Desahan nafas jengah sudah jaemin lakukan untuk kesekian kalinya, pemuda itu memilih diam karena sudah terlalu bosan mengingatkan yangyang untuk sabar sedikit lagi.
Malam ini mereka pulang lebih awal karena kebetulan bahan bahan di cafe sudah habis, tidak seperti biasanya sih, tapi mengingat hari ini begitu banyak pengunjung ya cukup masuk akal.
"Duduk bentar yang ah, pusing gue liat lo kayak cacing kepanasan gini" decak jaemin sambil narik yangyang untuk duduk, dari tadi tetangganya itu memang gak bisa diam, misuh misuh gak jelas.
"Gawat na, nyokap gue mau kerumah katanya, anjirr komputer gue gimana nasib" cerocos yangyang namun tetap menurut dengan duduk di samping jaemin.
"Yaudah sih, bilang aja namanya juga bujang. Sesekali liat kan gapapa" balas jaemin dengan santainya.
"Ya emang wajar liat sekilas mah, tapi gue itu download sekalian dan lupa gak dihapus"
Jaemin menggeleng kepala nya heran, anak itu lantas mengalihkan pandangannya ke jalanan. Rasanya jaemin juga bosan menunggu bis, kenapa juga dia tadi gak kepikiran buat diam dulu di kafe. Terlebih kehebohan yangyang malah membuat kepalanya pening.
"Eh... Saya minta maaf paman, saya gak sengaja"
Atensi jaemin teralih hanya untuk dibuat kembali menggeleng kepala karena ulah Yangyang. Sepertinya anak itu terlalu heboh, jadilah seorang pria paruh baya terjengkang ke samping. Mungkin tidak sengaja tersenggol tubuh yangyang.
"Gapapa nak, saya baik-baik aja" balas pria itu seraya membenarkan posisi topinya lantas kembali duduk disamping yangyang.
Melihat itu jaemin memilih memalingkan wajah, mencoba pura pura gak kenal sama yangyang. Sedangkan tetangganya itu dari tadi hanya mengusap tengkuknya, entahlah mungkin gerogi.
Sampai akhirnya bis yang di tunggupun datang, jaemin segera beranjak masuk dengan yangyang mengekor di belakangnya. Keduanya memilih tempat duduk di belakang yang kebetulan masih kosong.
"Kayaknya gue parno gara gara drama psikopat" bisik yangyang setelah beberapa saat bis melaju.
Jaemin menoleh dengan kedua alis tertekuk, tanda bahwa ia mempertanyakan ucapan yangyang.
"Tuh pria yang itu, pakaiannya item semua, mukanya gak terlalu jelas karena pakek topi. Kayak si bareum, tau gak?" Jelas yangyang seraya menunjuk pria yang tadi tersenggol yangyang, kebetulan sekali masuk ke dalam bis yang sama.
"Bareum? Temen sekolah lo? Dia psikopat?" Tanya jaemin dengan polosnya.
"Gue bilang drama, na jaemiiiin.... Ih kok bego?!" Geram yangyang
"Ya santai kalik, gue kan gak suka nonton drama, hidup gue aja udah penuh drama"
"Kok jadi curhat?"
"Bukan curhat cuman kasih pengumuman aja"
"Terserahlah anjirr"
Mendengar itu, tawa jaemin seketika pecah, namun ia tetap menahannya untuk tidak terlalu keras, mengingat ia berada di dalam bis. Dan karena itu pula, jaemin sampai tidak menyadari sesuatu, bahwa semuanya sudah dimulai sejak ia masih berada di halte.
***
Malam ini agaknya begitu membosankan buat jisung, mama gak ada dirumah karena harus nemenin ayah dirumah sakit. Sekarang jisung sedang bersama jeno, menonton telivisi diruang tengah. Dan sepertinya jeno menyukai drama yang sedang ditayangkan, terbukti dengan fokusnya atensi jeno pada televisi.
Jisung sendiri tidak begitu menyukai drama yang sedang ditayangkan, jisung gak suka drama action, akan lebih baik jika menonton drama komedi.
"Hyung kenapa kita gak nginep dirumah sakit aja sih?" Gerutunya setelah beberapa saat jisung menahan kebosanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Page | NaJaeMin ✔️
Fanfiction[End] Jaemin tidak pernah menduga semuanya akan terjadi. Awalnya ia sudah pasrah dengan hidupnya, menerima bahwa dirinya hanya memiliki diri sendiri dan teman teman di panti. Namun siapa yang akan mengira bahwa tuhan masih berbaik hati untuk membuat...