Happy Reading:)
🍁🍁🍁
"Lepasin tangan gue!" Rahel menghentakkan tanganya hingga terlepas dari cengkraman Virgo.
Rahel membalik tubuhnya membelakangi Virgo, "cuma malem ini," setelah mengatakan 3 kata itu, Rahel lekas pergi ke kamarnya.
🍁🍁🍁
"Lo tidur di sofa." Kata Rahel.
"Rumah ini punya 2 kamar, kenapa gue harus tidur disofa?" Virgo menerima selimut dan bantal yang di lemparkan oleh Rahel.
"Lo masih beruntung karena gue izinin tidur di sini. Lebih baik lo bersyukur." Tak ingin meneruskan perdebatan, Rahel melangkah pergi menaiki tangga menuju kamarnya.
Virgo menatap punggung Rahel yang semakin menjauh. Sungguh menyebalkan harus tidur satu atap dengan gadis itu. Tapi bagaimana lagi, ia sungguh tak bisa menolak perintah Bundanya, apalagi Bundanya itu sampai menangis dan memohon kepadanya. Virgo sudah mengatakan bahwa Rahel pasti akan baik-baik saja, tidak mungkin gadis itu bodoh dan ingin bunuh diri. Tapi Bundanya tetap bersi-kukuh agar Virgo menjaga Rahel di rumah gadis itu. Ah, sangat merepotkan. Lagi pula, jika benar Rahel akan bunuh diri, tentu Virgo akan merasa senang hati. Karena ia tak perlu repot repot menikah dengan gadis itu untuk mempertahankan Beasiswanya. Dan saingan beratnya akan berkurang satu. Andaikan itu benar benar terjadi.
Virgo mengenyahkan pikiranya, ia menghembuskan nafasnya. Tanpa sengaja matanya menemukan kotak makan Bundanya. Virgo membukanya, dan ternyata isinya belum tersentuh sama sekali. Virgo menggeram, tidak tau kah bahwa Bundanya mengeluarkan peluh untuk memasak nasi goreng telur mata sapi ini? Tidak bisakah gadis itu menghargai pemberian orang lain?
Dengan langkah panjangnya Virgo berjalan menaiki tangga menuju kamar gadis itu dengan tangan yang membawa kotak makan.
Virgo memutar knop pintu, dan memasuki kamar yang penuh dengan gambar dan foto luar angkasa itu. Virgo mengedarkan pandanganya, kemana gadis itu? Kenapa kamarnya kosong?
Virgo melangkahkan kakinya kembali, melihat kearah balkon. Terlihatlah punggung seorang gadis yang tengah berdiri di dekat pagar balkon. Virgo tersenyum, jadi gadis itu benar-benar bodoh dan ingin bunuh diri. Oh baiklah, Virgo akan menjadi saksinya kalo begitu. Virgo diam, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Beberapa menit berlalu, tidak terjadi apapun, hanya saja punggung Rahel terlihat bergetar. Sepertinya gadis itu menangis lagi. Punggung itu berbalik, wajah Rahel nampak terkejut melihat keberadaan Virgo yang berdiri menjulang tak jauh dari posisinya.
Buru buru Rahel mengusap air matanya, "ngapain lo di sini?!" sentaknya.
"Ah, anggep aja gue gak ada. Kalo lo mau bunuh diri, gue persilahkan. Anggep aja gue sebatang kayu yang jadi saksi bisu kematian lo."
Apa apaan pria itu! Bunuh diri katanya? Hey! Sebesar apapun keputus asaan Rahel, ia tak pernah memikirkan tentang bunuh diri!
"Lo ngelindur? Sekarang, pergi dari kamar gue." Usir Rahel.
Virgo berdecih, kemudian ia menatap buku-buku yang kemarin ia berikan kepada Rahel untuk dipelajari, tergeletak begitu saja di atas meja. "Gue ngasih lo buku-buku fisika kemarin itu bukan untuk pajangan. Lo pasti gak lupa, gue benci kekalahan."
Rahel mendelik, apa itu saja yang ada di otak Virgo? Rahel sangat yakin, bahwa Virgo memiliki hati hanya untuk pajangan semata.
Virgo mendekat dan menyodorkan kotak makan yang di bawanya kearah Rahel, "satu lagi, Bunda gue masak ini bukan untuk di buang. Jadi, suka gak suka lo harus makan. Atau- "
"Atau apa? Karena gue gak makan ini, lo mau ngancem bakal putusin Kana lagi?" sinis Rahel. Sepertinya keputusan untuk mengizinkan Virgo menginap di rumahnya adalah kesalahan besar. Mood nya yang buruk bertambah semakin buruk sekarang.
"Baguslah kalo lo tau, " ucap Virgo dengan tenang.
Dengan kasar Rahel menerima kotak makan yang di sodorkan Virgo, kemudian ia tersenyum paksa, "sekarang lo boleh pergi."
Virgo menatap Rahel sebentar, "kompres mata lo pake batu es, gue gak mau liat mata lo bengkak besok. Merusak pemandangan." Setelah mengatakan itu Virgo melenggang pergi dari kamar Rahel.
Rahel mengepalkan tanganya, dasar cowok tak berperasaan! Setan kutub! Bisakah sehari saja Virgo tak mengajaknya adu mulut? Menyebalkan.
🍁🍁🍁
Jam sudah menunjukkan pukul 06:00 pagi. Rahel sudah rapi dengan seragam putih abu abunya. Kali ini menu sarapanya adalah mie goreng, lagi.Biasanya ia sarapan di temani ayahnya. Tapi sekarang? Semuanya terasa kosong dan sepi.
"Gue pulang, jangan lupa jam istirahat ke perpus." Rahel hanya melirik sekilas, ia mulai memakan mie gorengnya. Ia sungguh tak peduli pada setan kutub itu.
"Sayang!! Rapi dat-" Rahel langsung menatap ke arah pintu. Gawat!
Ravi berdiri di ambang pintu dengan wajah yang penuh tanda tanya, "lo ngapain di sini?"
🍁🍁🍁
Tinggalkan jejak jangan lupa😇
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi (Game Of Heart 1)
Teen FictionRahel cinta dengan luar angkasa. Tapi, ia sangat benci dengan Galaksi. Lebih tepatnya Virgo Ragalaksi, cowok arrogant berhati batu yang selalu tak ingin kalah. Dan sekarang? Rahel harus berurusan lagi dengan Galaksi karna sebuah perjodohan? Demi sa...