Satu

1.4K 35 4
                                    


ﺃَﻭْﺛَﻖُ ﻋُﺮَﻯ ﺍْﻹِﻳْﻤَﺎﻥِ ﺍﻟْﺤُﺐُّ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟْﺒُﻐْﺾُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠﻪِ

"Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah."
[HR. At-Tirmidzi

***

Udara subuh merayap. Memasuki setiap sudut dan rongga pesantren. Menyelinap kepada setiap ruang dan jiwa yang sudah bangun sedari tadi.

Lantunan ayat yang keluar dari nafas para santri, selalu membuatku ingin menangis. Meratapi betapa jauhnya aku dari kehidupan lama. Kehidupan yang tak lepas dari dosa dan nista. Bergelimang kenikmatan dunia. Namun, betapa besar kasih dan sayang-Nya sehingga aibku ditutupi sebegitu rapat, disembunyikan tanpa ada seorangpun yang mengetahuinya.

Namaku Sa'id. Salah satu santri putra yang sudah ditugaskan mengajar di pesantren ini. Wajar jika Abah Yai sudah bertitah seperti itu. Karena setiap santri yang sudah lama dan dianggap mampu mulang ngaji, maka akan ditugaskan mengajar santri baru.

Hari-hari kujalani dengan mengharap ridho Allah dan barokah Abah Yai. Entah apa yang bisa aku katakan lagi selain terimakasih dan puji syukur tiada henti. Masih diberi kesempatan untuk menimba ilmu dan merasakan manisnya kehidupan pesantren.

"Assalamualaikum, ..." Sapa seorang santri bernama Hanif.

"Waalaikumsalam..." Jawabku sembari menyodorkan tangan untuk bersalaman.

Namanya Hanif. Dia juga salah satu ustadz di pesantren ini. Usia mondoknya sama sepertiku. Sekitar 9 tahun. Jadi, dia juga dititah Abah Yai untuk mulang.

"Kang Ridwan dimana ya? Kok ndak kelihatan dari kemarin? Dia juga ndak masuk kelas mengaji..." Tanya Kang Hanif.

"Kang Ridwan sedang silaturahim ke rumah nya di Lampung. Katanya bapak ibunya dirawat di rumah sakit." Jawabku.

"Loh? Ko ndak ngajak saya ya? Biasanya kalo pulang itu pasti ngajak saya...." Pikir Kang Hanif

"Mungkin sedang tidak mau merepotkan. Lagian kalo sampeyan ikut nanti malah kelas mengaji santri jadi kosong juga kan?" Jawabku.

"Iyo..bener juga si ..."

"Nah... Wes adzan... Mari ke masjid..." Ajakku pada Kang Hanif.

Kami berjalan beriringan menuju masjid pesantren. Saling membungkam suara bukti penghormatan atas adzan yang tengah dikumandangkan.

Tiba-tiba....

"Kang Kang... Itu siapa? Ayu tenan......"ucap Kang Hanif sambil menunjuk seorang wanita bergamis berjalan menuju asrama putri.

"Loh.. itu kan?......"

BERSAMBUNG 🙈

Jangan lupa vote, follow, dan komen yaaa🥰

Akang-akang Berpeci Tinggi (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang