01

2.2K 112 96
                                    


Happy reading♡

---

"Peringkat pertama jatuh kepada Virgo Ragalaksi, kepada nama yang disebut silahkan maju untuk mendapatkan medali." tepukan riuh memenuhi ruang kelas.

Virgo ragalaksi, nama yang tak asing bagi SMA Orlion. Virgo, siswa dengan segudang prestasi dan talenta, namanya sudah tak asing di dengar. Karena disetiap pengumuman sesudah upacara, nama Virgo selalu terpanggil karna berhasil membawa piala bagi sekolah. Bukan hanya pintar, kharisma seorang Virgo juga tak bisa dibilang standar, wajah oval dengan rahang tegas itu mampu membuat kaum hawa menelan ludah.

Medali telah menggantung di leher Virgo, senyum kemenangan tercetak jelas di bibirnya.

"Terimakasih untuk semuanya yang selalu mendukung saya, tanpa dukungan kalian, saya tidak bisa berdiri di sini saat ini." Virgo menatap gadis berkacamata itu dengan tatapan sinis, kali ini Virgo yang menang, rasanya Virgo sangat puas melihat wajah murung milik Rahel. Nilainya dengan gadis itu hanya selisih 3 angka!

Siswa siswi kembali bertepuk tangan, tak heran melihat 2 sejoli itu bertatap tatapan tajam, karna memang itu sudah terbiasa terjadi bahkan hampir setiap hari.

"Virgo, silahkan kamu kembali ke tempat duduk," langkah lebar Virgo membawanya kebangku paling depan.

"Liat tuh, gara gara lo tadi sempet nolep gak masuk sekolah sehari, Virgo jadi menang lagi." Rahel membenarkan letak kacamatanya, menatap Virgo yang sedari tadi seakan mengejeknya dengan senyuman.

"Dia cuma lagi beruntung, gue yakin semester berikutnya, gue yang akan jadi nomor 1!" Rahel berujar dengan lantang.

Ravi menepuk bahu sahabatnya dengan pelan, "Rapi pasti akan selalu dukung lo."

🍁🍁🍁

Rahel meletakan pulpen nya di atas meja. Ah, mengerjakan soal-soal ini memang sangat melelahkan.

"Lo udah selesai? Nyontek gih, bolehkan, sayang? " Ravi dengan cepat merebut buku Rahel dari tangan pemiliknya seraya menunjukan cengiran tengil tak berdosa.

"Ck, enak banget idup lo, sumpah. Sampah masyarakat! " Rahel berdecak, jika saja mereka bukan sedang di perpus, sudah Rahel cincang sahabat tengilnya ini.

Rahel bangkit dari duduknya, mengedarkan pandanganya pada rak-rak yang berisi berbaris-baris buku yang tersusun dengan rapi.

Rahel menghampiri rak-rak itu, lantas memilah buku-buku novel yang berjejer rapi. Mengambil salah satu buku kemudian membaca sinopsis yang terletak pada belakang buku.

"Unfaedah tapi masih aja di baca," Rahel mengalihkan pandanganya pada asal suara. Di sana, terpampang wajah tampan bak dewa yunani, tubuh tegapnya bersandar pada rak buku dengan tangan yang di lipat di dada.

Rahel mendelik sinis, kenapa di mana-mana ia harus bertemu dengan si manusia angkuh ini?
Tanpa memperdulikan ucapan Virgo, Rahel bergegas melangkahkan kakinya dengan sebuah buku novel ditanganya.

"Kenapa? Ngerasa bodoh karna kalah lagi?" Rahel menghentikan langkahnya, tangannya mengepal, lantas membalik tubuhnya, menatap malaikat tampan itu dengan sengit.

"Kenapa? Ngerasa paling pinter karna menang? Skor kita cuma selisih 3 angka. Gue sama sekali gak ngerasa bodoh cuma karna selisih sekecil itu," Rahel tersenyum sinis, "lagian, kalaupun gue baca novel seharian pun, gak akan bisa ngurangin kadar kepintaran otak. Masa orang pinter kayak lo gak tau?"

Rahang Virgo mengeras, kenapa gadis ini selalu saja berani menyanggah perkataanya, "lo-"

"Eh ada Pirgo, ciee yang dapet juara satu," Ravi tersenyum paksa, tanganya ia sampirkan pada bahu Rahel, "izin permisi yak go, masuk angin nih kelamaan di tatap pake tatapan dingin. Yuk sayang!" Ravi menggandeng Rahel untuk pergi.

Virgo berdecih, kemudian ia pun kembali memilah buku. Ah informasi yang seharusnya ia sampaikan kepada Rahel tadi, malah berujung perdebatan lagi. Virgo tentu tak perduli, toh gadis itu pasti akan tau sendiri.

🍁🍁🍁

Rahel tertawa lepas, ia sangat puas melihat wajah kesal Virgo saat di perpus beberapa menit yang lalu. Ravi memang penyelamatnya!

"Sumpah, lo dari tadi gak berhenti ketawa. Gue mulai takut, lo kesurupan jin perpus yah?" Ravi bergidik, menatap sahabatnya dengan horor.

Rahel melepas kacamatanya, mengusap airmata yang sedikit keluar dari sudut matanya, "beneran, yang tadi itu lucu! Lo gak liat mukanya Virgo kayak gimana tadi?"

"Gue liat kok, mukanya itu kayak pantat wajan," jawab Ravi dengan asal.

Kana menyembul dari kursi di belakang Ravi dan Rahel, "eh! Lo bilang apa tadi hah? Bentar," Rahel dan Ravi menatap Kana bingung. Kana terlihat fokus dengan handphonenya, kemudian menyodorkan handphonenya kearah Ravi, "apaan nih? Ngapain lo liatin gue gambar pantat wajan?" Ravi mengernyit kan keningnya bingung.

"Biar lo gak buta, Virgo sama pantat wajan tuh beda banget! Liat pake mata lo! Lo gak katarak kan? Awas aja ada yang berani menghina calon imam gue lagi, gue pastiin dia akan mati muda! Termasuk lo," Kana kembali meraih handphonenya. Matanya menatap sengit pada Ravi yang masih bengong karna terlalu lola berfikir.

Rahel bergidik ngeri, apa kelebihan Virgo hingga pria itu sangat di gilai kaum hawa, bahkan para guru muda. Aish, Rahel jadi membayangkan, bagaimana jika ia punya suami dingin dan kasar seperti Virgo? Amit amittt!!!

"Aduh, gue males mikir, tadi lo ngomong apaan?" Ravi menopang dagunya dengan tangan, "gue emang ganteng sih," Ravi berujar ngawur. Kana menghela nafas. Sudah ia duga, kapasitas otak Ravi memang sudah penyimpanan penuh!

"Najis mugholadoh!"

Rahel kembali tertawa.  Melihat 2 sahabatnya ini beradu mulut memang selalu membuat moodnya naik.

"Lo budeg?" Rahel menoleh, ia terkejut melihat pria tampan itu menatapnya tanpa ekspresi. Virgo? Kesurupan apa pria itu hingga mau menghampirinya? Jangan-jangan dia ingin mengundurkan diri, dan mengaku kalah?

"Telinga gue normal," Rahel berujar dengan wajah yang tak kalah datar, "ada juga gue yang nanya, kena siraman hidayah dari mana, lo nyamperin gue?"

"Virgo? " Kana tersenyum lebar, ia mengambil handphonenya kemudian berpura pura menelpon dengan kamera yang ia arahkan kearah pria tampan itu. Yah, Kana adalah pemilik akun fansbase Virgo Ragalaksi, tak heran jika di setiap kesempatan Kana selalu mengambil gambar pria tampan itu.

"Pulang bareng gue." Kana berhenti memotret, Ravi tercengang, dan Rahel yang kini melongo dengan tatapan tak percaya.

"Gak usah ge-er. Minggu depan kita ikut lomba fisika tingkat nasional. Dan gue gak mau tim kita kalah cuma karna salah satunya males-malesan," Virgo melenggang pergi kembali ke kursinya, menyumpalkan telinganya dengan earphone dan kembali membaca buku tebal yang ada di tanganya.

Rahel masih terpaku, hingga sebuah teriakan mematikan Kana membuatnya tersadar dari lamunanya.

"RAVI!! KENAPA HASIL POTRETAN GUE MALAH MUKA JELEK LO!!!"

Ravi berlari kabur, di iringi cengiran tengil yang tercetak di bibir tipisnya.

-oOo-

Tbc....

Kartika
Cilegon, 23 februari 2020...

Galaksi (Game Of Heart 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang