Lea berjalan pelan menyusuri tiap-tiap gang, ia lupa jalan menuju halte karena fokus pada copet kecil tadi. Gadis itu mengigit bibirnya takut, langit terlihat semakin sore dan ia masih belum bisa kembali ke rumah.
Lea ingin menangis saat tak menemukan jalan keluar dari gang ini. Ia takut tak bisa pulang, gadis itu sudah berkeliling tapi tetap saja tak menemukan titik terang.
Ia berjongkok dan mulai terisak, tak ada orang yang lewat, bahkan suara kendaraan dari jalan raya pun tak terdengar. Apa ia harus menghubungi Leo?
"Lea? Ngapain di sini?"
Lea menoleh, matanya berbinar melihat Devian berdiri di hadapannya. "Kak Dev, Lea tersesat, Lea gak tau jalan pulang," adunya.
Devian terkekeh kemudian meraih tangan gadis itu agar berdiri. "Ayo, Kakak antar pulang."
"Kak Dev, kok bisa di sini?" tanya Lea.
"Tadi pulang sekolah mobil Kakak mogok, jadi pulangnya jalan kaki, deh. Biar cepet sampai, Kakak lewat jalan pintas. Ehh, malah gak sengaja ketemu Lea," jelas Devian.
Lea mengangguk, tertawa kecil mendengar cerita Devian. Hari ini mereka berdua terkena sial dan dipertemukan bersama.
"Kenapa Lea bisa sampai ke sini? Jarak dari sekolah ke sini jauh, loh," tanya Devian.
"Tadi Lea di copet anak kecil, jadi Lea kejar. Karena gak merhatiin jalan Lea jadi lupa tadi Lea lewat mana."
Devian mengangguk paham. "Kakak antar naik bus, ya. Mobilnya masih di bengkel soalnya, gak apa-apa, kan?"
Lea mengangguk semangat. Memang ia ingin naik bus tadi.
Sampai di halte gadis itu masih tak menghilangkan senyumnya. "Makasih ya Kak udah tolongin Lea."
"Sama-sama," jawab Devian.
"Bang Leo udah pulang?" tanya Lea.
"Udah dari sejam yang lalu," balas Devian.
Seketika Lea merasa cemas. Pasti Leo sudah mencarinya, atau belum. Sebab ponselnya tak berdering sama sekali.
Bughh
Devian tersungkur di trotoar saat tiba-tiba ada orang yang memukulnya. Lea menoleh, menatap terkejut orang itu. Sudah lama mereka tidak bertemu, sejak kejadian itu, Lea sudah tak melihatnya di sekolah.
"Kak A-Aland?"
Gadis itu berjalan mundur, mendekat pada Devian yang sudah berdiri memegang lukanya. "Kak Dev, ayo pindah ke halte lain aja, atau kita cari angkot. Lea gak mau di sini," pintanya takut.
Belum sempat Devian menjawab, lagi-lagi ia mendapat tinjauan dari Aland, sahabat lamanya itu.
"Aland apa-apaan, sih?!" marah Lea.
Ia berjalan maju mendorong tubuh kekar Aland agar cowok itu menjauh dari Devian meski tak merubah apapun. Cowok itu masih bergeming di tempat dengan nafas memburu.
Namun, seketika Lea tersentak saat Aland malah memeluknya erat, sangat erat sampai gadis itu sulit menghirup udara.
"Jangan percaya dia, Lea," bisik Aland.
"Kak lepas! Lea gak suka dipeluk sama kamu!" Ia meronta agar pelukannya dilepas, tanpa peduli dengan apa yang telah cowok itu katakan.
Aland melepasnya, tapi tangan gadis itu masih digenggam begitu erat.
"Lepasin Lea!"
"Dengerin aku dulu, Lea. Semua yang kamu lihat baik belum tentu baik! Lea harus bisa milih orang yang benar-benar Lea anggap baik, bukan hanya berpura-pura baik demi menutupi sesuatu," jelas Aland.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Twins (Selesai)
RandomSERIES #3 Highest Rank #176 of 33,1k in Random [26/04/2020] #1 of 36,6k in Indonesia [23/1/2021] #1 of 5,35k in Brother [27/06/2020] #1 of 53,1k in teen [23/1/2021] #9 of 59,1k in hurt [16/1/2021] #1 of 45,2k in family [24/11/20] #2 of 20,2k in acak...