Saya pikir tak ada salah nya berjalan melewati garis batas, saya pikir semuanya akan baik-baik saja. Tapi saya salah, tak ada yang baik-bak saja ketika sudah berpisah. Benar bukan?
Saya yang berharap akan terus berjalan jauh, bersamanya.
Melewati jalanan kota ketika dia bilang ingin berjalan dibawah gerimis pukul lima sore, atau tertawa bersama dibawah pohon flamboyan yang bunganya jatuh tertiup angin. Tapi saya lupa kalau ada kemungkinan terburuk dari hal terbaik, yaitu semua hanya angan.
kata orang, angan itu setitik semoga dari impian kita untuk berjalan kearah yang baik lagi. Saya melakukannya, berangan. Berangan kalau kami akan terus bersama. Namun saya lupa kita tak bisa jadi kita, jika hanya ada saya seorang bukan?
November 2020
Namanya Kenandra Yoshinori. Mahasiswa yang sedikit bicara banyak tersenyum.
Mungkin siapapun yang baru pertama bertemu dengannya, pasti akan mengklaim nya sebagai kakak tingkat dingin yang punya tatapan tajam, dan tipe-tipe yang saat kaderisasi jurusan akan membawa toa sambil teriak-teriak menyuarakan dengan lantang "Solidarity M forever!".
Nyatanya dia bahkan seperti seorang yang tak tertarik dengan keributan apalagi sampai menjadi sumber keributan.
Mahasiswa semester lima Teknik mesin yang kalau saya boleh berpendapat, dia itu seharusnya tidak terjebak di institut teknologi ini atau bahkan masuk kedalam dunia per-teknik-mesin-an.
Tidak, bukan karena dia ternyata mengulang semester dengan nilai IPK bahkan tidak menyentuh D. Dia bahkan dikenal karena otak cerdasnya dan tutur bicaranya yang bikin siapun kagum saat mendengar nya sebagai salah satu panitia penerimaan mahasiswa baru kemarin, tapi karena gambarnya.
Belakangan saya tahu, jika selain modul dan beberapa laporan praktikum atau entahlah tugas apa nya itu, dia sering membawa scratch book. Lalu diam dibelakang gedung Laboratorium Teknik I untuk menatap sebentar ke arah embung kemudian membiarkan minumannya tanpa disentuh, sebab sudah terlalu fokus dengan pensil dan gambar yang ada dalam kepalanya.
Entahlah, sepertinya dia menemukan hobi baru yang hebat. Lagi.
Kenandra, semua orang memanggilnya begitu. Tapi bagi saya, Kenandra itu tetaplah Kak Yoshi yang selalu sabar mengajari saya materi kalkulus bahkan ketika guru saja sudah lelah mengajar saya. Kak Yoshi yang suka diam-diam bolos les sore untuk bermain skateboard ke lapangan didekat SMA saya, sambil menunggu saya pulang les tambahan.
Tidak tidak, bagian terakhir itu hanya sebuah apresiasi kecil bagi diri saya. Atau katakanlah, saya ke ge-er an.
Kak Yoshi bukanlah seorang yang bakal kamu temui drngan mudah, hanya cukup bertanya pada mahasiswa random yang kamu temui didaerah galeri kampus. Kak Yoshi bukan juga mahasiswa kutu buku yang hanya diam di perpustakaan kampus tapi diamnya malah membuat sekeliling ramai dengan bisik-bisik "Gila anjir, ganteng banget tuh!", "Dia tadi liatin gue, fiks pasti suka sama gue.", "Ya Allah pacar gue rajin banget baca buku."
Oh ayolah, itu terdengar terlalu cringe kan?
Kak Yoshi lebih seperti seseorang yang akan kau temui jika kau pernah tak sengaja bertemu dengannya dan menempelkan sebuah alat pelacak dengan kecerdasan buatan yang langsung terhubung ke ponselmu. Kemudia setiap kau butuh atau ingin mencari kak Yoshi, kau tinggal menatap layar telepon genggam mu.
Tidak tidak.
Walau sebenarnya boleh juga.
Kak Yoshi jarang dibicarakan. Kecuali saat dia tiba-tiba memberikan sambutan pada penerimaan mahasiswa baru kemarin, berhubung dia ketua panitia.
Kak Yoshi dikenal tapi bukan oleh semua orang.
Dan Saya, saya rasa saya adalah sebagian orang beruntung yang mengenalnya dan dikenal kembali olehnya.
Kenandra berarti teringat.
Ingatan.
Kenandra meninggalkan ingatan.
Langit orange dengan hening diantara kami.
Kenandra Yoshinori, November ini sedang musim penghujan.
Tungku penghangat kembali menyala, memberi hangat yang terbekukan oleh dingin.
Kenandra Yoshinori.
"Alea." katamu, saya bergumam sebagai jawabannya.
"Aku minta maaf." kalimat itu yang saya ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belajar Terbang
Genel Kurgu"Kau salah kawan. Ku dilindungi dendangan. Ini musikku Dia pagar jarak pandangmu" -Bunga Tidur, Tulus ©Lullabybluess, 2020 To my beloved Japan boy: Kanemoto Yoshinori.