Jangan lupa vommentnya yah!
Happy reading!!!
Ternyata jika ingin mendaki gunung itu butuh modal yang lumayan besar. Dulunya sempat mikir kalau anak-anak gunung yang suka terlihat di stasiun, terminal ataupun bandara memakai ransel gede itu biasa aja. Malah ada yang hampir kayak gembel.
Walaupun baru pertama kali naik gunung, Shasa tidak mau asal-asalan. Seminggu sebelum berangkat, waktu itu dia nyempatin buat belanja perlengkapan gunung di toko outdoor. Dia membeli daypack ukuran 30 liter, sleeping bag, sepatu, sarung tangan tebal, jaket dan celana gunung. Untuk semua itu barang itu merk consina. Tidak lupa juga dia membeli matras untuk alas tidur. Total belanjaannya hampir 3 juta-an. Karena saran dari Zio, dia tidak perlu membeli carrier yang ukurannya lebih besar. Semakin besar ukurannya, harganya pun semakin mahal.
❄️❄️❄️
"Pelan-pelan dong, Sat. Tungguin gue!"
Satria berdecak. Dia berhenti dan membalikkan badannya menghadap Shasa yang tertinggal di belakang. Setelah cewek itu sejajar dengannya, Satria menahan tangannya.
"Tunggu, jangan jalan dulu!"
"Kenapa?" tanya Shasa heran. Cowok itu melepaskan tangannya.
"Kalau turun gunung itu ada tekniknya. Jangan asal, yang ada lo bakalan jatoh," ujar Satria.
Tumben gak irit ngomongnya, ada kemajuanlah, batin Shasa. "Gimana emang?" tanya Shasa lembut.
"Usahain tumit kaki lo yang nginjek duluan, jangan jalan lurus, agak menyamping gitu, kurang lebih kayak main sepatu roda. Nih gue contohin!"
Satria memberikan contoh melangkah begitu cepat sampai lumayan jauh ke bawah. Shasa yang paham langsung segera mencoba seperti apa yang Satria lakuin.
Sangat menyenangkan. Begitu cepat dia turun sampai di sebelah Satria yang berhenti sambil menunggu cewek itu.
Kurang dari 1 jam, mereka sudah berhasil turun dari pasir kerikil tersebut. Padahal waktu naik butuh waktu berjam-jam lamanya.
"Lo yakin lewat sini ke tenda kita di Kalimati?" tanya Shasa ragu.
"Hmmm."
"Perasaan semalam gak lewat sini deh," Shasa mencoba mengingat jalan yang ditempuhnya semalam.
"Bawel."
"Sat, gue takut. Nanti kalau kita nyasar gimana?" suara Shasa mulai bergetar.
Mendengar suara Shasa yang sudah mulai begetar, Satria langsung menoleh. Dilihatnya mata cewek itu nampak berkaca-kaca. Satria menghela nafasnya kasar. Dia paling malas sebenarnya berurusan dengan cewek, suka bikin ribet dan juga cengeng!
"Gak bakalan nyasar kok. Jangan takut, ada gue!" Dia berusaha menenangkan Shasa.
Bukannya tenang, Shasa malah menangis.
"Hiks... Hiks... Gu-e takut nanti kita gak bisa pulang. Hiks... Hiks"
Satria bingung, dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Gimana yah cara nenangin ini cewek? Gue mana pernah ngebujuk cewek lagi nangis, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHARAZA (TAMAT)
RomanceMOHON FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA! Ketika kamu pergi ke gunung, kamu melihat dan mengaguminya. Dalam arti tertentu, gunung memberimu tantangan, dan kamu mencoba mengungkapkan tantangan itu dengan mendakinya. Seperti halnya ci...