Chapter 20

62.2K 4.5K 106
                                    

Pagi-pagi sekali, Lea merengek ingin masuk sekolah. Katanya ia sudah meninggalkan begitu banyak pelajaran, Lea tak mau mengerjakan lebih banyak soal lagi.

Arga yang selalu melarang keras akhirnya mengangguk pasrah. Lea dengan keras kepalanya sangat sulit untuk menurut.

Dan tinggal lah ia di sini. Di depan rumah Rio dengan tongkat menopang sebagian tubuhnya, menunggu Rio yang baru ingin mengambil kunci mobil.

Sebenarnya cowok itu menggunakan motor jika berangkat ke sekolah. Namun, karena ada Lea jadi ia memilih menggunakan mobil agar lebih aman.

Sekembalinya cowok itu, Lea memasang wajah cemberut. "Kenapa gak pake motor aja, Lea kan pengen cobain pake motor," ucapnya.

Rio tersenyum, membukakan pintu untuk gadis itu. "Kalau bawa Kak Lea pakai motor, gak aman. Naik motor itu panas, bisa masuk angin juga, banyak debu dan asap di jalan, gak baik."

Lea masuk, duduk dengan hati-hati. Tongkatnya diambil alih oleh Rio untuk disimpan di belakang. Tak lama cowok itu ikut masuk ke dalam mobil kemudian melaju meninggalkan pekarangan rumah.

"Kata Mama, Kak Lea mulai sekarang berangkat dan pulang sekolah harus sama aku terus. Sementara gantiin posisinya Bang Leo buat jagain Kak Lea," jelasnya. "Jadi sekarang aku jadi Kakaknya Kak Lea, ya," canda Rio.

"Ihh." Lea mendelik sebal. "Gak bisa dong, Lea harus tetep jadi Kakaknya Rio. Kan lebih tua Lea, Rio cuma gantiin Abang, buka jadi Abang beneran," elaknya tak terima.

Rio tertawa kecil. "Bisa dong, Rio kan lebih besar dari Kak Lea."

"Apa? Gak boleh, tetep umur Lea yang tua," juteknya.

"Iyadeh iya, yang udah tua," ledek Rio.

"Rio nyebelin! Pengen Lea gigit!"

***
"Omaigat Lea!!" teriak Dino menghambur ke pelukan Lea.

Cowok itu tak merasa saat berlari semua bagian tubuhnya bergoyang terutama perut dan pipi, membuat Lea tertawa lucu.

Dino menghampiri Lea di tempat duduknya, mengajukan pertanyaan beruntung karena ketidakhadiran Lea selama seminggu ini.

"Lo kemana aja, sih? Kata Sheila Lo sama Leo kecelakaan? Emang bener? Chat gue juga gak pernah Lo balas! Ngapa, sih?!" celotehnya.

Lea mengangguk membenarkan perkataan Leo perihal Sheila. "Mobil Lea sama Bang Leo jatuh ke jurang, Abang bilang waktu itu Abang melamun jadi gak perhatiin jalan. Tadi aja Lea berangkat sama Rio, pakai tongkat ini," tunjuknya pada tongkat yang bersandar di dinding.

Dino terdiam menatap perihatin sahabatnya. "Sorry ya Le, kita jadi gak jenguk kalian berdua. Kata Sheila kal-"

"SELAMAT PAGI SEMUANYA!"

Dino melotot horor pada Sheila yang baru saja memasuki kelas. Beberapa murid yang sudah datang pun menyoraki gadis itu karena terlalu berisik.

Sheila tak peduli, dengan cuek ia berjalan ke arah bangku di sebelah Lea.

"Udah sembuh, Le? Cepet amat masuk sekolahnya," ucap Sheila menggantung tasnya pada pengait yang tersedia di meja.

Lea kembali mengangguk. "Lea udah sembuh, tinggal kakinya doang."

"Kalau Leo? Udah masuk sekolah juga?" tanya Sheila lagi.

"Belum, Dokter belum bolehin Abang banyak gerak dulu," jawabnya.

Sheila mengangguk paham. Kepalanya menoleh pada Dino. "Din, ceritain gak?" bisiknya.

Dino terlihat berfikir sejenak. "Ntar aja, deh. Takut dia gak fokus belajar," bisiknya balik pada Sheila.

"Oke."

***
"Woahh, degem gue udah sembuh," heboh Ken.

Tak sengaja ia melihat Lea saat ingin pergi ke kantin, sebab jika ingin ke kantin mereka otomatis melewati kelas Lea dulu, kecuali jika ingin melalui jalan kecil di belakang kelas-kelas.

Di belakang Ken ada Devian yang membuntutinya. Kini dua cowok itu sudah duduk di kursi depan meja Lea.

"Lea gak ke kantin?" tanya Ken saat melihat hanya gadis itu yang tak pergi ke kantin. Dino, Sheila, dan Bina sudah tak ada di kelas.

Lea menggeleng. "Lea udah bawa bekal dari Mami," jawabnya menunjukkan kotak makan di hadapannya.

Alis Devian mengerut bingung. "Tumben mau makan sendiri?"

Lea cemberut mendengar perkataan Devian. "Lea gak bisa jalan, kaki Lea masih belum sembuh," jawabnya.

Otomatis Ken dan Devian menatap ke bawah meja di mana kaki Lea berada dan mengerti setelah melihat gips yang terpasang di sana.

"Emang kejadiannya gimana, Le? Kok bisa separah ini?" tanya Ken penasaran.

Lea menggeleng. "Lea gak tau, tiba-tiba aja Bang Leo peluk Lea terus disuruh tutup mata, gak lama mobil nabrak nabrak dan berguling."

"Terus keadaan Leo gimana?"

"Kata Papi, Abang punggungnya robek-robek jadinya dijahit. Lea serem kalau bayangin, pasti sakit," balas Lea.

Ken mengangguk angguk paham. Cowok itu kemudian berdiri. "Yaudah deh, Lea makan, gih. Kita mau ke kantin dulu. Bye degem, cepat sembuh, ya," pamit Ken mengacak rambut Lea dengan sayang kemudian berlalu.

Namun, Devian masih diam di tempatnya. Menatap Lea yang mulai menyantap bekal dari Rena. Ia tersentak saat tangannya yang kosong digenggam oleh tangan hangat Devian.

"Lea," panggilnya.

"Iya? Kak Dev perlu sesuatu?" tanyanya.

Devian mengangguk. "Apa pun yang dikatakan Leo tentang aku nanti, please percaya kalau aku sudah berubah," ucapnya menatap Lea penuh harap.

Lea mengangguk saja. Tatapan cowok itu terlihat tulus, tak mungkin Lea bisa menolaknya.

Balasan Lea itu seketika membuat Devian tersenyum kecil, tangannya yang tadi menggenggam tangan Lea naik mengusap pipi gadis itu.

"Aku sayang kamu, Lea."

"DEV, NGAPAIN LO. Gue pikir Lo ngikutin gue di belakang tadi, untung belum sampai kantin, gue ngomong sendiri anjir," omelnya.

Devian menghela nafas panjang kemudian berdiri, mengacak rambut Lea dan berlalu dari kelas gadis itu.

Lea hanya memandang kepergian Devian dengan kekehan, baru kali ini melihat cowok itu memasang ekspresi dongkol akibat perkataan Ken.

Tok tok tok

Lea terkejut bukan main saat mendengar suara ketukan di jendela tepat dekat kepalanya.

Di sana ada Dino dan Sheila yang tengah cekikikan, sedangkan Bina hanya menggeleng heran dengan keduanya.

Mereka beranjak dari sana, tapi tak lama muncul di depan pintu kelas. "Wahh, makin makin aja nih, Kak Devian," ucap Sheila berjalan mendekati Lea.

"Dia tadi ngomong apa, Le?" tanya Dino rempong.

Lea mengerut menatap sahabatnya bingung. "Kalian gak jadi ke kantin?"

"Ke kantin kok, nih makanannya," jawab Bina memperlihatkan kantong plastik berisi makanan. "Mulai sekarang kita makannya di kelas, biar bisa bareng," lanjutnya kemudian duduk di hadapan Sheila.

"Jawab dulu pertanyaan gue, Le," desak Dino.

"Gak ada, Kak Dev cuma bilang kalau dia sayang Lea," jawabnya melupakan kalimat penting yang disampaikan Devian sebelumnya.

Semua terdiam, memandang gadis itu dengan berbagai tatapan berbeda, apa Lea harus tau hal ini.

"Le, sebenarnya waktu pulang sekolah sebelum kalian kecelakaan, Leo berantem sama Devian," tutur Dino tak enak. "Gue gak tau pasti masalahnya, tapi ...

ini menyangkut Lo!"

Jangan lupa votemen 🌟
Jika ada yang ingin disampaikan silahkan komen 😊
Makasih dukungannya 💛💚

Salam
Rega♥️

080520

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang