Perasaan lega yang sempat jaemin rasakan hilang begitu saja ketika dirinya menemukan hendery berdiri di depan pintu dengan keadaan yang benar benar berantakan, nafas pemuda itu terengah juga wajah sembab dengan memar di sekitar matanya.
"Jaemin tolong aku, eunsang di culik!"
Waktu seolah berhenti seketika, rasanya jaemin melupakan caranya menarik nafas dengan baik. Jaemin tidak pernah mengira bahwa sasaran pamannya ternyata bukan jisung. Harunya jaemin menyadari, tadi yang memanggilnya memang bukan suara jisung.
Jaemin hampir tenggelam dalam keterkejutannya saat suara hendery kembali menggema, menyadarkannya kembali pada kenyataan.
"Jaemin apa yang harus kulakukan?!"
Yang lebih tua nampak begitu gusar, tubuh pemuda itu bergetar dengan isakan yang tidak terhenti.
Sadar akan apa yang dilakukannya tidak berguna, jaemin meraih tubuh hendery untuk ia dekap, berusaha menyalurkan kekuatan yang bahkan miliknya saja perlahan hancur.
"Tenang dulu hyung, kita pikirkan baik baik"
Untuk beberapa saat mereka bertahan pada situasi itu. Sampai hendery nampak lebih tenang, jaemin membawanya masuk untuk duduk di atas sofa. Kemudian menyuruh jisung untuk mengambil air.
Jaemin berusaha sebaik mungkin untuk tetap tenang, mengabaikan degup jantungnya yang bekerja lebih cepat dari biasanya. Jaemin juga khawatir, jaemin cemas, jaemin takut jika pamannya berbuat nekat pada eunsang.
Jaemin menghela nafas berat, kedua tangannya saling bertaut, menggenggam erat satu sama lain. Karena sekeras apapun ia berusaha, jaemin tidak akan bisa, jaemin tidak sekuat itu, dan kenyataan ini berhasil membuat perasaan semakin cemas.
"Bagaimana bisa?" Tanyanya lirih.
"Aku gak tahu, tapi di jalan saat kami mau kesini, sebuah mobil menghadang kami. Dan begitu saja mereka tiba tiba menyerang kami, lalu eunsang—aku gak berhasil menyelamatkannya"
Tangis hendery kembali terdengar, namun kali ini jaemin tidak membalas apa apa, pemuda itu hanya sedang berusaha mengendalikan diri, berusaha tidak membuat kekacauan bertambah jika traumanya kambuh.
"Hyung, bukankah kita harus lapor polisi?" Setelah diam sedari tadi, akhirnya jisung memberanikan diri untuk bersuara. Jisung tidak tahu betul siapa hendery, atau siapa itu eunsang. Namun untuk membaca keadaan, jisung paham betul bahwa apa yang sedang terjadi sekarang bukanlah sesuatu yang baik baik saja.
Jaemin tidak memberi respon apapun, tetapi hendery menganggukkan kepalanya cepat, menyetujui saran yang paling muda.
"A-aku minta tolong ayah aja ya?" Katanya kemudian menoleh pada jaemin yang masih menundukkan kepala, tangan jisung terulur untuk kemudian menggenggam kepalan tangan sang kakak. Memberikan kehangatan yang mungkin disaat ini tidak akan begitu berguna.
"Hyung?" Panggilnya khawatir.
Barulah jaemin mengangkat kepalanya, manik sayunya menatap sang adik yang berada dihadapannya.
"Semua akan baik baik saja, hyung"
***
Jisung menarik nafasnya dalam bersama dengan punggungnya bersandar pada sandaran sofa. Kepalanya mendongak menatap plafon dengan pandangan kosong.
Setelah sebelumnya hanya menyimak penjelasan hendery pada sang ayah, kemudian melihat reaksi sang ayah. Jisung tahu bahwa kejadian ini memang bukan hal yang begitu mengejutkan untuk ayah tirinya itu.
Ayah seolah sudah menduga bahwa penculikan ini memang akan terjadi, pria itu mungkin juga sudah tahu alasan di balik semua ini.
Sekali lagi jisung menarik nafasnya dalam, detik terus berlalu namun jisung masih belum berniat untuk beranjak dari tempatnya. Tidak bahkan untuk sekedar melihat keadaan jaemin yang tadi sempat drop. Jisung hanya bingung, apa yang sebenarnya terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Page | NaJaeMin ✔️
Fanfic[End] Jaemin tidak pernah menduga semuanya akan terjadi. Awalnya ia sudah pasrah dengan hidupnya, menerima bahwa dirinya hanya memiliki diri sendiri dan teman teman di panti. Namun siapa yang akan mengira bahwa tuhan masih berbaik hati untuk membuat...