Perbatasan, singgasana Irene.
"Ada perlu apa hingga kau kemari, tuan JYP-?"
"Aku ingin membicarakan tentang anak-anak itu. Sepertinya kondisi mereka memburuk, mereka tidak bisa bersatu justru malah tercerai berai karena masa lalu."
"Kau salah tuan, justru anak Taiwan itu yang akan membuat mereka bersatu."
"Apa kau yakin-?"
"Sejak kau turun ke bumi ternyata kau jadi bawel ya dan jadi lebih tua."
"Untuk urusan umur, jelas aku hidup lebih lama darimu Irene. Tapi urusan wajah, aku masih bisa merubahnya."
Irene menatap wajah JYP, perlahan wajah itu berubah menjadi lebih muda.
"Meskipun aku turun ke bumi, kekuatanku sebagai penjaga perbatasan masih ada."
"Tuan, dosamu di ampuni. Apa kau tak ada niatan untuk kembali kesini untuk selamanya-? Tak perlu khawatirkan Jihyo, dia anak yang mandiri dan bertanggung jawab."
"Entahlah, akan kupikirkan nanti."
"Tuan, sepertinya akan sangat menarik jika aku memberi mereka keringan." Irene tersenyum sinis.
"Maksudmu-?"
"Sana, Momo, dan Dahyun."
"Lalu bagaimana dengan Tzuyu-?"
"Untuk alter egonya, anak itu bisa mengatasinya sendiri. Tapi, untuk urusan matanya, aku akan turun tangan. Kita penjaga perbatasan, bisa mengendalikan takdir orang bukan-?"
Rumah sakit, hari ke tujuh Tzuyu di rawat.
"Tzuyu, dokter ingin bicara." Ucap Sana sambil mengelus kepala Tzuyu.
"Eonnie disini saja." Tzuyu berkata manja sambil menahan tangan Sana yang hendak pergi.
Sana pun pasrah.
"Nona Tzuyu." Panggil sang dokter.
"Ya dokter."
"Bagaimana kondisimu-?"
"Sudah membaik, tapi mataku....semakin memburuk."
"Sudah kuduga, ada kabar baik untukmu. Seseorang yang baik hati mendonorkan matanya untuk rumah sakit ini, tapi sang pendonor adalah penderita heterochrome. Apa kau mau menerima mata itu-?"
"Aku tidak tahu apa itu hetero....apa tadi-?"
"Heterochrome, kelainan pada mata yang di sebabkan oleh jumlah melanin. Tenang saja, ini tidak menyebabkan gangguan penglihatan, hanya saja warna iris matamu berbeda. Iris mata sang pendonor itu, yang kiri coklat terang dan yang kanan coklat gelap, mendekati hitam."
Sana dan Tzuyu sedikit terkejut saat mendengar penjelasan sang dokter. Tzuyu tertunduk, Sana menggenggam tangan Tzuyu dengan sangat erat.
"Aku, aku akan melakukan operasi mata itu." Ucap Tzuyu.
"Kau yakin-?"
Tzuyu mengangguk lalu berkata, "daripada aku tak bisa melihat."
"Baiklah, lusa kau akan melakukan operasi itu. Kalau begitu saya permisi." Dokter itu segera meninggalkan kamar rawat Tzuyu.
Sana mengelus kepala Tzuyu.
"Tzuyu."
"Apa-?"
"Waktu itu kau bicara dengan siapa-? Malam itu, aku tak sengaja menguping."
"Bukan siapa-siapa."
"Kau berbohong. Aku tak tahu bagaimana caranya dia masuk, tapi kenapa ia tak keluar lewat pintu-? Tidak mungkin kan jika ia keluat lewat jendela."
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
Fanfiction[GXG] "aku tidak ingin percaya dengan siapa pun lagi." -Chou Tzuyu.