satu

747 74 3
                                    

Jakarta, Juli 2014

Rahayu segera melompat turun begitu bus berhenti di halte SCBD , ia berlari secepat mungkin menyusuri trotoar menuju suatu cafe yang berada di dalam kawasan bisnis ibu kota.

Kalau saja bosnya tidak membuat rapat dadakan setengah jam menuju jam pulang kerja, ia pasti tidak akan datang terlambat malam ini. Tapi setelah dipikir-pikir bukan sekali dua kali bosnya mengadakan rapat tepat pukul setengah empat sore, sudah sering.

Dari dalam tasnya ia bisa mendengar dering ponselnya meraung, "Halo..."

"Lo dimana ay? gue nunggu kayak anak ilang nih depan pintu masuk."

Rahayu yakin kalau sahabatnya itu pasti sudah kesal, sangat kesal. Menunggu kedatangannya dengan wajah masam.

"Maaf kar, gue udah liat lo kok. Coba nengok ke kiri." Rahayu melambaikan tangan kanannya agar perempuan yang berdiri sekitar 100 meter didepan bisa melihatnya.

"Ayo masuk!" Karina langsung menarik tangan  Rahayu untuk mengikuti langkahnya.

"Gue nafas dulu kek." Rahayu mencoba mengatur nafasnya, berlari dari halte ke sini ternyata cukup melelahkan.

"Masa iya lu gak nafas dari tadi, mati dong."

Karena tidak perduli, ia terus membawa Rahayu hingga berhadapan dengan dua lelaki bertubuh kekar yang mengenakan baju safari hitam.

"KTP lu." Karina mengadahkan tangannya ke depan muka Rahayu.

"Nih."

Setelah memeriksa nama yang tertera di tiket dengan KTP yang diserahkan oleh Karina, salah satu lelaki itu mengangguk lalu mempersilahkan mereka berdua untuk masuk ke dalam.

Suara musik yang begitu familiar di telinga Rahayu membuatnya bersemangat, dia sangat menyukai band tersebut tapi malam ini adalah yang pertama kali untuknya melihat secara langsung aksi musik dari ke lima lelaki yang tengah berdiri di atas panggung.

"Kelamaan sih lu, kita nggak bisa di depan kan jadinya." Karina mengeluh saat usahanya untuk maju ke depan tak berhasil. Sudah terlalu padat, akhirnya mereka berdua memilih untuk berdiri di bar.

"Jauh banget lagi, nggak bisa liat mukanya Gery kan." Karina mencoba untuk jinjit sesekali, namun wajah tampan sang vokalis tetap tidak bisa terlihat.

"Ya nanti kalo manggung lagi kita datengin lagi."

"Mau seribu kali manggung kalo lo ngaret lagi ya percuma Ayu!"

Rahayu hanya bisa tersenyum, lalu meminta segelas Orange Juice ke Bartender yang berdiri di dalam bar.

"Minum nggak?"

"Irish Cream ya." Karina sedikit berteriak agar bartender tersebut bisa mendengar suaranya.

--

Sudah satu setengah jam, dua sahabat ini turut bernyanyi bersama dengan dua ratus penonton lainnya. Mulai dari lagu kasmaran hingga lagu patah hati, malam ini berlalu dengan caranya sendiri.

Pertunjukan berakhir dengan kembang api yang menyala dari panggung diikuti tepuk tangan dan sorak sorai penonton.

"Terima kasih atas dukungannya, sampai jumpa di panggung berikutnya. I love you!" Seru sang vokalis.

"I love you more!!!" Teriak Karina begitu kencang, namun sudah pasti hanya Rahayu dan beberapa orang yang mendengar.

Lampu panggung padam, diikuti dengan penonton yang mulai membubarkan diri dari depan panggung, ada yang ke toilet ada juga yang langsung keluar dari cafe tersebut.

KETIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang