Bell berbunyi semua siswa masuk kelas, gerbang ditutup, dan guru mengabsen nama siswa satu per satu.
"Anandito herlambang, Bayu wibisana, Cinta Oktavia, dan seterusnya-"" Hadir bu..." saut saat namanya terpanggil
" Maghfira Raina Feronika?" sebut bu Cahya mengabsenku
" Fer nama lu dipanggil diem bae" kata Via sambil memukul pundakku
" ha? Iya bu hadir" jawabku kaget
" Huuuu.. nama sendiri aja lupa masih pagi woy jangan bengong" sorak temanku
Kosong, fikiranku ambyarr entah apa yang aku fikirkan sedari tadi diperjalanan. Sejak aku melihat seorang anak menjajakan dagangan nya di depan pabrik sambil berteriak menawarkan gorengan yang ia jual. Aku melihatnya prihatin, ingin sekali ku hampiri tapi jam sudah menunjukan pukul 07.00 dan gerbang sebentar lagi ditutup. Aku berencana untuk menemuinya pulang sekolah tapi siang ini ada jadwal ekskul, "besok dia masih jualan gak yaa.." ucapku pelan
"hah?siapa? jualan apa? lu kenapa si hari ini pagi-pagi udah aneh aja" tanya Via penasaran
"engga tadi aku pengen beli nasi uduk tapi kehabisan" jawabku tanpa ekspresi
***
Aku bolos ekskul dan begegas menghampiri bocah itu, tapi sayang suasana depan pabrik tempatnya berjualan sepi, aku tidak melihatnya disana. "yah yasudahlah besok pagi-pagi sekali aku datang lagi semoga bocah itu jualan" gumamku sambil berjalan pulang memikirkan siapa anak yang jual gorengan itu? Apa dia gak sekolah? Dimana rumahnya? Kemana orangtuanya? Banyak sekali pertanyaan yang terlintas difikiranku tentang anak itu kuharap besok aku bisa bertemu dan menanyakan semua pertanyaan itu kepadanya.
Langit mulai mendung petir bergemuruh."Sebentar lagi turun hujan baiknya aku jalan cepat supaya tidak kehujanan". Sesampainya dirumah, ibuku menyuruhku membantu adikku mengerjakan tugas sekolahnya, padahal baru saja aku sampai melepas seragam saja belum. Aku bantu adikku sampai tugasnya selesai, setelah itu mandi dan masuk ke kamar rebahan sambil memikirkan keanehan di hari ini hanya gara-gara melihat anak kecil itu.
Aku juga tidak tau apa yang terjadi yang pasti aku prihatin pada anak itu, dia perempuan cantik sepertinya baru berumur 8 tahun seumuran dengan adikku Kanza, Setiap kali aku melihat oranglain yang keadaanya lebih sulit dariku dan aku merasa sepertinya bebannya lebih berat dari beban hidup ku, disitu aku meragukan kekuatan diriku. Aku Ferro apa aku cukup kuat jika dibanding mereka?
***
Hari Ini, aku bangun lebih awal aku ingin menemui anak itu, dan mendatangi pabrik tempatnya berjualan disaat suasana masih sepi. Aku menunggu anak itu datang.
Hampir setengah jam aku berdiri dan menoleh ke kanan dan ke kiri mencari anak itu yang tak kunjung datang,
Akhirnyaaa dia datang juga, tapi kali ini dia tidak sendiri entah itu temannya atau kakak nya. Aku bergegas menghampirinya dan membeli dagangannya sambil bertanya tanya tentang hal yang membuatku penasaran.
"Namanya siapa dik?"tanya ku pada kedua anak itu"Saya ajeng teh ini adik saya Sari mau gorengan apa teh?" menjawab sambil menata gorengan dagangannya
"Ini sama ini deh" sambil menunjuk gorengan yang mereka jual
"Jadi lima ribu teh" mereka memberikan sebungkus gorengan yang aku beli
"Oh iya ini uangnya, kembaliannya ambil aja. Aku boleh tanya kenapa anak sekecil kalian berjualan di depan pabrik jam segini? Emangnya kalian ga sekolah?ibu sama bapak kalian kemana?"tanya ku penasaran

KAMU SEDANG MEMBACA
FERROUS
Fiksi RemajaKetika jiwa mulai meronta. Tentang diri ini, hidup ini, dan cinta ini. Semua tampak rumit, itu menurutku. Aku bagai besi berkarat yang tak berguna. Perlu proses penyepuhan untuk mengembalikan kilau ku, dan dia hadir menjadi perak dan menyepuhku menj...