Semenjak hari itu Alex jarang pulang ke rumah, dia sangat sibuk dengan kuliahnya. Bahkan terakhir kali kami mengobrol ya pagi itu, hari minggu pagi, setelah itu tidak pernah lagi sampai hari ini. Kata mama, Alex manjadi panitia penting di salah satu event besar kampusnya makanya dia sesibuk itu sampai memutuskan untuk menetap di apartmentnya dan tidak pulang.
Jujur, aku merindukannya. Rumah semakin sepi tanpa kehadirannya. Mama kerja, papa kerja, biasanya aku sering hanya berdua bersama Alex di rumah ya meskipun dengan kesibukan masing-masing di kamar masing-masing, tapi setidaknya aku tidak sendiri. Tidak seperti sekarang ini, sendirian di rumah sebesar ini. Membosankan.
Sampai tiba-tiba sebulan kemudian suara itu kembali terdengar
"Ngapain ngelamun disini?"
Aku menoleh ke sumber suara, Alex berdiri disana di seberang kolam renang dengan tas ransel tersampir di bahu kanannya. Tidak jelas dia mau berangkat lagi atau mau pulang. Aku memilih tidak menjawab. Mengalihkan lagi pandanganku ke dasar kolam.
Alex mendekat, berjalan ke arahku kemudian mendudukkan diri di sampingku. Ikut memasukkan kakinya ke dalam kolam sepertiku.
"Kok gak dijawab?" Tanyanya lagi.
"Ngapain pulang" sebenarnya aku hanya ingin membalikkan pertanyaan, tapi pertanyaan yang keluar dari mulutkku malah terdengar sangat sewot. Sepertinya Alex juga sadar akan hal itu karena dia langsung tertawa dan mengusak rambutku.
"Kok sewot sih?" Kekehnya. Aku menoleh, semakin memajukan bibirku, cemberut.
"Abisnya gak pulang pulang, punya mama punya papa punya kakak sama aja kayak gak punya siapa-siapa. Sendirian mulu disini. Ngapain juga punya rumah segede ini kalo isinya cuma aku doang." Gerutuku panjang lebar. Menendang air di dalam kolam meluapkan kekesalan. Jujur aku benar-benar kesal.
"Mau berangkat lagi kan? Udah sana langsung pergi aja ngapain disini segala." Aku mendorong Alex yang malah semakin tertawa mendengarku menggerutu.
"Utututututtu adikku lagi ngambek" Bukannya menjauh setelah ku dorong-dorong, Alex malah berusaha mendekatkan diri untuk memelukku. Awalnya aku tidak mau tapi pada akhirnya luluh juga membiarkan Alex memelukku meskipun aku masih sangat kesal padanya.
"Kangen ya?"
"Gak!"
"Berarti boleh pergi lagi?"
"Iya udah sana pergi." Aku langsung ingin melepaskan diri dari dekapan Alex tapi Alex malah mengeratkan tangannya dan tertawa lagi.
"Bercanda.. iya enggak pergi lagi kok ini udah pulang beneran." Katanya.
Aku mendongak sedikit bermaksud melihat mata Alex, meskipun yang terlihat hanya dagunya karena aku sedang berada dalam dekapannya.
"Acaranya udah selesai?" Tanyaku, Alex mengangguk.
"Udah, akhirnya."
"Berarti udah gak tinggal di apart lagi?"
"Enggak, balik ke rumah lagi kayak biasa."
Sudut bibirku reflek tertarik keatas. Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku. Lagi lagi sepertinya Alex menyadari itu karena dia langsung mengusak rambutku sambil berkata
"Nah gitu dong senyum kan cantik dari pada cemberut kayak tadi."
Aku berdecak, mendorong dada Alex, keluar dari dekapannya.
"Dih, apaan enggak gak ada yang senyum." Bohongku.
Lagi lagi Alex tertawa.
"Ketawa mulu, gak ada yang lucu!" Protesku
"Kamu lucu."
Balasan Alex diluar ekpektasiku membuatku tidak tau harus bereaksi apa, jadi aku mengalihkan pandanganku darinya. Menghadap ke lain arah. Menyembunyikan wajahku yang memerah malu. Tiba-tiba ku rasakan tangan Alex melingkari tubuhku, dia memelukku lagi dari samping.
"Kata mama ada yang nyariin aku terus tiap hari." Kekehnya, menggerak-gerakkan kepalanya di bahuku. Dalam hati aku menggerutu, mama cepu banget sih!
"Gak ya, gak tiap hari juga, mama lebay ngomongnya."
"Oh iya, gak tiap hari, tapi tiap jam kan"
"Enggak lah!" Sungutku tidak terima. "Udah ah lepasin, ngapain sih meluk meluk mulu kayak teletubbies!"
"Kangen" ucapan Alex membuatku berhenti berusaha melepaskan pelukannya. Suara Alex kali ini terdengar cukup serius, tidak bercanda seperti tadi.
Aku menoleh, membuat jarak wajahku dan Alex yang berada di bahuku menjadi sangat dekat, bahkan hidung kami hampir bersentuhan. Dalam jarak sedekat ini aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang tenang dan tatapan mata yang lurus menatap mataku seakan mengunciku untuk terus menatapnya. Ku rasakan perlahan wajahku memanas, ini terlalu dekat.
Tidak ingin Alex melihat wajahku memerah, aku buru-buru melepaskan tangannya yang melingkar di perutku.
"Minggir, aku mau renang." Ucapku kemudian langsung menceburkan diri ke air. Berusaha tidak mempedulikan apapun yang dilakukan Alex di pinggir kolam sana. Sampai beberapa putaran aku melihat Alex berdiri dari duduknya.
"Aku ke kamar dulu ya, naruh barang." Ucapnya ku balas dengan dua jari membentuk tanda ok.
*****
PERCOBAAN DOANG HEHE
MASIH ADA YANG BACA GAK?
Karena draft gue hilang, dan ternyata berbulan2 gue tungguin tetep gak ada yang bisa bantu liatin karena hilang juga di librarynya, jadi akhirnya gue mutusin buat lanjutin cerita ini tapi dengan alur cerita baru karena gue lupa alur sebelumnya yang udah pernah gue up. Semoga kalian yang udah pernah baca sampe bab 21 gak keberatan ya.
AYOOOO SEMANGATIN GUE BUAT KELARIN DRAFT DAN UP NEXT CHAPTER SECEPATNYA
DARK GIRL

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Step Brother
Narrativa generaleWARNING 18+ Hai. Namaku Valerie. Awalnya hidupku normal sebagai anak tunggal. Sebelum dia datang....