19

3.7K 344 31
                                    

Jisung sudah bilangkan, bahwa dia akan membantu jaemin pelan pelan untuk mengembalikan ingatannya. Oleh sebab itu, beberapa hari terakhir adiknya itu selalu mengajak jaemin ke tempat tempat yang sering dikunjungi semasa kecil, atau menceritakan kisah masa lalu yang mereka alami.

Meskipun jaemin selalu menggumamkan kata maaf karena tidak mampu mengingat itu semua, jaemin tetap mengapresiasi adiknya itu karena mau berusaha.

Jaemin juga sering berkunjung ke rumah mama, sekalipun tidak sampai menginap, jaemin hanya masih sungkan untuk itu.

"makanya gak heran waktu itu lo bisa dengan mudah nemuin kuncinya, orang lo sendiri yang nyimpen"

Jaemin terkekeh sembari mengangguk setuju atas ucapan jeno. Seperti yang penah di katakan ibu, jaemin memang amnesia tapi kebiasaan tubuh tidak akan berubah, seperti mengambil kunci robot mainan ini, semuanya berjalan dengan natural.

"Tapi kok sekarang gak idup?" Tanya jaemin sembari membolak balik mainan robot di tangannya.

Omong omong jaemin sedang bersama jeno di ruang keluarga, tadi sih habis main game, tapi karena bosan jaemin memilih memainkan kembali robot yang tempo hari membuat jisung berteriak.

"Udah abis baterainya, waktu itu di mainin sama jisung" balas jeno seraya merebahkan tubuhnya dengan posisi terlentang.

"Pantesan" gumam jaemin, anak itu mengembalikan mainan tersebut ke tempatnya, setelahnya menghampiri jeno. Dengan santai anak itu ikut rebahan, menjadikan perut Jeno sebagai bantalan.

Setelahnya mereka membiarkan hening menguasai, sampai dua menit kemudian suara jeno kembali membuka percakapan.

"Asli dah jaem, gue gak nyangka kita jadi saudara sekarang" katanya yang di sambut oleh tawa dari lawan bicaranya.

"Lah gue malah gak nyangka ternyata gue masih punya keluarga, gue dulu sih nganggapnya gue udah sendirian sampai kadang mau nyusul papa aja"

Jeno mendengus seraya memukul pelan kepala jaemin yang berada di atas perutnya "kalok ngomong tuh yang bener, omongan do'a loh" tegurnya, namun kemudian anak itu mengaduh karena mendapat balasan dari jaemin sebuah pukulan di dadanya.

"Kata ibu gak boleh mukul kepala!!"

"Ck, iya sorry--tadinya siapa tau kan tu kepala gue toyor ingatan lo pulang"

"Mana ada, tapi Jen gue beneran loh--malah dulu gue udah sempet mau lompat dari atas gedung sekolah, untungnya sih ada haechan yang bikin gue sadar sama tindakan gue, coba kalok gak ada, mungkin gue gak ada disini sekarang"

Gak banyak, tapi jeno tidak bisa menahan untuk dirinya tersenyum. Kapan lagi kan adik barunya ini cerita padanya, apalagi ini hal yang cukup sensitif untuk di bahas. Dengan begitu jeno memilih diam dan menajamkan pendengarannya untuk menyimak setiap kata yang jaemin lontarkan.

"Waktu itu gue emang udah di nyatakan sembuh sama psikiater yang nanganin gue. Tapi setelah itu gue malah makin stress, selalu berusaha nginget semuanya, maksain sampai sakit sendiri"

Ada jeda beberapa saat setelah kalimat jaemin selesai, anak itu menghela nafas kemudian memejam saat pening itu tiba tiba ia rasakan, sampai suara jeno akhirnya kembali membuatnya membuka mata.

"Pasti berat banget buat lo 'kan? Tapi lo udah bisa bertahan hingga titik ini, lo hebat jaem" jeno mengatakannya dengan tulus, dan jaemin sangat tau dari bagaimana lembutnya suara yang jeno keluarkan.

Jaemin mengangguk pelan lalu kembali mengeluarkan suaranya "gue gak bisa nyerah gitu aja. Lo tau jen, setiap malam gue gak pernah bisa tidur nyenyak. Di tidur gue, gue suka di datangin sama seseorang, tapi anehnya gue cuma bisa denger suaranya gak keliatan wajahnya padahal orang itu jelas jelas ada di depan gue, dia selalu ngajak gue balik"

My Page | NaJaeMin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang