaimana dengan dia.

"Kaya gini kan ?". Reza yang berlumuran keringat menghampiriku sementara W masih dengan pull-up nya. Reza mengamati Tan ini, benar kan itu yang dimaksudnya ?

"Iya bener, Kak. Makasih ya, Kak.". Aku mengangguk selepas itu duduk mengamati mereka yang sedang berolahraga. Otot-otot mereka sudah tumbuh sangat besar. Aku saja sampai menahan napas melihat tajamnya otot mereka yang sekarang berlumur keringat. Untung saja aku di balkon, jadi bau keringat mereka gak nyampe di sini.

W yang melihat ke arahku tiba-tiba berhenti berolahraga dan menghampiriku dengan badan penuh keringat yang membuat dia seperti piala yang sangat mengkilap. Anehnya, aku tidak menciun bau keringat dari W. Dia terlihat sangat jantan dengan definisi otot ekstrimnya itu. Urat-urat yang menjalar kemana-mana serta seratnya yang super ketat membuat aku terpana.

"Kamu mau bantu aku gak ?". Ucapnya membuyarkan lamunanku.

"Bantu apa ?". Aku menyerengit heran ke wajahnya tapi kehalang sama dadanya yang besar itu. Sumpah, rasanya aku pengen banget meremas dada yang keras itu.

"Ikut aku...". Dia menarik tanganku menuju bar yang tadi dia gunakan untuk pull-up. Tangan dia meraih bar itu lalu seluruh ototnya mengejang bereaksi.

"Peluk aku di pinggang. Aku butuh beban tambahan, boleh kan ?". Dia mau aku memeluknya saat seperti ini ? Oh Tuhan, semoga Wilson Jr. gak bangun deh. Aku langsung melingkarkan tanganku kuat-kuat ke pinggangnya serta kakiku pada kakinya.

The Extra-Terrestrial (E.T.) [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang