BSB 9

75.1K 1.4K 63
                                    

Nafasku terengah-engah saat terbangun dari tidurku. Mimpi buruk. Ku lirik jamku, jam 1 malam. Mataku memandang waswas seluruh ruangan. Aku takut.

Biasanya saat mimpi buruk aku akan lari ke kamar mama dan tidur di sana. Tapi sekarang ada papa. Tidak mungkin aku menyelip di tengah-tengah mereka. Tapi aku juga tidak akan bisa tidur lagi kalau tidak ada orang disampingku yang membuatku tenang atau melupakan mimpiku.

Oh. Kakak!

Tanpa berfikir panjang aku langsung berlari keluar kamar menuju kamar Alex. Aku tidak lagi mempermasalahkan Alex yang berbeda kelamin denganku. Walau bagaimanapun dia tetap kakakku. Bukan orang asing.

Bulu kudukku berdiri saat berlari keluar kamar. Seperti ada yang mengikutiku dari belakang. Membuatku semakin mempercepat lariku.

Bahkan aku tidak mengetuk pintu untuk meminta ijin dulu. Aku langsung masuk. Keadaan tidak memungkinkan untuk menunggu Alex mengijinkanku masuk kamarnya. Mungkin dia juga sudah tidur. Aku akan meminta ijin nanti yang penting merasa aman dulu.

Tapi ternyata Alex belum tidur. Dia terkejut melihatku grusak grusuk masuk ke kamarnya. Aku langsung menghambur naik ke ranjangnya, memeluk lengannya.

"Aku tidur sini ya kak. Aku barusan mimpi. Takut" Ucapku dengan mata terpejam. Memeluk lengannya dengan erat.

Kurasakan tubuh Alex begitu kaku, seperti tegang. Mungkin dia seterkejut itu melihatku tiba-tiba datang apalagi minta tidur disini. Tangannya yang tidak kupeluk perlahan terangkat mengelus kepalaku. Aku mendongak untuk menatapnya. Alex meringis kaku.

Saat itulah aku baru sadar kamar Alex tidak sepenuhnya sepi. Ada suara lain yang baru aku sadari. Suara yang sama seperti waktu itu. Tubuhku seketika memanas. Masih bertatapan dengan Alex wajahku berubah merona.

Ku alihkan pandanganku, dan detik itu aku melihat hal lainnya yang baru kusadari juga. Seketika kututup mataku dengan kedua tangan. Wajahku semakin memerah. Panas.

Ternyata saat aku masuk tadi Alex tengah menonton film dewasa di ranjangnya dalam keadaan telanjang. Sepenuhnya telanjang, tidak memakai apapun untuk menutup tubuhnya. Tapi karena keadaan kamar yang remang hanya ada pencahayaan dari lampu tidur dan tadi juga aku terlalu panik, jadi tidak menyadari semua itu. Baru menyadarinya sekarang. Malu.

"Baru sadar ya?" Tanya Alex disampingku. Suaranya terdengar berbeda. Sedikit serak dan lebih berat.

Aku tidak menjawab. Terlalu malu. Mataku tetap terpejam dengan kedua tangan menutup wajah. Suara desahan dari laptop Alex terdengar dengan jelas. Badan Alex juga bergerak-gerak samar. Lengannya yang masih kupeluk membuatku bisa merasakannya.

Aku memang menutup mataku. Tapi kepalaku entah bagaimana ceritanya malah memunculkan bayangan Alex yang sedang mengurut miliknya dengan tangan. Ah. Aku benci otakku. Kugelengkan kepalaku berkali-kali untuk menghilangkan bayangan itu.

"Jangan gerak-gerak val" Ucap Alex sedikit tercekat. Nafasnya terdengar memburu. Aku jadi takut. Tapi tidak tau harus berbuat apa.

Perlahan Alex menarik lengannya yang kupeluk. Dia bilang akan ke kamar mandi sebentar dan menyuruhku untuk menunggunya. Setelah ku dengar pintu kamar mandi tertutup. Aku menurunkan tanganku yang menutup wajah.

Laptop Alex masih menampilkan gambar vulgar tanpa sensor beserta suara desahan dan lenguhan yang menggelitik telinga. Aku segera bangun mendekati laptopnya yang berada di ujung ranjang. Berniat untuk menekan tombol pause.

Tapi setelah melakukannya justru aku salah tingkah sendiri. Video itu berhenti, layar laptop Alex kini menampilkan dengan jelas sang perempuan yang mengangkang di hadapan lelakinya. Sementara lelaki itu merunduk melahap vagina wanitanya yang merah merekah. Ah. Melihat itu membuat milikku tiba-tiba berkedut dan lembab tidak nyaman.

Aku semakin salah tingkah sendiri karena suara di laptop itu berhenti, membuat suara lain malah terdengar.  Suara lenguhan dan geraman yang berasal dari kamar mandi. Bulu kudukku berdiri, merinding. Aku tidak lagi takut akan mimpi burukku, seketika aku lupa bayangan menakutkan itu. Namun kini terganti dengan merinding yang lain.

Aku menarik selimut dan meringkuk menghadap tembok. Tidak berselang lama kudengar gemericik air berhenti, kran dimatikan dan pintu kamar mandi terbuka. Tubuhku semakin merinding. Mempertanyakan kembali niatku untuk tidur disini. Apakah mungkin? Sepertinya tidak.

Saat alex selesai memindahkan laptopnya dan kembali naik ke ranjang. Aku mendudukkan diriku, membelakanginya. Aku bingung harus mengatakan apa jadi aku langsung saja beranjak turun dari ranjang. Tapi Alex langsung mencekal tanganku.

"Mau kemana?" tanyanya. "Katanya mau tidur sini?" aku menggeleng pelan.

"Gak jadi"

"Kenapa?"

"Maaf kak. Aku tadi gak tau kalo kakak.... lagi...." Aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku.

"Gak papa. Udah selesai. Sini tidur"

Aku menggeleng mencoba melepaskan tangannya yang memegang tanganku. Tapi Alex malah menarik tubuhku membuatku tergeletak di sampingnya. Dia langsung mendekapku. Setelah apa yang ku lihat dan ku dengar, rasanya semakin tidak nyaman seperti ini.

Aku mendorong tubuh Alex menjauh, gerakan itu membuat dadaku tidak sengaja bergesekan dengan dadanya. Membuatku menyadari hal lain lagi. Mataku seketika mendelik. Mengingat hal penting yang malah ku lupakan.

Aku selalu tidur tanpa memakai bra!

Itu artinya.... saat ini juga.

Aku langsung mendongak menatap Alex dengan horor. Ku dorong dadanya dengan kuat lalu menutup dadaku dengan lengan. Ku lingkarkan lenganku memeluk tubuhku sendiri. Seluruh tubuhku kembali memanas, wajahku mungkin sudah sangat merah hingga ke telinga. Aku malu. Malu akan kebodohanku sendiri.

"Baru sadar lagi?" Tanya Alex dengan terkekeh. Aku sontak menoleh. Apa maksudnya dia sudah sadar dari tadi kalau aku tidak memakai bra?

"ihh kenapa gak bilang dari tadi" Seruku tidak terima. Aku merasa seperti terkhianati dan langsung memukulinya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih menutupi dadaku.

Alex hanya tertawa. Dia melindungi  tubuhnya dengan tangan tanpa melawan pukulanku.

"Mau bilang gimana? Dadamu keliatan? Gitu? Ntar tambah ngamuk" Tawanya. Aku tidak bisa menjawab. Ku berikan pukulan yang terakhir dengan keras. Lalu kembali beranjak ingin kembali ke kamar. Tapi lagi-lagi Alex menahan tanganku.

"Lepasin. Aku mau balik" Seruku.

"Ngapain. Udah sini aja" Alex menarikku lagi hingga lagi-lagi kepalaku terjatuh menyentuh bantal. Aku benci kenapa aku lemah sekali dibanding dirinya.

"Kakkk" protesku saat dia kembali membawaku kedalam dekapannya.

"Lepasin! Aku malu" seruku lebih keras karena Alex tak kunjung melepaskanku.

"Santai gak usah malu. Lagian impas kan. Kamu juga ngeliat punyaku. Dua kali malah. Aku baru sekali ini, itupun masih kehalang kain"

Tapi tipis! Aku memakai tanktop paling tipis untuk tidur. Karena tidak mungkin aku berkeliaran dirumah menggunakan tanktop tipis setelah tinggal dengan keluarga Alex. Jadi aku menggunakannya untuk tidur. Tapi sekarang aku malah berada di hadapannya. Bahkan tanpa menggunakan bra. Memalukan.

Aku menunduk malu. Kutarik tanktopku keatas. Menutupi belahan dadaku yang mungkin saja terlihat. Karena posisinya kepala Alex lebih diatas kepalaku. Aku mendengar Alex terkekeh lagi. Kemudian dia meraba wajahku, menyingirkan anakan rambutku yang berantakan. Menyelipkannya di telinga.

"Mimpi apa tadi?" Tanyanya. Terdengar serius, tanpa tertawa.

"Hantu" Jawabku. Bayangan mimpi itu kembali merasuk ke kepalaku.

Melupakan rasa maluku, aku reflek merapatkan diri ke tubuh Alex. Menenggelamkan wajahku di dadanya. Kejadian tadi sempat membuatku lupa akan mimpi itu. Tapi sekarang kembali mengingatnya, dan kembali takut lagi. Seakan mengerti, Alex mengengelus punggungku. Mencoba menenangkanku dari ketakutan.

Hingga entah sejak kapan diriku tertidur dengan lelap. Dalam dekapannya.

Bad Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang