Karena gue kangen kalian terutama komen komennya so here we go!! Gue juga pengen cepet2 sampe ke bab yang terakhir gue upload sebelum cerita ini lenyap dulu
______
Entah sudah berapa lama Alex melatihku berenang. Aku terus menggerakkan tangan dan kakiku sementara Alex memegangi perutku. Sesekali melepas, dan kembali memegangi saat aku mulai tenggelam.
Kolam renang yang dalam ini airnya setinggi pundak Alex. Sementata tinggiku hanya sedadanya, otomatis aku akan tenggelam kalau sendirian. Tapi karena bersama Alex dia selalu menahan tubuhku tetap dipermukaan. Tapi karena tidak menyentuh lantai itulah justru membuatku terengah-engah.
"Capek?" Tanya Alex yang langsung ku angguki.
Aku memekik saat tiba-tiba dia mengangkat tubuhku. Membuatku reflek mengalungkan tanganku di lehernya dan menggantungkan kakiku di pinggangnya seperti koala.
Alex menggendongku kemudian berjalan perlahan ke pinggir kolam. Aku masih saja merinding tiap tangannya menyentuh tubuhku. Makanya energiku begitu terkuras dan lebih cepat merasa capek padahal hanya renang sebentar. Bukan hanya karena tangan dan kakiku bergerak tapi juga karena sentuhan tangannya.
Alex mengangkat tubuhku lagi. Mendudukkan diriku di pinggiran kolam sementara dirinya masih berdiri di dalam air. Dia menyatukan kedua lututku, lalu menekuk lengannya diatas pahaku. Pada saat itu entah bagaimana ceritanya, kakiku tiba-tiba saja menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya kusentuh. Tidak sengaja.
Aku dan Alex sama-sama terkejut. Tapi Alex menyikapinya dengan tertawa, sementara aku diam saja dengan wajah memerah. Bahkan mungkin sampai telinga, karena telingaku rasanya juga panas.
"Merah banget Val" Ucap Alex memperhatikan wajahku. Dia tertawa sembari tangannya menepuk-nepuk pahaku. Membuatku semakin memanas karena malu ditatap seperti itu.
"Naik level. Dulu ngeliat, sekarang malah nyentuh" Guraunya. Aku sontak menepuk pundaknya tidak terima. Alex semakin tertawa.
"Gede gak?"
"ihhh kak! Apaan sih" Balasku cepat. Lagipula mana kerasa, aku bukan menyentuhnya dengan tangan tapi dengan kaki, jadi hanya kerasa seperti menendang sesuatu yang empuk saja. Mana tau ukurannya!
"Makin merah. Kamu harus liat wajah kamu sendiri. Lucu banget" Dia masih saja tertawa menggodaku.
"Udah ah jangan digodain terus. Malu. Aku gak sengaja. Maaf" Ucapku
"Sengaja juga gak papa"
"Kakkk" Protesku lagi, merajuk.
"Hahaha iya iya gak godain lagi deh" Ucapnya.
Alex menarik pahaku, membukanya. Kemudian dia berdiri di tengah-tengah kakiku. Mungkin agar tidak terjadi seperti tadi lagi. Tapi posisi seperti ini malah semakin intim menurutku dan membuatku justru semakin memerah.
Aku memegangi pundaknya. Sementara Alex meletakkan tangannya di samping pahaku. Berpengangan pada pinggiran kolam. Badannya bergerak-gerak mengambang di dalam air.
"Serius nanya nih. Gede gak?" Tanyanya menaikkan turunkan sebelah alis. Jelas menggodaku lagi.
"Apasih" Aku memukul pundaknya lagi. "Mana kerasa. Orang kayak nendang doang"
"Kan pernah liat"
"Cuma sekilas"
"Mau liat lagi lebih lama?"
"KAKKK"
Alex tertawa puas melihat reaksiku. Kemudian dia menendang pinggir kolam, membuat tubuhnya terpelanting mundur dan berenang menjauh. Setelah satu putaran Alex kembali lagi ke posisi yang sama seperti tadi. Aku hanya diam memperhatikannya. Wajahnya yang basah ditambah rambutnya mengucurkan air menambah kadar kegantengannya dimataku. Jujur, dia terlihat dua kali lipat lebih keren saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Step Brother
General FictionWARNING 18+ Hai. Namaku Valerie. Awalnya hidupku normal sebagai anak tunggal. Sebelum dia datang....