Tiga.

8K 364 9
                                    

Mentari mulai mucul dari peradabannya. Sinarnya mulai menembus sela-sela jendela kamarku. Aku mengerjapkan mataku. Entah, seperti apa aku sekarang. Yang kurasakan hanya rasa sakit dikepala ku. Kulihat Vi sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia pun menyadari bahwa aku sudah terbangun.

"Udah bangun?" tanyanya sambil menghampiriku

"Udah. Kok lo udah rapi? Emang jam berapa?"

"Baru jam 5 kok. Gue sengaja bangun lebih pagi, biar bisa buatin lo sarapan. Oh iya, gimana keadaan lo?" tanyanya dengan nada khawatir. Seperti nya memang aku terlalu banyak menangis semalam.

"Gue udah baikan kok. Thanks ya Vi lo udah mau nemenin gue," senyumku mengembang

"Iya, lo tenang aja. Gue ga bakal biarin lo sendiri. Lo sekolah ga hari ini? Atau mau gue izinin?"

"Ga usah. Gue mau sekolah hari ini. Gue ga mau ketinggalan pelajaran," jawabku sambil menyibakkan selimutku

"Lo yakin?"

"Iya, lagian gue gapapa kok," yakinku

"Yaudah, sekarang lo mandi aja, biar gue yang siapin sarapan."

Akupun beranjak mandi dan Vidya membuatkan sarapan. Beberapa menit kemudian aku sudah siap dengan seragamku. Lalu aku menemui Vi didapur.

"Gimana Vi? Ada yang bisa gue bantu?"

"Ga usah,ini udah selesai kok," jawabny sambil membawa dua porsi nasi goreng

"Vi, lo bakal nemenin gue terus kan?" tanyaku

"Iya Ly, gue bakal temenin lo," ujarnya seraya tersenyum

"Tapi, lo kan ga mungkin disini terus. Orangtua lo juga pasti kangen kan sama lo kalo lo disini terus," lirih ku

"Kalo soal itu, lo ga usah pusing. Gini aja, nanti kalo misalnya mama suruh gue pulang, lo ikut pulang sama gue. Gantian lo yang nginep dirumah gue. Udah lama kan lo ga kerumah gue. Kak Ify juga pasti seneng kalo ada lo," usul Vidya

"Ga usah deh Vi, kayak nya gue bakal ngerepotin,"

"Aduh Ly sayang, ga repot kok. Kayak sama siapa aja. Kan kita udah sahabatan dari kecil. Rumah gue rumah lo juga. Jadi lo ga usah sungkan gitu. Udah, sekarang mending kita lanjutin sarapan," jelas Vi panjang.

Ia pun melanjutkan sarapannya. Tak lama ia menyadari bahwa Ly hanya diam dan tak menyentuh makanannya.

"Ly, makanannya ga enak ya?" tanya Vi dengan nada kecewa

Ly pun tersadar dari lamunannya

"Eh, enggak kok. Ini enak banget," jawabku sambil tersenyum

"Kalo enak kenapa ga dimakan?"

"Hmm.. Gue gatau Vi, gue ga nafsu makan," aku menunduk, menahan tangis

"Ly, lo harus tetep makan. Kalo lo sakit gimana?"

"Biarin aja lah Vi. Kalo gue sakit, orangtua gue juga ga akan peduli kan," ujarku sedih

"Ly, kalo orangtua lo ga peduli, masih ada gue. Gue yang akan selalu peduli sama lo. Lo ga kasian sama gue, gue udah cape masak trus lo ga mau makan," ucap Vi kecewa

"Vi, jangan marah dong. Iya deh, nih gue makan,"

Vi memang selalu bisa membuat Li luluh. Ia selalu bisa membujuk Li untuk makan saat ia seperti ini. Saat mereka sedang sarapan tamu yang mengetuk pintu rumah Ly.

Tok tok tok

"Iya sebentar," ucap Ly dari dalam rumah.

Ia pun membukakan pintu

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang