Chapter 1

105K 6.3K 57
                                    

Tawa seorang gadis yang tengah terpingkal-pingkal menjadi santapan penghuni rumah hampir setiap hari. Itu tandanya jika ia telah berhasil melakukan hal jail lagi pada saudara kembarnya.

Si adik yang memang mewarisi sifat jail Ibunya tak akan bisa tenang sebelum melakukan sesuatu pada sang kakak yang memang tak beda jauh dengan sikap Ayahnya dahulu.

Meski gadis itu memiliki sifat yang sama seperti sang Ibu, tapi ia malah lebih dekat dengan sang Ayah. Sebab, jika bersama Arga apapun permintaannya akan dituruti. Berbeda jika bersama Rena, ia harus terkena serangan pidato panjang dari Ibunya dulu.

"Leandra Andrea!!"

Geraman itu berhasil membuat gadis yang baru saja namanya di sebut menjadi terdiam.

Alarm tanda bahaya berdering nyaring di atas kepalanya. Jalan satu-satunya adalah lari keluar menuju ruang makan menemui kedua orang tuanya.

"Lea, jangan lari-lari," tegur Arga pada anaknya itu.

Lea duduk di salah satu kursi dengan wajah lega. Pemandangan itu berhasil membuat Rena menatap curiga anak perempuannya. "Kamu pasti habis ngerjain Abang lagi, ya?" tuduhnya.

Lea melotot gelagapan saat tebakan Ibunya tepat sasaran. "Gak kok. Kan Mami sendiri yang nyuruh Lea bangunin Abang," belanya.

"Tapi Mami gak suruh kamu bangunin Abang pakai tepung itu, ya!" tunjuk Rena pada sebungkus tepung yang masih setia Lea pegang.

Seketika pandangan Lea turun ke arah tangannya, ia memaki dalam hati kebodohannya yang tak pernah pandai dalam hal berbohong.

Memang benar tadi ia telah berbuat jail pada Abangnya, menaruh tepung di telapak tangan cowok itu kemudian membangunkannya. Alhasil tepung menempel di wajah kakaknya saat cowok itu ingin mengusap wajahnya.

"Leandra. Setelah makan, minta maaf sama Abangmu!"

Lea hanya bisa mengerucutkan bibirnya tanpa mau membantah ucapan sang Ayah. Jika Arga sudah berkehendak, tak ada yang bisa menolak perintahnya.

Masih saja pemaksa.

Tak lama Abang Lea datang dan ikut bergabung. Wajahnya sudah segar sehabis mandi. Seragam sekolah yang sama dengan Lea sudah melekat pas di tubuhnya.

"Pagi," sapanya datar.

Benar-benar Arga saat muda.

"Pagi," balas Rena dan Arga. Sedangkan Lea masih enggan membuka suara.

Cowok itu melirik adiknya sebentar kemudian ikut duduk di sebelah Lea. Ia tau mengapa gadis itu tak banyak bicara seperti biasa. Pasti karena kejahilannya telah diketahui oleh kedua orang tuanya.

Semua mulai makan dalam diam. Arga melarang keras percakapan saat sedang makan. Itu berawal dari Lea yang memang tak pernah diam langsung tersedak hingga membuat semua panik. Sebelum Lea, Rena sudah lebih dulu merasakannya. Penyebabnya sama, yaitu berbicara saat sedang makan.

Lea selesai lebih dulu. Ia kemudian menatap Abangnya yang juga sudah selesai menyusul dirinya.

"Bang Leo," panggilnya.

Yang dipanggil pun menoleh menatap wajah Lea. Ia mengangkat sebelah alisnya dengan maksud bertanya. Senyum miring terkesan mengejek langsung Lea dapatkan dari cowok yang mirip Ayahnya itu.

Ia ingin mendesis kesal kepada Leo kalau saja orangtuanya tidak di sini sekarang. Lea memasang wajah memelas disertakan dengan puppy eyes menggemaskan. "Abang, Lea minta maaf karena udah jail tadi pagi," ucapnya.

Si Abang hanya mengangguk kemudian berdiri dari duduknya. Lea akhirnya kembali tersenyum kemudian melapor pada Arga jika ia sudah meminta maaf.

Arga pun tersenyum mengusap rambut anaknya. Ia kemudian mengeluarkan dompet untuk memberikan uang jajan pada si kembar. Hampir saja ia lupa kalau saja Lea tidak mengadahkan tangannya seperti biasa.

"Okedeh, Lea berangkat dulu." Ia mengecup pipi Arga dan Rena. Tangannya meraup sesendok es krim yang tengah dinikmati Ibunya itu sebelum pergi menyusul Abangnya yang sudah pamit lebih dulu.

***
"Lea, gimana mau gak?"

Gadis itu berfikir sejenak. Sheila mengajaknya pergi jalan-jalan. Anak dari Sean dan Clara ini mengaku bosan tinggal di rumah sendirian.

Orang tuanya sibuk bekerja. Sean adalah seorang dokter dan Clara memilih untuk mendirikan sebuah toko roti. Jadilah ia sendirian di rumah saat kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Lea izin sama Abang dulu, ya."

Sheila mengangguk kemudian kembali melanjutkan makannya. Mereka memang sedang berada di kantin saat ini. Hanya berdua karena temannya yang lain masih sibuk mengerjakan catatan.

Setelah lama menunggu akhirnya bakso pesanan Lea datang. Memang makanan itulah yang setiap hari ramai karena terkenal enak. Itu pula alasan kenapa Lea rela menunggu lama hanya untuk mendapatkan semangkuk bakso.

"Kenapa Abang Lo selalu bisa bikin hati gue meleleh seketika sih, Le?" ucap Sheila ketika matanya menangkap sosok Leo yang duduk tak jauh di depannya.

"Lebay," cibir Lea. "Abang bisa ganteng kaya gitu karena operasi plastik!" Sambungnya.

"Kenapa sih Lo susah banget mengakui ketampanan Abang sendiri? Harusnya Lo bangga punya kembaran seganteng dia," tutur Sheila.

Lea mencebik kesal. Matanya menatap sinis kembar tak samanya itu. Yang ditatap pun mengangkat wajahnya, senyum kecil ia dapatkan dari sang kakak.

Lea berdecih. Senyum itu tak seperti yang dilihat, Lea yakin dalam lubuk hati cowok itu sedang menertawakan dirinya. Leo memang cukup peka, jika seseorang tengah menatapnya ia pasti akan langsung tau.

"Sumpah demi apa dia senyum?" heboh Sheila.

"Apasih, La? Gak usah ngeselin deh. Abang itu gantengnya gak permanen. Habis cuci muka pasti berubah!"

Sejak dulu memang Lea paling tak suka Abangnya jadi bahan pembicaraan mereka. Apalagi Lea tau jika Sheila itu penggemar berat Abangnya. Pasti yang dibicarakan Sheila tak jauh dari bagaimana tampannya Leo, bagaimana idamannya cowok itu, bagaimana manisnya senyum Leo, membuat telinga Lea menjadi panas seketika.

Itulah kenapa ia selalu berbohong mengatakan pada Sheila jika ketampanan Abangnya itu hanyalah tipuan. Wajah Leo hasil operasi plastik dan lain-lain.

Meski begitu, Sheila tak pernah peduli. Gadis itu masih saja mengagumi seorang Leo. Bukan apa-apa, Abangnya itu adalah orang yang paling menjengkelkan di dunia. Leo tau Sheila selama ini mengaguminya, tapi cowok itu memilih berpur-pura tidak peduli pada sahabatnya ini. Lea hanya tak mau Sheila sakit hati karena sikap Leo.

"Gak mungkin, emang Leo cabe-cabean!" elak Sheila.

"Terserah!"

Lanjut tidak?
Jangan lupa vote komennya ya😁

Salam
Rega♥️

1942020

Bad Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang