08

515 43 9
                                    

Happy Reading:)

🍁🍁🍁

Air mata Rahel sudah mengering. Ia tak berhenti menangis setelah pemakaman Almarhum ayahnya. Rasanya airmata Rahel sudah habis tak bersisa. Kenapa tuhan begitu tidak adil? Ia sudah kehilangan bundanya, dan sekarang ia harus kehilangan ayahnya juga? Apa sampai sebegitunya kah tuhan membencinya? Hingga semua orang yang ia sayangi satu persatu menghilang dari kehidupanya.

"Udah jangan nangis lagi, Lo masih punya gue." Bisik Ravi menenangkan sahabatnya itu. Ravi mengusap punggung Rahel yang kembali bergetar dalam pelukanya. Wajah Rahel semakin tenggelam dalam dada bidang Ravi. Sudah sekitar 5 jam posisi mereka tidak berubah, Ravi sama sekali tak masalah dengan bajunya yang basah karena air mata Rahel. Ravi hanya berharap sahabatnya ini bisa lebih tenang, dan menjadi Rahel yang ceria seperti biasanya.

"Lo juga masih punya gue Hel." Kana menyahut. Ia tau persis bagaimana rasanya kehilangan sosok ayah, apalagi ayahnya meninggalkannya karena ingin bersama wanita lain.

Kana dan Ravi mengalihkan perhatianya ketika sebuah kotak makan tersodor diatas meja.

"Dari bunda." Ravi menatap bergantian kotak makan dan Virgo yang tiba tiba sudah berdiri menjulang didepanya. Wajah nya terlihat dingin seperti biasanya.

"Virgo? Kamu udah lama disini?" Tanya Kana.

"Barusan," jawab Virgo tanpa mengalihkan perhatianya dari dua sejoli yang masih saling mendekap, Rahel dan Ravi.

Virgo menghela nafas, "gak guna nangis lama lama, ayah lo gak akan bisa bangkit dari kubur dan hidup lagi meskipun lo nangis sampe berhari hari," bisakah Virgo mengatakan kalimat yang lebih halus daripada ini? Ingin rasanya Ravi memberikan pukulan keras bertubi tubi pada Virgo. Untungnya ia masih mengingat bahwa pria dingin itu adalah kekasih dari sahabatnya.

Virgo melangkahkan kakinya untuk pergi namun langkahnya kembali terhenti, Virgo kembali melirik Rahel yang masih berada didekapan Ravi, "jangan pake alasan ini untuk gak pelajarin buku yang gue kasih kemaren, inget? Gue gak akan terima kekalahan," setelah mengucapkan kalimatnya, Virgo melenggang pergi.

Virgo memang pria yang sama sekali tak punya hati! Bagaimana bisa ayah Rahel begitu mempercayai pria dingin itu untuk menjadi suami Rahel?

"Jangan dengerin dia Hel, mending sekarang lo makan, biar gue yang suapin." Ravi membuka kotak makan pemberian Virgo, ternyata isi kotak makan itu adalah nasi goreng telur mata sapi, makanan kesukaan Rahel. Ravi terdiam, sedekat apa bundanya Virgo dengan Rahel? Hingga makanan kesukaan Rahel pun diketahui olehnya?

"Mm ... By the way, gue duluan yah, gue mau nyusul Virgo." Kana beranjak dari sofa, ia menatap Rahel yang masih setia membaringkan wajahnya di dada Ravi, "Hel, jangan terlalu larut dalam kesedihan, gak akan baik buat lo. Kalo lo kek gini terus, gimana bisa ngalahin Virgo nanti? Oke, gue cabut dulu."

"Susulin aja sono pacar lo!" Ravi mendelik, dan di balas ejekan uluran lidah  dari Kana yang semakin menjauh dan menghilang.

Kini tinggal Ravi dan Rahel yang masih duduk di sofa ruang keluarga. Ravi menghela nafas, "Hel, makan dulu. Ini nasi goreng telur mata sapi kesukaan lo. Kalo lo gak makan, karena kebetulan gue juga laper... lo mau nasi goreng lo abis sama gue? Buruan duduk yang bener dulu. Betah amat dah sandaran di dada gue."

Ravi menatap Rahel yang masih diam, "Hel? "Ravi menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Rahel. Ash! Pantas saja sedari tadi tak ada sahutan dari gadis ini, ternyata Rahel tertidur. Ravi tersenyum tipis, "pasti lo kecapean nangis dari tadi."

Galaksi (Game Of Heart 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang