AYO VOTE DAN KOMEN
Untuk sementara ku up sehari sekali. Karena masih sepi. Tapi kalo udah rame ya aku bakal makin cepet up ke bab 21
______
Berkali-kali aku mengumpat sendiri. Saat diperjalanan pulang tiba-tiba hujan mengguyur dengan derasnya. Padahal aku sudah memasuki kawasan rumahku. Mau memakai jas hujan juga tanggung, tidak ada tempat meneduh pula. Jadi aku menancap gas motorku. Akhirnya begini, basah kuyup.
"Kak" Rajukku saat melihat Alex berdiri di tangga. Aku tidak sadar entah sudah sejak kapan dia disana. Aku tadi sibuk menggerutu sambil menepuk rambut, seragam dan rokku yang sangat basah. "Ambilkan handuk tolong" pintaku masih berdiri di ambang pintu.
Alex berbalik naik keatas, kemudian dia muncul lagi membawa handuk. Alex memberikannya padaku. Aku tersenyum mengucapkan terimakasih lalu menggosok handuk itu ke wajahku, dan rambutku terlebih dulu.
"Kenapa nerobos hujan?" Tanyanya. Aku sempat tercengang sebentar. Suara Alex terdengar berbeda dari biasanya. Lebih.... Dingin. Bahkan dia juga tidak tersenyum ramah seperti biasanya. Wajahnya serius. Apa dia ada masalah?
"Hujannya turun tiba-tiba, udah sampe gang depan padahal. Yaudah" Aduku sambil tetap menggerutu.
"Bisa pake jas hujan kan" ucapnya.
"Tanggung. Orang udah sampe di depan juga" aku masih terus menjawab.
"Jaketmu mana. Kenapa gak jaketan"
"Ada ditas"
"Kenapa gak dipake!" Tanganku berhenti menggosok rambut mendengar suara Alex yang sepertinya makin lama makin meninggi.
"Kak. Kakak kenapa? Berantem sama pacar kakak?" Tanyaku. Sejujurnya aku tidak tau Alex punya pacar atau tidak. Tapi dia aneh saat ini. Dia bahkan menatapku dengan tajam. Jadi aku asal mengira-ngira saja, mungkin dia ada masalah dengan pacarnya.
"Kamu tuh yang kenapa. Bawa jas hujan bawa jaket tapi gak dipake. Buat apa. Malah basah kuyup gini"
Ohhh.. I see...
Alex marah karena aku hujan-hujanan. Dia khawatir aku sakit. Aahh so sweet. Jadi begini rasanya punya kakak? Ada yang mengomeliku karena mengkhawatirkanku.
"Aku serius Val. Berhenti tersenyum" Omelnya lagi membuatku seketika mengatupkan bibir. Ternyata Alex yang suka nonton kartun serem kalo mode serius.
"Tadi gerah kak, aku gak suka gerah. Lagian mataharinya ketutupan mendung, gak bakal item. Jadi jaketnya ku buka. Terus kalo jas hujan ya itu, tanggung"
"Terus kamu lebih milih basah semua dari pada berhenti bentar"
Aku mengangguk.
"Dan kamu lebih milih badan kamu keliatan orang-orang gini. Iya?"
"Hah?" Ucapku bingung. Alex bicara apa?
"Badan kamu njeplak! Bramu keliatan jelas! Gak sadar!"
Aku melirik tubuhku dan langsung menutup dengan kedua lenganku. Ternyata Alex benar. Apalagi aku tidak memakai tanktop hari ini karena memang gerah dari tadi pagi. Braku juga berawarna gelap. Kontras dengan seragamku dan warna tubuhku yang terlihat karena bajunya basah. Bodohnya aku baru menyadari itu.
Bagaimana ini? Tapi sepertinya tadi jalanan sepi karena hujannya memang sederas itu. Jadi sepertinya tidak ada yang melihatku. Tapi..... Alex dari tadi melihatku.
Aku mendongak menatap Alex, ternyata dia masih menatapku dengan tatapan tajamnya. Aku menunduk lagi. Mengambil handuk yang ada di kepalaku, menggunakannya menyelimuti tubuh depanku. Ku dengar Alex menghela nafasnya.
"Cepat naik keatas. Mandi dan hangatkan dirimu" perintahnya lalu mendahuluiki pergi keatas, ke kamarnya.
__________Aku berjalan menuju kamar Alex, mama menyuruhku memanggilnya. Sekarang jamnya makan malam. Keluarga kami selalu menyempatkan diri untuk sarapan dan makan malam bersama-sama. Biasanya semua sudah standby di ruang makan. Tapi malam ini Alex tidak ada. Dia bahkan tidak terlihat semenjak tadi sore memarahiku yang hujan-hujanan.
"Kak" panggilku mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Aku malah samar-sama mendengar suara aneh dari dalam kamarnya.
"Kak" panggilku sekali lagi. Masih tidak ada jawaban.
Aku akhirnya berinisiatif membuka pintu. Suara yang tadi samar itu kini terdengar jelas. Aku menelan ludahku, menggeleng menghilangkan pikiran anehku. Tidak mungkin.
Alex tidak ada di ranjangnya, jadi aku terus masuk hingga kulihat Alex duduk di meja belajarnya. Menghadap laptopnya, membelakangiku. Seluruh tubuhku rasanya panas, pipiku merona. Ternyata suara aneh itu berasal dari laptopnya. Suara itu memang seperti apa yang aku pikirkan tadi. Alex sedang menonton film dewasa.
"Kak" panggilku lagi. Ragu dan canggung, tapi aku harus melakukannya.
Panggilanku membuat Alex terlonjak dari duduknya dan langsung berdiri. Dia terkejut melihatku berada di kamarnya. Aku juga ikut terkejut dan reflek menjerit. Berbalik membelakanginya.
Aku menutup mataku dengan tangan. Apa yang aku liat barusan?
"Disuruh mama turun makan malam" Ucapku lalu buru-buru lari meninggalkan kamar itu.
Jantungku berdegup kencang, wajahku semakin memanas. Aku terus berlari menuruni tangga. Sebelum ke meja makan aku berbelok ke kamar mandi dulu. Segera kubasuh mukaku dan ku pandangi pantulan wajahku di cermin, merah hingga ke leher dan telinga.
Alex tadi terkejut mendengar suaraku, dia langsung berdiri. Membuatku bisa melihat adegan panas yang ada di laptopnya. Tapi bukan itu yang membuatku menjerit. Saat Alex berdiri dan menghadap ke arahku, aku baru menyadari ternyata dia tidak memakai celananya dan tangannya memegangi miliknya yang tegak.
Aku menggeleng keras. Mencoba menyingkirkan bayangan itu dari kepalaku. Aku pernah melihatnya beberapa kali di gambar ataupun film yang yang diputar temanku. Tapi aku tidak pernah melihatnya secara langsung. Mengerikan!
Setelah menghembuskan nafas berkali-kali. Mencoba mengontrol jantungku. Aku lanjut pergi ke meja makan agar orang tuaku tidak curiga.
"Mana kakakmu?" Tanya mama.
"Sebentar lagi turun" ucapku. Padahal aku tidak tau. Aku langsung lari tadi setelah mengatakan perintah mama.
Aku duduk di tempatku, menunduk menatap piringku. Tidak berselang lama kudengar langkah kaki mendekat dan menggeser tempat duduk di sebelah kiriku. Aku mengalihkan pandanganku ke samping kanan. Jantungku berdebar tidak karuan. Menunduk membuatku melihat kakinya, dan kepalaku otomatis memutar bayangan tadi.
Selama makan aku merasa tidak nyaman. Rasanya aku ingin menangis. Bayangan itu tidak mau hilang dari kepalaku. Bahkan semakin jelas saat aku mencoba menutup mataku. Apa yang harus kulakukan setelah ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Step Brother
Ficção GeralWARNING 18+ Hai. Namaku Valerie. Awalnya hidupku normal sebagai anak tunggal. Sebelum dia datang....