🐭 Astagfirullah || 1 🐁

461K 32.5K 4.8K
                                    

"SAYA terima, nikah dan kawinnya Asia Almashah binti Muhammad Danar dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Ijab qobul itu akhirnya terucapkan, terdengar oleh para saksi dan wali. Suara sang pengantin pria lantang mengalun, menyebutkan dengan penuh keyakinan hanya dalam satu tarikan napas. Ia tahu, setelah ini tanggung jawabnya akan berubah, kehidupannya akan berubah. Alhamdulillah agamanya pun sudah sempurna, semoga ini adalah hal baik baginya, hal yang datang dari keridhaan dan ketentuan Sang Maha Pencipta. Allah.

Pria itu mengembangkan senyuman dan mengeluarkan napas lega ketika mendengar kata 'sah' disebutkan secara bersahutan oleh kedua saksi dan tamu-tamu yang hadir. Rasanya masih seperti mimpi, kini dia bukan singlelillah lagi. Ada tangan yang bisa ia genggam, ada makmum yang bisa ia imami, ada sosok yang akan ikut mengamini setiap doanya. Mungkin ini memang bukan pernikahan impian. Baik baginya atau pun istrinya. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang selain bersenang-senang?

Menikahi seorang tetangga sekaligus musuh sejak kecil ternyata bukan ide yang terlalu buruk. Atau mungkin, hal ini adalah kebahagiaan terindah baginya. Karena sebagai seorang suami, ia berhak sepenuhnya atas seorang istri. Jadi kali ini, sudah dipastikan bahwa untuk perdebatan selanjutnya, dia yang akan menjadi pemenang.

~^~

Asia meremas-remas tangan. Satu nama yang sejak tadi terus berkecamuk di hati terdalamnya.

Arhab Bahy Aydin.

Apakah benar bahwa ia akan dipersunting oleh Arhab Bahy Aydin?
Bagaimana ini semua bisa terjadi dalam hidup Asia? Apa ini sebuah lelucon atau permainan yang dibuat oleh seluruh keluarga?

Astagfirullah, padahal Bunda serta Abinya tahu, jika ia dan Arhab bertemu, tidak ada hal lain yang keduanya lakukan selain bertengkar.

Ia dan Arhab bahkan tak akan melihat situasi jika sedang adu mulut. Mau dimanapun, di depan siapapun, keduannya tak akan peduli, pertengkaran akan dilanjutkan hingga salah satu diantara mereka menjadi pemenang. Dan biasanya, Asia yang menjadi pemenang itu. Lalu kini, dirinya dan Arhab akan menjadi sepasang pengantin? Huft! Asia sendiri bahkan tak mampu dan tak ingin membayangkan bagaimana hancurnya rumah tangga mereka nanti. Asia dan Arhab itu bagai air dan batu, sekalinya disatukan malah akan bertubrukan.

Pokoknya mereka tidak akan pernah bisa sejalan. Asia pikir, dipaksakan pun takan bertahan lama. Tapi, kenapa kedua pihak keluarga masih saja kekeuh? Mereka benar-benar manusia yang terlalu ... nekat.

Pernikahan ....

Setiap memikirkan hal itu, hanya satu hal yang bisa ia gambarkan, yaitu kebahagiaan. Dari dulu, Asia selalu bermimpi mempunyai keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Penuh cinta dan kehangatan. Ia yakin, bahwa dirinya akan mendapatkan suami yang baik dan romantis. Tapi, kini semua angan-angan itu harus pupus. Ia benar-benar tidak bisa menolak pernikahan yang ada.

"Udah, anak Bunda yang cantik. Jangan cemberut terus dong. Sebentar lagi ijab qobul."

Hati Asia semakin bimbang mendengar perkataan sang Bunda barusan. "Bunda ... boleh enggak dibatalin aja gitu? Bunda enggak kasian sama Asia? Masa sih, Bunda tega banget ngasih Asia ke laki-laki macam Arhab. Dia 'kan nyebelin Bunda. Pasti setiap hari Asia bakalan disiksa sama dia, Asia bakal diselingkuhin. Gimana Bunda? Asia cuma pengin nikah sama cowok yang romantis, baik dan humoris."

Wanita bernama Fatma itu tertawa, menjewel pipi putih berisi sang anak. Ada-ada saja. Ia yakin, menantunya tidak akan memperlakukan Asia dengan buruk. Arhab sangat baik, sopan dan ramah. Fatma bukan tak tahu tentang permusuhan keduanya yang sudah terjadi sejak masih sama-sama kecil dulu. Fatma tahu, dan bahkan sangat paham. Tapi di sisi lain, Fatma juga yakin. Seiring berjalannya waktu pernikahan mereka, baik Asia maupun Arhab akan sama-sama berubah. Tak akan lagi ada perdebatan dan permusuhan. Insyaallah ini memang yang terbaik.

Astagfirullah, Husband! [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang