Chapter 7

65.4K 4.9K 258
                                    

Lea memang tak pernah suka jika di bawa ke rumah sakit. Katanya di sana banyak penunggunya, ia juga takut melihat alat-alat medis yang digunakan dokter untuk memeriksa pasien.

Dokter akhirnya datang, membuat Rena dan Arga yang berada di samping Lea segera menyingkir membiarkan dokter itu memeriksa anaknya.

"Sepertinya Lea belum mengisi perut sama sekali, ya?" tanya dokter pada Lea.

Gadis itu hanya mengangguk lemas. Menutup matanya yang kembali terasa panas akibat demam.

"Jangan tidur dulu Lea, setelah diperiksa Lea harus makan," ucap Leo yang masih setia mengusap rambut adiknya.

Lea bergumam pelan membalas ucapan Leo, tubuhnya benar-benar lemas.

Dokter berdiri setelah memeriksa Lea. "Maag nya kambuh, dari pagi Lea belum menerima asupan apapun, dia juga sepertinya kelelahan. Biarkan dia istirahat dulu minimal 2 hari. Ini resep obatnya, silahkan tebus di apotek terdekat," jelas sang dokter memberi selembar kertas pada Arga.

Arga mengangguk, meminta asisten rumah tangga mengantar dokter itu ke depan dan membeli obat yang telah ditulis oleh dokter tadi. Ia sendiri berjalan mendekati anaknya.

"Lea, ayo makan dulu."

Leo menepuk pelan pipi adiknya, tapi masih tak ada pergerakan. Arga membawa Lea ke pangkuannya, memeluk tubuh mungil itu dari belakang sambil terus berusaha membangunkan Lea.

Inilah yang membuat semua khawatir jika Lea sakit, saat dibangunkan gadis itu tak pernah mau membuka mata, takut-takut jika Lea bukannya tidur tapi malah kehilangan kesadaran.

Rena menghela nafas pelan. Meraih kain kompresan dan meletakkannya di atas dahi anaknya yang seketika membuat sang pemilik tersentak kaget.

"Dingin, Mi," ucapnya kemudian menangis. Tubuhnya yang begitu panas membuatnya merasa menggigil saat bersentuhan dengan air, padahal itu adalah air yang sudah dihangatkan.

"Makan dulu, yuk," ucap Arga mengeratkan pelukannya.

Lea akhirnya membuka mata.

"Sebentar Mami buatkan bubur dulu," ucap Rena kemudian berlalu.

"Lea kenapa bisa sakit, hmm?" tanya Arga dengan lembut.

Lea diam, matanya seakan ingin tertutup terus. Melihat itu Leo meraih tangan adiknya. "Lea tadi makan gak di sekolah?"

Bukannya menjawab Lea malah kembali menangis. "Abang hiks, maafin Lea. Jangan cuekin hiks Lea lagi," ucapnya.

"Abang yang minta maaf, harusnya Abang jagain Lea, bukan malah cuekin Lea," balas Leo merasa bersalah.

"Papi juga maafin Lea, ya? Lea masih hiks mau jadi anaknya Papi. Lea udah minta tugas sama hiks Pak Gunawan buat ngisi nilai harian Lea yang kosong."

Arga mengecup kening panas anaknya sambil terkekeh pelan. "Lea kan emang anaknya Papi," jawab Arga.

"Tapi hiks tadi malam Papi bilan- "

"Kayaknya Lea gak dengerin kata-kata Papi deh semalam. Kan, Papi bilang Lea bukan anaknya Papi cuma sampai pagi doang. Artinya sore ini Lea udah jadi anak Papi lagi, Papi tau Lea udah kerja keras biar bisa jadi anaknya Papi lagi, jadi jangan sedih, ya. Lea akan jadi anaknya Papi terus," jelas Arga.

Isakan Lea berhenti seketika. Masih mencerna apa yang dikatakan Ayahnya.

"Papi tadi malam ke pos tau. Gak tega liat anak Papi kedinginan tidur di lantai pos, jadi Papi gendong Lea ke kamar lagi. Emang Lea gak sadar tadi pagi bangunannya di mana?" lanjut Arga.

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang