Nanya dong. Ada yg muslim gk ? Puasaan kapan ya ?
Jangan lupa vote komen dan follow
Yo!
________Pulang sekolah Alex menjemputku. Kebetulan dia masih ada kuliah, jadi aku harus menunggu dulu di sekolah. Tapi tidak lama. Mungkin hanya 20 menitan. Sekarang aku sudah berada didalam mobilnya.
"Makan dulu mau?" Tawarnya. Aku mengangguk. Perutku juga lapar.
"Dimana?" Tanyanya.
"Mana aja kak. Ngikut" Jawabku.
"Geprek?
"Jangan yang pedes-pedes. Males gerah" Ucapku. Sangat anti memakan makanan yang menimbulkam gerah-gerahan di siang hari.
"Terus kemana enaknya. Fastfood?"
"Boleh"
"yang paling deket aja ya"
"Oke"
Tidak berselang lama mobil Alex siap berbelok ke salah satu fastfood yang paling dekat dengan sekolahku.
"Makan disini atau drive thru aja?"
"Bebas. Aku ngikut"
"Ngikut mulu perasaan" Keluhnya membuatku tertawa.
"Aku kan penurut" Gurauku. Alex berdecih. Dia tersenyum sekilas tapi masih fokus membelokkan mobilnya. Hatiku rasanya senang karena tidak lagi ada kecanggungan di mobil ini seperti tadi pagi.
"Mau nasi atau burger?" Tanya Alex lagi.
"Burger aja. Sama kentang. Boleh?" Alex mengangguk.
"Muter balik deh, drive thru aja kalo gitu" Gumamnya sendiri. Padahal tadi sudah bersiap untuk parkir. Aku hanya terkikik pelan.
"Mmm kak" Panggilku sebelum Alex berhenti di tempat khusus drive thru.
"hmm"
"Tambah mcflurry boleh?"
"Boleh"
"Yeyy" Girangku. Alex melirikku, kemudian dia mengusak rambutku gemas. Dia tersenyum begitu manis seperti biasanya.
"Seneng deh punya kakak" Ucapku memeluknya sekilas. Lalu kembali lagi bersender ke tempatku.
Tadi aku sudah melepas seatbeltku waktu Alex bersiap parkir, tapi ternyata tidak jadi dan aku belum membenarkannya. Makanya aku bisa memeluknya karena tidak terhalang seatbelt.
Aku menatap Alex yang mendadak ekspresinya berubah. Dia diam menatap lurus kedepan. Seperti tegang. Apa karena aku memeluknya seperti tadi? Apakah ada yang salah? Apakah dia tidak suka dipeluk adiknya?
"Kakak gak seneng ya punya adek?" Tanyaku memancing. Padahal aku tau dia jauh lebih menerimaku sebagai saudara dari pada aku menerimanya. Aku masih sering merasa tidak nyaman didekatnya, sementara dia tidak pernah.
"S-seneng kok"
"Bohong"
"Serius"
"Kalo serius kok gagap?"
Alex melirikku, dari atas kebawah kemudian kembali ke mata lagi.
"Gak nyangka aja bakal ditanyain begitu. Emang selama ini aku keliatan kurang nerima?" Tanyanya. Aku tersenyum dan menggeleng.
"Keliatan nerima banget kok malahan"
Mobil yang didepan sudah selesai dengan pesanannya. Giliran kami sekarang. Alex menyebutkan pesananku tadi beserta punyanya, kemudian menoleh padaku lagi.
"Mau eskrim sekalian gak?" Tanya Alex yang tentu saja ku angguki dengan semangat.
"Yakin habis?"
"Mau ditambahin pie sekalian juga bakalan abis" Ucapku. Alex tertawa.
"Ngerampok" Candanya tapi tetap menyebutkan dua pesanan tambahan itu. Aku balas tertawa.
Punya kakak sememyenangkan ini ya ternyata? Bisa jajan puas tapi uang saku aman. Haha. Aku penasaran hal menyenangkan apa lagi yang akan aku rasakan kedepannya sebagai seorang adik.
Aku memakan burgerku lebih dulu karena lapar, sementara tangan kananku memegang ice cream cone. Sesekali menjilatnya. Alex fokus menyetir tapi aku tau dia sesekali melirikku. Apa aku terlihat rakus? Haha.
"Mau?" Tanyaku menawarkan pada Alex karena dia terus menatapku yang menjilati eskrim. Kita sedang berhenti karena lampu merah. Alex menggeleng.
"Jijik ya?" Tanyaku iseng. Alex tertawa pelan.
"Enggak"
Setelah mengucapkan itu Alex tiba-tiba melepaskan sitbealtnya dan mencondongkan dirinya padaku. Gerakan yang begitu cepat itu membuatku mendadak kaku. Terlebih wajahnya kini begitu dekat dengan wajahku, membuatku salah tingkah sendiri.
Alex tersenyum, kemudian semakin memajukan wajahnya. Dia menjilat eskrim yang tepat berada di depan mulutku. Aku hanya diam mematung. Bahkan setelah Alex kembali ke posisi menyetirnya aku tetap diam seperti tidak bisa bergerak.
"AH" kagetku merasakan dingin di pahaku. Ternyata es krimnya mencair dan menetes ditanganku bahkan sampai ke paha. Aku melamun terlalu lama.
Tanganku sudah terangkat hendak mengambil tisu. Tapi Alex lebih dulu mengambilnya lalu mengusapkan tisu itu pada pahaku. Lagi-lagi aku hanya bisa diam kaku. Kulitnya yang bersentuhan dengan kulitku saat mengusapkan tisu membuatku merinding.
"Cepet abisin. Netes-netes semua ini. Nanti kena rok" ucapnya.
Alex kembali membuatku tercengang saat dia tiba-tiba menyibakkan rokku, hendak mengusapkan tisu itu hingga kedalam. Aku segera meletakkan burger ke sembarang tempat dan menahan tangannya.
"Kak" Lirihku. Alex menatapku.
"Kenapa? Netes kedalem itu" Ucapnya santai. Sekuat tenaga aku mengontrol detak jantungku.
"Biar aku aja" Ucapku mengambil alih tisu yang dia pegang. Tapi karena aku sibuk membersihkan, jadinya Es krim yang ada di tanganku terus menerus mencair dan menetes di pahaku lagi, bahkan kemana-mana.
Tiba-tiba Alex mencekal tanganku.
"Gak selesai-selai ngelapnya kalau yang sini cair terus" ucapnya lalu menarik tanganku mendekat ke mulutnya dan menjilat jariku yang dipenuhi es krim.
Kaget dengan apa yang Alex lakukan reflek aku langsung menarik tanganku. Jadinya malah eskrim itu terjatuh di pahaku. Bahkan terkena rokku. Aku semakin panik dan buru-buru mengambil tisu sebelum Alex mendahuluiku seperti tadi. Alex berdecak.
"Ck. Grusak grusuk sih. Jatuh kan jadinya. Sayang banget. Padahal dijilat enak daripada di tisuin gitu"
Aku melirik Alex yang fokus menatap ke depan. Apa dia merasa sayang karena ini uangnya dan sekarang terbuang cuma-cuma? Tapi aku harus bagaimana? Eskrimnya jatuh ke pahaku. Mana bisa aku menjilatnya sendiri kan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Step Brother
General FictionWARNING 18+ Hai. Namaku Valerie. Awalnya hidupku normal sebagai anak tunggal. Sebelum dia datang....