Seketika rahang Leo mengetat, membuat Lea gelagapan. Bukan, bukan karena ia masih tak bisa melupakan Aland. Tapi, melihat tatapan cowok itu Lea yakin dia benar-benar baik.
"Lea lupa dengan apa yang udah dia lakuin?" tanya Leo.
Lea menggeleng mengelak. "Lea gak lupa, tapi Kak Aland-"
"Lea masih suka sama Aland?" potong Leo.
"Lea suka orang yang baik, Bang," jelasnya.
"Abang udah pernah bilang kala-"
"Kalau orang yang Lea anggap baik belum tentu baik?" ucap Lea memotong perkataan kakaknya. "Iya, Kak Aland juga bilang gitu tadi, terus dia liatin Lea. Gak lama Kak Devian narik Lea pergi, aneh kan? Sebenarnya Kak Devian sama Kak Aland punya masalah apa?"
Pandangan Leo meredup, matanya menatap kosong, bibirnya menampilkan senyum yang begitu miris. Ia mengangguk dan menunduk. "Jangan mudah percaya Lea, Abang sudah peringatkan Lea, kan? Bahkan, orang terdekat Lea sekalipun bisa menjadi yang paling jahat."
Lea terdiam, membenarkan apa yang kakaknya ucapkan. Ia seketika teringat dengan ucapan Rena. Itu cukup jahat baginya, gadis itu bersikap manja semata-mata bukan untuk menyusahkan.
Ia hanya Ingin dilihat, dilihat oleh sang Ibu. Meski hanya mengomel, Lea bersyukur masih bisa mendapat perhatian dari Ibunya. Bukankah kata orang jika orang tua marah itu artinya dia menyayangi kita.
Sejak dulu Lea masih berfikir bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulut Rena dengan sederet kata memojokkan adalah sebuah perhatian yang disampaikan dengan cara berbeda dari Ibunya.
Lea fikir setiap omelan yang Rena berikan padanya adalah perhatian karena tak ingin terjadi apa-apa dengan dirinya nanti.
Tapi ternyata itu adalah sebuah kekecewaan Rena terhadap dirinya yang terlalu bergantung pada Leo dan Arga.
"Aku gak suka anak manja kaya Lea!"
"Gak wajar kalau sudah sampai nyusahin orang!"
Kata-kata Rena masih terngiang jelas di kepalanya.
"Lea?"
Gadis itu tersentak, menatap kakaknya yang juga tengah menatapnya.
"Kenapa melamun? Lea mikirin apa? Sikap Lea berubah sejak pagi tadi, Lea gak pengen cerita sama Abang?" tanya Leo.
Lea tak seperti biasanya, hari ini gadis itu banyak sekali diam, kadang melamun hingga bermenit-menit. Bukan Leo tak tau, Dino selalu Leo gunakan untuk mengetahui keadaan adiknya jika di kelas.
Mata bulat itu seketika berembun. Niatnya ingin merahasiakan hal ini pada Leo tak bisa ia pertahankan lagi. Sang Kakak begitu mengerti dirinya lebih dari ia sendiri.
Embun itu kini menetes, merembes ke pipi sang Adik. Membuat Leo dengan sigap menghapusnya dengan lembut.
"Apa Lea sering nyusahin Abang?" tanyanya pelan. Dadanya seakan sesak hanya untuk berbicara, takut-takut tangisnya meledak hingga terdengar oleh Arga dan Rena.
Leo menggeleng. "Abang gak pernah merasa disusahin sama Lea, kecuali kalau Lea emang gak mau dengerin Abang," jawabnya.
Pertahanan Lea akhirnya runtuh, ia menangis menyembunyikan wajahnya di dada sang Kakak. "Maafin Lea kalau selama ini nyusahin Abang terus, Maafin Lea kalau sering gak dengerin kata-kata Abang, Maafin Lea juga karena Lea terlalu manja sama Abang."
Leo mengerut bingung, ada apa sebenarnya. Adiknya baru pertama kali seperti ini. Tangan cowok itu terulur mengusap punggung sang Adik, berusaha memberikan ketenangan semampunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins (Selesai)
AcakSERIES #3 Highest Rank #176 of 33,1k in Random [26/04/2020] #1 of 36,6k in Indonesia [23/1/2021] #1 of 5,35k in Brother [27/06/2020] #1 of 53,1k in teen [23/1/2021] #9 of 59,1k in hurt [16/1/2021] #1 of 45,2k in family [24/11/20] #2 of 20,2k in acak...