Holaa happy reading ❤️
Kini Nayna kembali duduk di sini, di ruangan sempit dengan segelintir orang yang sedari tadi tengah fokus membaca beberapa lembar kertas yang katanya disebut naskah.
Disaat orang lain tengah sibuk dengan kertas ditangan mereka, Nayna sendiri memikirkan perkataan Sabil saat pelajaran terakhir tadi, bagaimana jika ia fokus saja pada kegiatan di klub jurnalistik ini, selagi memberi Arjuna waktu dengan tidak mengganggunya terlebih dahulu. Karena percuma saja jika ia bersikeras memberikan penjelasan sekarang, Arjuna selalu menghindarinya.
"Jadi gimana? Setuju gue angkat tema ini?" Azam angkat suara, semua orang menegakkan tubuhnya.
"Menurut gue bagus kok, tema ini jarang dipake. Ada pesan moralnya pula, gue setuju deh,"
"Iya, gue juga sependapat sama Rahma, yang ini aja." Seru Tio sembari menggulung lembaran kertas itu jadi mirip seperti teropong.
"Oke, kalo gitu. Buat yang lain ada yang nggak setuju?"
Satu orang mengangkat tangan, itu Lina.
"Kalo jawaban Lo sama kayak mereka berdu--"
"Gue gak setuju." Semua orang menoleh memberi tatapan penasaran atas jawaban yang Lina berikan.
Azam diam beberapa saat lalu bertanya kembali, "Kenapa Lo gak setuju?"
"Menurut gue ini ribet, gue gak yakin karakter tokoh disini bisa dikuasai para pemeran kita," gadis itu membuka lembar kertas satu persatu, "Cerita ini juga terlalu banyak tempat, gue gak yakin bakal selesai sesuai target. Lo juga harus garis bawahi kalo kita itu udah kelas dua belas, segala tes praktek pasti nyita waktu kita."
Sebagian anggota saling melirik, tidak tahu harus menanggapi apa.
"Paling sebulan juga selesai Lin, kita kan punya dua hari selama seminggu, masa iya gak selesai. Lagian kalo tugas praktek segala macem itu kan bisa dihari biasa."
Nayna mengangkat tangan ingin menyampaikan pendapatnya, "Gue setuju, sepemikiran sama Lina. Ya, Lo pikir segampang itu? Dalam sebulan kita cuma punya 8 hari, dan Lo yakin bakal selesai?" Nayna membasahi bibirnya yang kering, "satu atau dua hari aja gue gak yakin satu dialog itu diucapin dengan baik, apalagi dengan kualitas akting yang belum kita liat kan? Cuma penilaian individu dari Azam seorang."
Semua orang sempat termangu mendengar penuturan pendapat dari perempuan yang dari awal terlihat tidak tertarik sama sekali dengan pembahasan ini, tiba-tiba berbagi pemikiran yang bahkan sebagian dari mereka saja tak kepikiran sampai kesitu.
"Gue cuma ngasih pendapat gue, gak bermaksud ngatur. It's okey kalo--"
"Ada naskah yang menurut Lo lebih bagus dari ini?" Azam menatap Lina dan Nayna bergantian.
Nayna berpikir sejenak, mengingat tulisan salah satu teman di grup literasi yang menurutnya bisa dijadikan naskah, tentu dengan mengajaknya bekerja sama, "Ada si, kalo kalian mau pertimbangin, gue kirim malam ini." Ucap Nayna mantap, Semuanya mengangguk-anggukkan kepalanya setuju.
Setelah hari panjang itu Nayna bertekad untuk mengontrol dirinya, hubungannya dengan Arjuna mungkin saja sudah berakhir namun menurutnya ini baru awal, awal dari perjuangan panjang yang mungkin kedepannya akan lebih melelahkan dari ini, ibarat sebuah kapal yang baru berlayar, ia tidak akan pernah berhenti walau diterjang ombak besar.
Tak butuh waktu lama gadis itu segera terlelap menuju alam mimpinya.
***
Untuk hari ini Sabil dan Nayna sengaja tidak membawa bekal, mereka telah sepakat istirahat jam pertama nanti akan makan dikantin bersama Jihan. Sesuai apa yang dikatakan Sabil beberapa hari lalu, ia ingin Nayna juga menceritakan masalahnya pada Jihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Behind
Teen FictionKepindahannya tiga tahun yang lalu telah mengubah telak hidupnya. Ia benar-benar sudah meninggalkan masa lalu kelam setelah seseorang datang ke dalam hidupnya. Dia juga tidak ingin masa lalunya diketahui orang lain. Sialnya, ada orang yang mengetahu...