Happy reading:) Jangan jadi silent reader ya teman-teman..
"Jangan mati disini."
Nayna sedikit terkejut mendengar suara yang menyapa telinganya tiba-tiba, ia menoleh pada sumber suara itu, dahinya mengerut saat melihat tubuh jangkung yang berdiri tak jauh darinya, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku abunya.
Dia berjalan mendekat, mulai meneruskan pembicaraan lagi karena gadis itu tidak merespon perkataannya, "Takutnya arwah Lo gak tenang." Ucapnya santai.
Nayna mendelik, "Dikira gue mau bunuh diri." Ketusnya, walaupun Nayna sempat kaget atas kehadiran cowok itu namun dengan melihatnya malah membuatnya kesal memikirkan masalah foto itu.
Letak rooftop ini sendiri jauh dari jangkauan kaki para murid, jarang sekali didatangi orang. Sekalipun ada, itu hanya petugas kebersihan ataupun mungkin beberapa murid yang terpaksa dimintai bantuan untuk memindahkan kursi atau meja bekas yang sudah tak layak dipakai.
Rooftop ini sudah seperti di alih fungsi kan sebagai gudang kedua walaupun hanya ada meja dan kursi saja yang menghiasinya. Cukup bersih, karena memang jarang ada orang yang datang ataupun sekadar dedaunan yang berguguran dari pohon yang memang jika dibandingkan tinggian tempat ini.
Nayna sendiri baru pertama kali selama sekolah disini menginjakkan kaki ditempat yang seharusnya tidak asing namun terasa baru baginya. Tentu saja, tempat ini berada diatas lantai tiga, yang berarti seharusnya lebih banyak dijamah oleh kelas dua belas.
"Terus ngapain disini?" Seolah penasaran dengan keberadaan Nayna, bisa saja dia memang mau bunuh diri tapi segera menyangkalnya karena kepergok.
"Boker." Jawab Nayna asal. Laki-laki itu mencebik.
Nayna menumpukan kembali tangannya, memandang burung yang terlihat kecil terbang bebas. "Sorry." Kata Nayna datar.
Cowok itu ikut menumpukan tangannya, memandang ke arah yang sama. "Buat?"
Nayna menoleh, menatap wajah laki-laki itu sekilas, "Foto itu."
"Foto apa?" Tanyanya, sesekali melirik dari sudut matanya.
Nayna merogoh sesuatu dari saku rok abunya, beberapa lembar foto yang sudah tidak berbentuk menyatu menjadi satu bulatan kecil, lalu ia serahkan pada cowok didepannya.
"Apa ini?" Ia membuka kertas yang berbentuk menyerupai bola itu, satu persatu terbuka meskipun kusut namun cukup jelas, ada sosok dirinya dalam foto itu.
"Ini kan.." Setengah terkejut, dia terus membuka lembaran foto itu, melihatnya lamat meneliti satu persatu. "Kok bisa ada fotonya?" Tanyanya kemudian.
Nayna menghela nafas pendek, ia masih bingung dengan situasinya sekarang, semakin rumit. Sedari tadi ia berpikir, siapa yang memotret dan menyebarkan fotonya itu? Tentu saja jika dilihat sekilas fotonya, semua orang akan mengira yang tidak-tidak.
"Ada yang fotoin, terus disebar sampe dipajang di mading. Tapi gue gak tau siapa," Dia menjeda, "Masalahnya semua orang ngira gue selingkuh sama Lo."
"Salah Lo." Sarkasnya datar lalu memasukkan foto-foto itu ke saku celana.
Nayna menopang dagu dengan kedua tangannya, menatap bangunan-bangunan pencakar langit yang berjejer tegak di seberang gedung sekolah, "Maka dari itu, gue minta maap. Makasih juga buat yang waktu itu." Memang dari awal semua ini adalah kesalahannya, dan kata 'jika' kini terselip sebagai pengandaian harapan pengulangan waktu.
Jika waktu bisa diputar..
Jika saat itu ia tidak menangis di dada laki-laki itu..
Jika bensin Nusa tidak habis...
Jika Arjuna tidak batal menjemput..
Jika ia tidak pelupa..
Jika..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Behind
Teen FictionKepindahannya tiga tahun yang lalu telah mengubah telak hidupnya. Ia benar-benar sudah meninggalkan masa lalu kelam setelah seseorang datang ke dalam hidupnya. Dia juga tidak ingin masa lalunya diketahui orang lain. Sialnya, ada orang yang mengetahu...