Scene 1

50 16 9
                                    

BUGHH!!!

BUGHH!!...

Pukulan demi pukulan mendarat bergantian di wajah kedua lelaki itu. Manik mata kedua lelaki tersebut memancarkan aura tidak suka, rasa sakit dari bogeman keras di wajahnya tidak mereka pedulikan.

Hingga pukulan telak membuat salah satu dari keduanya tersungkur lemas, sikutnya ia jadikan tumpu menahan tubuhnya, terlihat luka lebam hampir memenuhi wajah cowok itu.

Ujung bibirnya juga mengeluarkan sedikit darah segar. Sepertinya ia sudah tak kuat untuk melawan lagi, sedangkan laki-laki dihadapannya masih tegap berdiri dengan tatapan menantang. Ia masih belum puas dengan permainannya, tapi ia tak ingin jadi pengecut, dengan terus menghajar lawan yang sudah tidak berdaya didepannya.

Tapi tak disangka laki-laki yang terkapar tadi berusaha melawan kembali, ia mencoba berdiri atas bantuan topangan tangannya. Dengan kuat ia menapakkan kaki jenjangnya di atas tanah, mencoba melayangkan satu pukulan keras pada lawannya.

BUGHH!!!

Semua orang yang sedari tadi melihat tambah berteriak panik, pasalnya pukulan itu tidak mengenai lawannya. Melainkan orang lain yang mencoba menengahi keduanya. Laki-laki itu pun tersungkur, disusul darah keluar dari ujung bibirnya.

Dari arah kerumunan seorang gadis berlari seraya berteriak, "ARJUNAA!!"

Ia menghampiri laki-laki yang tidak sengaja terpukul itu.

Diikuti oleh beberapa guru yang langsung membawa kedua cowok tadi.

"Kita ke UKS!" Titahnya, ia mengalungkan tangan cowok itu ke bahunya, membantunya berdiri, lalu memapahnya pelan menuju ruang kesehatan.

Setelah sampai di UKS, cewek itu mengobati cowok bernama Arjuna tersebut dengan obat merah yang sudah diberikan oleh anak PMR.

"Aww! Pelan-pelan." Pekik Arjuna saat kapas itu menyentuh lukanya.

"Lagian, ngapain si pake misahin mereka segala. Jadi kepukul kan," Omel cewek itu geram, tak terima cowok didepannya ini terluka.

Ia mendesah pelan, "Lagian kalo gak aku pisahin, gak ada yang mau misahin. Kalo mereka berdua mati gimana?!"

"Aww!!" Pekik Arjuna ketika Nayna menekan lukanya dengan sengaja, "Sakit tauk!" Keluhnya memegang pipi.

"Abisnya kamu batu si dibilangin, jangan ikut campur sama urusan anak-anak nakal itu. Wajar mereka gak ada yang misahin, semua orang takut juga kan. Kamu malah berani-beraninya misahin, jadi kayak gini kan?" Ucap Nayna sedikit kesal, ia lalu membereskan obat-obatan itu, menaruhnya kembali pada kotak obat.

Arjuna tersenyum tipis mendengar kekhawatiran Nayna, "Udah marah-marahnya?"

Nayna memajukan bibirnya, memutar bola matanya.

"Yuk pulang, parkiran pasti juga udah sepi." Ajak Arjuna, beranjak dari bangsal, mengambil tas menyampirkannya di bahu. Lalu menarik pelan lengan Nayna keluar ruangan.

Bel pulang memang sudah berbunyi satu jam yang lalu, Arjuna pulang terlambat karena ada rapat OSIS. Tentu sebagai pacar yang baik Nayna menunggunya, sampai tahu-tahu ada keributan dan Arjuna terluka.

Ia akan mengingat kedua cowok tadi yang membuat Arjuna terluka, lalu memarahinya suatu saat nanti. Tentunya jika ia berani. Ingat-ingat saja dulu.

Keduanya berjalan menuju parkiran, suasana parkiran memang sudah terlihat sepi. Paling hanya beberapa kendaraan yang tersisa.

"Nih helmnya," ucap Arjuna menyodorkan helm biru pada Nayna.

Ketika mesin motor menyala Nayna bergegas naik, "Udah?" Tanya Arjuna.

Stay BehindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang