Gue gak pernah tau sejak kapan gue terjebak kayak gini. Terjebak dalam perasaan gue sendiri. Gue pintar dibidang akademik. Gue berprestasi dalam bidang non-akademik. Tapi kenapa gue ngerasa gue terlalu bodoh soal perasaan gue sendiri?
***
"Ehm!" dehem seseorang disebelahku
"Vidya! ganggu aja sih!" ujarku kesal
"Lagi?" tanya nya yang seolah sudah mengetahui apa yang ku lakukan
Dia Vidya. Sahabatku yang paling baik sedunia meskipun terkadang omongannya ga disaring, tapi aku tau, itu semua demi kebaikanku. Vidya tau segalanya tentangku dan semua kebiasaanku. Dari kebiasaan baik, kebiasaan buruk sampai kebiasaan yang sedang aku lakukan sekarang.
Dan aku??
Aku Villya. Namaku dan Vidya memang mirip karna orangtua kita memang dekat.
Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakakku bernama Shilla. Dia sedang menyelesaikan kuliahnya di Paris. Dan sekarang aku dan Vidya berada kelas 2 SMA.
Dari TK sampai saat ini, aku dan Vidya memang selalu bersama.
"Sampe kapan sih Ly, lo mau begini?" tanya Vidya tiba-tiba
"Gatau," jawabku singkat
"Gue udah bingung mau gimana lagi, Ly. Lo ga cape apa begini terus?" tanya Vidya dengan nada putus asa
"Enggak," jawabku cuek tanpa menatap Vidya
"Bisa ga, kalo gue lagi ngomong, lo liat gue!" ujarnya kesal
Akupun berhenti melakoni kegiatanku yang sedang memperhatikan orang yang telah membuat aku merasa sangat bodoh saat memikirkannya dan menghadap Vidya.
"Ly, gue tau lo suka sama dia. Tapi harus banget lo liatin dia, lo perhatiin dia sampe lo cari tau tentang dia? Harus banget sampe lo nunggu dia pulang sekolah begini. Come on Ly, dia bukan satu-satunya cogan disekolah ini. Lagipula, banyak cogan disini yang suka juga sama lo," ujar Vidya panjang lebar
"Tapi cuma dia yang bisa buat gue suka," ujarku ringan sambil terus memandanginya
Namanya Dennis. Ia adalah kapten tim basket sekolahku. Tubuhnya tinggi tegap, putih dan sangat berkharisma membuat ia di incar banyak perempuan disekolah ini. Aku hanya 1 diantara ratusan orang yang menyukai nya.
"Huh, Villya! Terserah lo deh!" ujarnya lalu beranjak pergi
Aku tak menghiraukan kepergian Vidya. Itu sudah biasa ia lakukan sejak aku sering memperhatikan Dennis dari balik jendela kelas yang langsung menghadap kelapangan tempat Dennis bermain basket sepulang sekolah ini. Aku memang selalu melihatnya dari sini. Memperhatikan setiap gerak geriknya. Memperhatikan kelihaiannya memasukkan bola ke ring. Dan menurutku itu terlihat indah. Aku hanya bisa melihatnya dari sini. Mungkin aku bisa saja mencari perhatiannya seperti yang lain. Namun, aku tak ingin melakukannya. Aku hanya ingin semuanya mengalir mengikuti takdir. Aku merasa Dennis tak perlu tau, karena dengan bisa melihatnya saja aku sudah senang. Meskipun hanya mengaguminya dalam diam, aku bisa menyukainya semauku tanpa oranglain tau. So, buat apa aku susah payah untuk mencari perhatian Dennis kalau dengan seperti ini aku sudah senang.
---
Aku sendiri tidak mengerti, kenapa aku bisa menyukai Dennis. Padahal seperti yang Vidya bilang, dia bukan satu-satunya cogan disekolah ini. Ada Dion si ketua musik, ada Juna ketua PASKIBRA, dan masih ada beberapa yang lain. Tapi entah kenapa aku hanya bisa menyukainya. Entah kenapa, aku merasa nyaman dengan posisi ini. Karena aku bisa mengagumi Dennis semauku. Kalau misalnya Dennis memang untukku, kita pasti bisa dekat. Tapi kalau tidak, perasaan ini pasti akan hilang dengan sendiri nya. Perasaan ku akan hilang secepat aku jatuh padanya.
---
Sider dilarang masuk! Vommentsnya cuyung-cuyung!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen Fiction[ Belum Revisi ] Aku suka segalanya tentangmu. Tapi apa dayaku yang hanya mengagumimu dari balik topeng seorang teman. Toh rasaku hanya sia-sia, karena nyata nya kamu lebih memilih sahabatku itu. Sudah biarkan saja aku tetap begini. Aku yang tetap m...