BSB 2

126K 1.8K 20
                                        

1 bulan terhitung setelah mama menikah lagi dan aku tinggal di rumah baru bersama keluarga baruku. Semua berjalan baik-baik saja. Aku seperti memiliki keluarga yang utuh dan sempurna dengan 2 orang anak.

Hubunganku dengan Alex juga baik-baik saja. Aku merasa Alex menyayangiku seperti adik kandungnya. Dia memperlakukanku sangat baik seperti kita sudah bersama dari lahir. Mungkin karena kita sama-sama anak tunggal. Dia juga menginginkan adik, sama sepertiku yang menginginkan seorang kakak.

Tapi sejujurnya sampai saat ini aku masih sering merasa tidak nyaman di dekat Alex. Jarak umur kita terlalu dekat, aku belum bisa sepenuhnya melihat dia sebagai kakakku. Masih merasa asing, apalagi kalau tubuh kita tidak sengaja bersentuhan. Kita sama-sama dewasa, jadi aku merasa merinding. Tapi aku menahan semua itu. Dia kakakku. Aku harus menerimanya seperti dia yang menerimaku dengan baik sebagai adik.

"Val sini" Alex memanggilku. Mengajakku menonton kartun bersama di ruang tengah.

Papa dan mama sama-sama bekerja. Jadi setelah pulang sekolah hanya akan ada aku dan alex dirumah. Itupun kalau Alex tidak ada jam kuliah.

Meskipun sudah kuliah. Tontonan Alex tetap seperti anak kecil. Dia suka sekali menonton kartun.

"Aku ganti baju dulu ya kak" Ucapku naik ke kemarku. Kamarku berada di lantai dua, tepat disebelah kamar Alex.

Setelah berganti pakaian aku langsung turun dan duduk di sebelah Alex. Ku naikkan kakiku keatas sofa, duduk bersila. Alex melirikku sejenak, lalu kembali fokus ke televisi. Sesekali dia tertawa saat kartun itu menampilkan adegan yang lucu.

Aku juga ikut tertawa. Tapi sejujurnya aku sedikit tidak nyaman. Setiap kali tertawa Alex akan menyentuhku. Seperti menyenggol lenganku atau menepuk pahaku dan menunjuk televisi setelahnya sambil tertawa. Bermaksud menunjukkan padaku adegan lucu itu.

Aku tau. Mataku tidak pernah terlepas dari televisi. Jadi dia tidak perlu melakukan itu. Tapi mungkin itu reflek. Dia melakukan itu hanya untuk mengajakku tertawa bersamanya, atau mengobrol dengannya menertawakan kebodohan tokoh kartun yang kita tonton. Tidak seharusnya aku mempermasalahlan itu. Lagipula dia kakakku. Bukan orang asing.

Tapi tetap saja. Aku sudah besar. Tubuhku selalu bereaksi berbeda saat disentuh oleh lawan jenis. Meskipun aku tau dia kakak tiriku, aku tetap tidak bisa menahan rasa itu. Rasanya tidak nyaman. Aku tidak ingin Alex terlalu dekat dengan tubuhku, tapi aku takut itu malah membuat hubungan kita menjauh.

Tidak hanya masalah menepuk pahaku saja sebenarnya. Banyak yang Alex lakukan dan menurutku itu terlalu dekat. Kita sudah sama-sama dewasa. Jadi tidak nyaman.

Contohnya seperti hari itu.

Pulang sekolah rasanya sangat panas. Aku ingin berenang. Melihat rumah yang begitu sepi, aku akhirnya memutuskan berenang. Kucopot seragam sekolahku, menyisakan tanktop dan celana dalam saja. Lalu aku langsung menceburkan diri.

Sebenarnya aku tidak bisa berenang. Tapi aku suka berenang. Aneh kan? Haha maka dari itu kolam renang di rumahku ada dua area, area dangkal dan dalam. Tentu saja aku di area dangkal, yang hanya sampai perut atasku saja kalau dibuat berdiri.

Aku berenang kesana kemari, lebih tepatnya berendam. Karena aku sama sekali tidak bisa berenang. Tapi apapun itu namanya, yang jelas sangat segar. Apalagi area belakang rumahku ini memang didesign sedemikian rupa, jadi meskipun berenang siang-siang begini tidak terasa panas. Sejuk. Aku suka rumah baruku.

Tidak berselang lama aku mendengar ada yang menggeser pintu yang menghubungkan rumahku dengan area belakang ini. Astaga, jam berapa sekarang? Berenang membuatku lupa waktu. Padahal tadi aku berencana menyelesaikan renangku sebelum Alex pulang kuliah.

Bad Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang