A-YO!! I'M BACK!! LONG TIME NO SEE YA 😉 Masih ada yang nunggu?
Cek sound dulu ya. Kalo banyak vote banyak komen gue bakal up next part cepet______
Aku menggeliat di tempat tidurku. Melirik jam, jam 7 pagi. Hari ini weekend aku sengaja tidak menghidupkan alarmku dan terbangun sendiri pagi ini.
Ku sentuh celana dalamku. Basah. Semalam aku mimpi berciuman lagi. Mimpinya sering sama, berciuman dan tubuhku digerayangi. Tapi tempatnya selalu berbeda, kadang dipojokan menggunakan seragam, kadang di sofa entah dimana, kadang di kamar, kadang di tempat tidak jelas seperti taman. Namanya juga mimpi. Tapi dimanapun tempatnya aku tetap tidak bisa melihat wajah yang berciuman denganku. Membuat penasaran. Apakah dia jodohku? Haha
Aku bergegas mandi. Biasanya setiap weekend aku akan mandi siang. Tapi karena aku mimpi itu semalam, bagian bawahku jadi lengket. Tidak nyaman. Jadi aku langsung mandi.
Setelah mandi aku memakai tanktopku dan celana pendek seperti biasa. Keluar dari kamarku. Rumah tetap sepi meskipun weekend. Mama pasti ada dibutiknya, sementara papa entahlah weekend pun tetap bekerja bertemu klien atau keluar kota. Mereka selalu bekerja, jarang berada dirumah, hanya ada aku dan Alex saja.
Aku melirik kamar Alex. Tertutup. Mungkin dia masih tidur. Kemarin dia jadi mengantarku ke sekolah dan pulangnya kembali mentraktirku. Dia membelikanku eskrim. Tapi bukan eskrim cone lagi, kemarin eskrim stick. Setidaknya tidak cepat mencair. Dan bisa pas kumasukkan mulut untuk kugigit. Makanya aku mau. Seperti ini eskrimnya.
Alex hanya membelikan eskrim untukku. Dia sendiri hanya membeli minum. Saat aku tawari dia tidak mau, tapi dia terus menatapku menjilati eskrimku. Sepertinya dia memang suka melihatku makan.
Awalnya kemarin aku sempat takut canggung lagi dengan Alex setelah dia mencium pipiku. Tapi tidak jadi karena aku lebih dulu menelpon grace. aku menanyakan apakah dia dengan kakaknya juga seperti itu. Grace bilang tidak, terakhir kakaknya menciumnya saat dia di sekolah dasar. Setelah itu mereka jarang berinteraksi, kakaknya sangat cuek.
Tapi menurut Grace tergantung sosok kakaknya dan adeknya. Tom, pacar Grace punya adik berbeda 3 tahun dengannya. Tapi adiknya begitu lucu meskipun sudah besar. Jadi grace bilang tom masih sering menciumi adiknya sampai sekarang. Bahkan menggigit pipinya untuk membuat sang adik marah.
Oke, intinya kakak mencium pipi adiknya itu wajar. Aku anak tunggal selama ini, jadi aku tidak mengerti. Ternyata memang begitu, aku tidak perlu canggung dengan Alex. Tapi kalau dipikir pikir sepertinya alex benar, aku masih kurang menerimanya sebagai kakak. Buktinya aku sering tidak nyaman kalau dia terlalu dekat. Bahkan jantungku berdegup kencang seperti waspada. Ah aku tidak boleh begitu, dia kakakku. Dia hanya ingin lebih dekat denganku seperti kakak dan adik kandung. Aku harus lebih menerimanya.
Langkahku terhenti setelah mengambil minum dari dapur. Aku baru sadar kalau tirai pintu belakamg terbuka. Aku mendekat. Mataku terbelalak melihat pemandangan di depanku. Hampir saja aku menjatuhkan botol air yang kupegang, tapi untung saja tidak sampai beneran jatuh.
Disana ada Alex. Sedang telentang diatas matras. Dia bertelanjang dada, hanya memakai celana renang yang ketat. Sehingga ada sedikit gelembung dibagian bawahnya. Ah aku benci pikiranku. Kenapa mataku harus mengarah ke bagian itu.
Sepertinya dia sedang berolahraga membentuk ototnya. Alex memang rajin berolahraga bahkan dia rutin ke tempat gym. Makanya badannya bagus. Padat, lenganannya berotot dan perutnya sixpack. Dimataku tubuh Alex begitu proporsional, enak dilihat, ototnya tidak terlalu besar. Bagus. Enak juga saat dipegang atau dipeluk haha.
Aku tersentak ketika Alex menoleh dan memergokiku tengah memperhatikannya. Dari pada malu ketahuan mengintip, aku akhirnya membuka pintu berjalan ke area belakang, mendekatinya. Aku duduk di kursi santai yang ada dipinggir kolam tepat di sebelah Alex dengan matrasnya.
"Rajin banget pagi-pagi. Ku pikir masih tidur" ucapku meneguk minumku.
"Yadong. Biar sehat" Balasnya merubah posisi menjadi duduk.
"Val" Panggil Alex membuatku menoleh lagi padanya. Tadi aku menengadah memperhatikan langit.
"Bantuin aku mau gak?" Tanyanya.
"Bantu apa?"
"Sini" Aku berdiri berjalan mendekat kearahnya.
"Pegangin kaki aku. Mau sit up" Ucapnya. Aku mengangguk-angguk. Pernah melihat ini jadi aku langsung memposisikan diriku mengunci lututnya.
Awalnya aku biasa saja. Tapi lama-lama wajahku terasa memanas. Jantungku juga berdegup kencang. Setiap Alex berhasil mengangkat tubuhnya, wajahnya jadi sangat dekat dengan wajahku. Tatapannya yang lurus menuju mataku membuatku kebingungan sendiri di tempatku.
Aku menoleh ke samping tidak berani balik menatap matanya. Aku tau Alex hanya berolahraga, otakku saja yang overacted. Tapi tetap saja aku jadi salting sendiri dengan posisi ini. Ingin segera berakhir.
Akhirnya penderitaanku selesai. Aku berdiri memandang kolam, diam-diam menghembuskan nafas lega. Alex ikut berdiri membereskan matrasnya. Sepertinya dia sudah selesai dengan aktifitas olahraga paginya. Dia berdiri di sampingku.
"Renang yuk?" Ajaknya. Aku menggeleng.
"Gak mau. Udah mandi"
"Ya gak papa mandi lagi nanti. Seger loh pagi-pagi"
"Gak mau ah. Mager mo mandi lagi"
"Aku mandiin deh"
"HEH" Seruku reflek mendelik kearah alex berdiri. Dia tertawa.
"Ayo. Biar cepet bisa renangnya" Alex menarik tanganku. Dia memang suka memaksa.
"Gak mau kak. Lain kali aja"
"Kapan bisanya kalo lain kali lain kali mulu. Katanya penurut?"
Aku merotasikan mataku. Berakhir membiarkan diriku diseret olehnya. Alex selalu bisa membujukku melakukan seperti yang dia mau. Menyebalkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Step Brother
Fiction généraleWARNING 18+ Hai. Namaku Valerie. Awalnya hidupku normal sebagai anak tunggal. Sebelum dia datang....