BSB 4

102K 1.5K 29
                                    

VOTE KOMEN DAN FOLLOW

_______

Aku berdiri bersama laki-laki yang menghimpitku dengan tembok. Tangan laki-laki itu berada di pinggangku. Tangan satunya lagi membelai lembut wajahku membuat darahku berdesir.

Laki-laki itu mulai mendekatkan wajahnya, menempelkan bibirnya dengan bibirku. Untuk beberapa saat hanya menempel, kemudian benda kenyal itu mulai bergerak mengcup bibir atas dan bawahku bergantian. Menghisapnya dengan perlahan. Membuatku terbuai dan tak kuasa menahan diri untuk tidak membalasnya.

Ku kalungkan tanganku di lehernya. Balik mengulum bibirnya yang terasa begitu menggoda. Aku melenguh disela-sela ciuman ini saat kurasakan tangannya mengelus dadaku. Tangan itu terus berada disana, sesekali meremas payudaraku pelan membuatku mengerang.

Kupejamkan mataku menikmati kelembutan bibirnya dan remasan tangannya di dadaku. Perlahan tangannya turun, menelusuri perutku dan berakhir di lembah kewanitaanku.

Laki-laki itu mengangkat kepalanya melepaskan tautan bibir kami. Tanganya yang berada di bawah sana mulai bergerak menggosok milikku dari luar celana dalamku. Awalnya pelan, semakin lama semakin cepat. Membuat tubuhku bergerak-gerak tak karuan.

"Eummhhh ahhhh" Desahku mengigit bibir bawahku sendiri. Perbuatan tangannya itu membuatku seperti kehabisan nafas.

Disaat itu kurasakan bibirku kembali diraup. Aku mencecap dan mengulum bibir yang juga tengah menikmati bibirku ini.

__________

Kriiiiiingggg~ kriiiiiiing~

Aku terbangun dan mematikan alarm yang berbunyi nyaring di sebelahku. Dalam posisi telentang aku mengerjap. Mengumpulkan nyawa.

Kupejamkan mataku sebentar, tanganku terangkat mengusap wajah.

Sepertinya aku mimpi lagi.

Beberapa hari ini aku sering bermimpi seperti itu. Berciuman dengan lelaki yang bahkan wajahnya tidak dapat kulihat. Tidak hanya berciuman tapi dimimpiku selalu juga tubuhku digerayangi olehnya.

Aku menghela nafasku. Mendudukan diri, meraba celana dalamku. Aku hanya tidur menggunakan celana dalam dan tanktop pendek tanpa bra. Gerah, aku benci gerah. Bahkan dulu aku akan terbangun ditengah malam jika tidur memakai kaos dan celana. Sejak itu aku selalu tidur seperti ini, menjadi kebiasaan. Dan sekarang kurasakan celana dalamku basah.

Setiap mimpi seperti itu celanaku pagi harinya selalu basah. Apakah ini yeng disebut mimpi basah? Tapi bukankah biasanya laki-laki yang mengalami itu? Apakah perempuan sepertiku juga bisa mimpi basah?

Aku tidak tau. Aku memilih bangun dan bersiap-siap menuju sekolah. Setelah semuanya selesai aku turun untuk sarapan.

Tentang Alex, aku masih tidak berani berbicara dengannya. Alexpun sepertinya sama. Beberapa hari ini setiap bertemu dirumah kita seperti tidak saling melihat. Untungnya beberapa hari ini Alex tidak ada jadwal kuliah pagi, jadi dia tidak pernah ikut sarapan. Aku bisa sarapan dengan nyaman tanpa kehadirannya.

"Oya sayang, papa lupa memberitahumu" Ucap papa tiba-tiba. Aku mengelap bibir dengan tisu, menatap papa. "Hari ini jadwal motormu diservis. Papa sudah menelfon seseorang untuk mengambilnya. Kamu sekolah minta antar kakakmu saja ya"

What!

Aku langsung menggeleng menolak usulan papa. Aku bisa memesan taksi untuk berangkat ke sekolah dari pada diantar Alex. Tapi mama ikut mendukung papa. Aku bahkan sudah beralasan Alex masih tidur. Tapi lagi-lagi mama malah menyuruhku membangunkannya. Dua lawan satu. Aku kalah. Dengan terpaksa aku melangkahkan kakiku ke kamarnya.

Sampai di depan pintu sebelah kamarku ini aku diam. Memijit pelipisku sendiri. Seperti dejavu. Rasanya aku takut mau masuk kembali kesini. Takut mendengar hal yang seperti waktu itu. Terlebih, takut melihat hal itu lagi.

Tapi mengingat jam masuk sekolah semakin mepet, aku memutuskan mengetuk pintu kamar Alex. Memanggilnya. Tidak ada jawaban. Ragu-ragu aku membuka pintunya.

Alex masih tidur lelap. Apakah aku harus membangunkannya? Kasian. Tapi daripada aku terlambat jadi aku langsung menggoyangkan lengannya.

"Kak" Panggilku. Mata Alex bergerak2 tapi masih terpejam. Ku goyangkan sekali lagi lengannya dan memanggilnya. Perlahan Alex membuka matanya. Masih setengah terbuka mata kami bertemu. Sepertinya Alex kaget melihatku berada di kamarnya, dia langsung terduduk.

"Disuruh mama papa nganter aku sekolah. Motorku diservis" Ucapku. Alex menguap, mengusap-usap rambutnya, kemudian bangun menuju kamar mandi.

"Agak cepet ya kak. Aku takut telat"

"hmm" balasnya dari dalam kamar mandi.

Awalnya aku mau langsung pergi. Tapi melihat kasur Alex yang berantakan aku berniat merapikannya. Hitung2 imbalan karena dia mau mengantarku tanpa protes.

"Valhh" Tiba-tiba kudengar namaku dipanggil dari dalam kamar mandi.

"Ya?" Jawabku otomatis. Tapi tidak ada suara lagi, hanya ada suara gemericik air.

Aku menggeleng. Apakah aku salah dengar? Lagipula kan Alex tidak tau aku masih disini. Mungkin aku memang salah dengar.

Saat menumpuk bantal mataku tidak sengaja tertuju pada laptop yang tertutup di atas meja belajar Alex. Tiba-tiba bayangan hari itu muncul lagi di kepalaku. Adegan panas di laptop, suara desahan, dan kejantanan Alex yang berdiri tegak.

Aku menggeleng cepat, menyingkirkan bayangan kotor itu. Tapi malah muncul bayangan lain. Bayangan saat aku membangunkan Alex tadi, saat dia bangun berjalan ke kamar mandi. Boxernya menggembung. Kemudian bayangan kejantanannya waktu itu kembali muncul.

AAAAAAAAAAAAA OTAKKU!!!

Aku mempercepat melipat selimut dan segera berlari keluar dari kamar penuh bayangan kotor ini.

Diperjalanan aku hanya diam menatap jendela. Alex juga diam. Suasana di dalam mobil ini begitu canggung. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan Alex yang menonton film dewasa atau bokep sekalipun.

Bukankah itu wajar?

Maksudku, Alex sudah dewasa dan aku yakin dia normal. Ada kebutuhan dalam dirinya yang harus dia penuhi dan karena dia belum menikah jadi disalurkan lewat film seperti itu. Iyakan? Temanku pernah berkata seperti itu saat aku memergokinya memiliki banyak koleksi bokep dihardisknya.

Jadi bukan masalah bagiku kalo Alex melihat itu. Aku biasa saja. Tapi yang masalah, aku tidak sengaja melihat miliknya. Itu yang membuatku canggung hingga sekarang. Apalagi bayangan itu terus menempel di kepalaku. Membuatku malu sendiri.

Bad Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang