Happy reading manteman❤️ lofyuu..
Suasana kantin semakin ramai saja didatangi orang-orang yang ingin memanjakan perutnya, istirahat pertama ini menjadi jam krusial dimana cacing-cacing di perut demo tengah meminta jatah.
Salah satu meja selalu menjadi pusat perhatian para murid yang tengah duduk manis menunggu makanannya, obrolan mereka yang kelewat kencang juga sesekali tawa lepas yang menguar bebas membuat hampir seisi kantin menjadikan mereka tontonan.
"Kalo gue berani, gue bogem tuh muka satu-satu. Sumpah ganggu banget." Celetuk Dava di sela aktivitas makannya memandang sinis meja ujung, menurutnya kumpulan orang yang duduk di sana isinya setan semua. Arjuna hanya melirik sekilas, sudah malas ia berhadapan dengan makhluk hidup berbeda spesies seperti mereka.
Sebagian penghuni kantin menganggapnya biasa, atau tak sedikit anak yang senang melihat kehadiran mereka, terutama para perempuan yang bahkan dengan sengaja nya memilih tempat duduk berdekatan dengan mereka agar bisa melihat jelas wajah tampan para anggota geng yang di ketuai Baron itu, sekelompok anak laki-laki yang selama dua tahun ini sudah menjadi musuh bebuyutan OSIS di sekolahnya sendiri.
"Duh gue ngakak sumpah pas liat muka ketakutan anak Taruna kemarin, digertak dikit aja langsung minta ampun." Celoteh laki-laki berambut cepak itu disertai tawanya yang tak kian usai.
Teman didepannya melempar kulit kacang tepat pada wajah cowok itu, "Berisik Ton! Lo dari semalem ngomongin itu mulu,"
"Sue lu, itu lucu tau 'nggak?!" Toni melempar balik kulit kacang pada Dika tak hanya satu tapi tiga membuat cowok berkumis tipis itu refleks menghindar, merasa cukup waras ia hanya mencebik kesal untuk tidak membalasnya kembali.
"Oh iya Ron, Lo mau buat perhitungan lagi sama anak STM 02?"
Kini laki-laki dengan rahang tegas juga rambut lurus namun berantakan itu menumpukan sikutnya pada meja, kedua jemari tangannya saling bertaut, mulutnya bergerak tak berhenti mengunyah permen karet yang mungkin sedari tadi sudah kehilangan rasa manisnya.
"Tunggu mereka nyerang duluan, yang penting kan buntutnya udah kita ganggu."
Toni yang baru saja beberapa menit lalu berhenti tertawa setelah mendengar perkataan Baron kembali tergelak, "Buntut? Lo kira sapi,"
Semua yang ada di meja itu menghela napas lelah, "Receh banget sih ni anak." Sungut Baron melempar serangan bertubi-tubi dengan kulit kacang yang tak lupa sebelumnya ia emut terlebih dahulu.
Walau sudah menutup wajah dengan kedua tangan salah satu lemparan kulit kacang itu masih mengenai wajahnya, "Ish jorok! Ada air ludahnya." Toni langsung menempelkan pipi pada lengan seragam cowok di sebelahnya, Bara yang merasa terganggu menahan kepala anak itu lalu menjejalkan kulit kacang lain ke mulut Toni.
"Makan nih makan." Bara geram, kini meja tersebut semakin dipenuhi gelak tawa yang kian menjadi.
Dika menyenggol lengan Baron membuat cowok itu menoleh, lalu menunjuk ke arah samping dengan dagunya, ekor mata Baron mengikuti arah pandangnya.
Disana seorang gadis cantik dengan surai panjang yang bergelombang sepunggung baru saja duduk bergabung dengan kawanan Arjuna, setiap pergerakannya tak lepas dari tatapan sepasang netra kelabu yang berbinar menampakkan pantulan gadis yang tengah dilihatnya, tak sadar kedua sudut bibirnya tertarik tatkala sang gadis tertawa riang.
Di sisi lain Alva yang baru saja datang sambil membawa mangkuk mie ayam dan es teh manis lalu duduk berhadapan dengan Dava, "Gue nebeng makan disini ye,"
"Lo kayak gak punya temen aja, temen sekelas Lo pada dimana?" Sarkas Dava semua yang di meja itu menoleh ke arahnya.
"Pada lagi dihukum,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Behind
Novela JuvenilKepindahannya tiga tahun yang lalu telah mengubah telak hidupnya. Ia benar-benar sudah meninggalkan masa lalu kelam setelah seseorang datang ke dalam hidupnya. Dia juga tidak ingin masa lalunya diketahui orang lain. Sialnya, ada orang yang mengetahu...