HARU

74 21 6
                                    

Sesampainya aku dirumah, mengucap salam dan mencium tangan ibuku, tapi tak ada kata yang ibuku lontarkan kepadaku beliau hanya menjawab salam tanpa bertanya darimana aku atau mengapa pulang sore sekali. Yang kulihat hanya muka masam seakan geram aku pulang terlambat dan tidak membantu pekerjaan rumah.

Aku bergegas masuk ke kamar dan merapihkan kamarku, khawatir ibuku masuk dan melihat kamarku berantakan, lalu memarahiku dengan kalimat yang menggores luka. Rumah ini bagai Neraka, walau aku tidak tau suasananya seperti apa disana, tapi yang pasti semua ini membuatku merasa tersiksa.

Aku punya seorang kakak perempuan bernama Tiara, dia sedang menempuh pendidikan S1 nya sambil berkerja, syukurlah aku tak sendirian kakak ku pun merasakan hal yang sama seperti ku, tapi memang tak separah ini. Dia jarang dirumah, pagi bekerja dan sepulang kerja langsung kuliah, larut malam baru sampai dirumah. Psikologi ku merasa terganggu disini, aku merasa menjadi sosok yang selalu merasa insecure padahal harusnya tidak. Kata kata yang selalu ku dapat hanya omelan padahal seharusnya ku anggap itu perhatian, setiap orang tua punya cara masing-masing untuk menyayangi anak nya, tapi ku yakin ibuku menyayangiku walau caranya salah menurutku.

'Broken Home'
Apa julukan itu pantas untukku?TIDAK
Ku pikir julukan itu terlalu Hancur untuk ku, aku tidak sehancur itu, ubah semua mindset mu Fer "everything will be alright" Ya, tenang lah semua akan baik-baik saja.

Tok-tok-tok
suara ketukan pintu

Kanza Adikku membukakan pintunya, ternyata ayahku pulang.

"Ayah darimana?bawa apa yah?" Tanya kanza

"Abis main pingpong neng, bawa apa atuh gak bawa apaapa"

Benci rasanya mendengar jawaban itu, Main tenis meja setiap hari, Ya ku tau ini Hobbi ini Olahraga, tapi ayo lah.. setiap hari itu berlebihan. Lagi-lagi ibuku hanya terdiam, melihat tingkah laku ayahku yang tak kunjung dewasa, Ibu tidak mau menegur ayahku karna Pasti ayahku akan membentaknya, padahal teguran itu harusnya membuat ayahku tersadar bahwa Dia sudah tidak muda lagi, jadi hentikan segala kegiatan yang tidak ada manfaatnya!

Sedari kecil ayahku tak pernah mengajarkan anaknya perihal agama, moral, atau rasa tanggung jawab. Padahal seharusnya seorang ayah yang baik bisa membimbing anaknya untuk itu.

Jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, kita bisa berusaha memberikan apa yang miliki,
Rasa dan Cerita.

Aku selalu menginginkan Perhatian dan kasih sayang dari orang di sekelilingku, tapi aku merasa tidak mendapatkannya,
Kanza adik ku yang terakhir yang masih berumur 8 tahun. Aku takut dia seperti ku, merasa hancur dan Insecure.
Aku sering bercerita dan mendengarkan ceritanya, Ya namanya juga anak-anak apapun yang terjadi pasti ia ceritakan, perhatian pun aku berikan padanya.

Kamar tidur ku menjadi tempat ku meluapkan emosi, bahkan menangispun hanya bisa kulakukan disini. Kamarku selalu terkunci, aku tak suka ada orang masuk tanpa izin diriku, termasuk anggota keluargaku. Tapi kenapa begitu?, bagiku kamar adalah Privasi, Semua aku lakukan disini. Aku menyimpan banyak cerita dikamar ini dan aku tidak mau ada satu orang pun yang membukanya.

***

Jarum jam terus bergerak waktu menunjukan pukul 9 malam, waktu dimana kepalaku merasa sangat sakit jika tidak langsung tidur. Tak seperti orang biasanya, bergadang tanpa tujuan atau mungkin karna ada pekerjaan. Kepalaku serasa di tusuk, tapi aku tak berfikiran aneh, paling ini sakit biasa karna tak terbiasa tidur malam. Aku tak pernah belajar dirumah karna memang tidak sempat dan aku tidak meluangkan waktu ku untuk belajar dirumah, ku rasa di sekolah pun cukup. PR pun tak pernah ku kerjakan dirumah, seperti hal yang disukai Via, aku langsung mengerjakan di sekolah tanpa membawanya ke Rumah.

Kriiingg~~~~
alarm ku berbunyi jam menunjukan pukul 3 dini hari. Aku bergegas mengambil air Wudhu dan melaksanakan sholat Tahajud, walau orangtuaku tak pernah mengajari ini, tapi Rasa Taat kepada Sang Pencipta Muncul tanpa Dipaksa.

Dalam sujudku aku hanya berharap dikuatkan dalam kondisi apapun, bisa melalukan hal yang bisa membuat orang tua ku bangga walau terkadang berbuat kebaikan kepada orang lain dan melakukan aktivitas sosial pun mereka tak mendukungnya, aku hanya berharap Allah membukakan Pintu hati Ayah ku agar mau bertaubat dan kepada ibuku agar diberi kesabaran Lebih. Setiap kalimat yang ku ucapkan dalam doa adalah harapan ku yang belum bisa aku rasakan sekarang, keluarga yang harmonis dengan penuh canda tawa, suka cita, dan bersama dalam taat melaksanakan sholat berjamaah setiap harinya. Hanya itu harapan ku, sederhana tapi tak kunjung aku dapat.
'Sabar, sabar, sabar. Aku Fero aku kuat, diluar sana banyak yang lebih menderita dari cerita hidup ku contohnya ajeng dan sari, So? Keep Hamasah Fero' Batin ku.

***

Ayam berkokok keras membangunkan semangatku, matahari terbit dan aku memulai aktivitas ku seperti biasanya, mencuci pakaian di pagi hari sambil mandi.
Menyiapkan Sarapan dan mencuci piring setelahnya
Mengganti pakaian dan membereskan kamarku.

Pagi ini aku berangkat lebih awal, berniat mendatangi Ajeng dan Sari yang sedang berjualan.

Sesampainya disana ternyata mereka tidak ada. Ku tanya kepada ibu yang jualan disamping meja tempat Ajeng dan Sari Jual gorengan.

"Bu punten mau tanya, Ajeng sama sari nggak jualan bu?" Tanyaku pada ibu itu

"Engga neng ibu mereka meninggal dunia semalem"

Prankk~
kotak makan berisi nasi goreng yang aku bawakan untuk Ajeng dan Sari Jatuh. Ekspresiku seketika berubah, tanpa berfikir panjang aku langsung mendatangi rumah Ajeng dan Sari,
"Makasih bu infonya" ucapku pada ibu itu sambil berlari tanpa membereskan tempat makan yang ku jatuhkan

Sesampainya disana, suasana ramai dengan orang yang melayat. Segera aku masuk kedalam rumahnya mencari Ajeng dan Sari, mereka ada di kamar ibunya sedang menangis. Aku bergegas menghampiri nya, Aku tak kuasa menahan tangis sambil memeluk keduanya,

"Kalian adik-adikku jangan sedih ada Aku disini kalian nggak sendiri, Teh Fero akan ada bersama kalian, sama Ajeng sama Sari jadi Kalian anak anak cantik dan kuat gak pernah sendirian, doakan ibu kalian supaya bisa ke surganya Allah jadi anak yang saliha yaa.. ikhlaskan, ayo senyum biar cantik nya keliatan" ucapku menatap mereka berusaha menenangkan dan menghapus air matanya

Mereka masih saja menangis, memang ku yakin rasanya pasti hancur, sehancur hancurnya. Kehilangan ibu, orang yang melahirkan mereka, di usia yang masih belia mereka harus kehilangan kedua orangtuanya secepat itu. 'Ya Allah kuatkan mereka kuatkan Ya Allah ' Batin ku

Jenazah ibunya sudah dimakamkan sebelum aku datang, saudara Ajeng dan Sari yang ada sedang mempersiapkan untuk Tahlil almarhumah ibunya, Ku putuskan untuk tidak ke sekolah hari ini aku mau menemani Ajeng dan Sari sampai kesedihan mereka mereda.

Aku belum memberi kabar ini kepada teman-temanku akupun alfa karena tidak memberi keterangan kenapa aku tidak masuk, sekolah hari ini, ya sudahlah tidak apa sekali-kali

***

Yang kupikirkan sekarang hanya Ajeng dan Sari walau mereka bukan siapa-siapa tapi aku menganggap mereka seperti keluarga ku sendiri, aku sedih melihat mereka sedih. Mereka tak punya siapapun sekarang, bagaimana masa depannya, sekolahnya?Apa bisa mereka hidup hanya berdua rasanya mustahil tapi itu adanya.

°
°
°
°
°












Assalamu'alaykum readers apakabar?
Gimana ni bagian harunya, terharu kah? Jawab iya dong😁
Maaf kalo ada typo² kritik dan saran membangun sangat ku harapkan,
Sehat² oke tunggu part selanjutnya jangan lupa Vote🙌😅

FERROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang