enam

121 34 2
                                    

Bandung, Januari 2015

Rahayu terbangun dari tidurnya karena ia merasakan bantal yang digunakannya bergerak. Ehh sejak kapan bantal bisa bergerak ?

Badannya terasa pegal karena terlalu lama tidur dengan posisi miring ke kanan.

Perlahan ia mulai menyadari kalau ada pergerakan teratur dari bantal yang menjadi alas kepalanya. Samar ia juga mencium wangi segar gourmet yang berpadu dengan wangi hutan, membuatnya teringat dengan aroma tubuh seseorang.

Rahayu tersentak membuka matanya, yang tengah dilihatnya sekarang bukanlah langit-langit kamar bukan juga dinding kamar karena seingatnya dinding kamar penginapannya berwarna krem bukan... warna apa ini? Rahayu memperjelas penglihatannya, ohh warna navy.

Navy?

Rahayu melompat bangun dari posisi ia berbaring. Dilihatnya Aryan masih memejamkan mata dengan posisi duduk bersandar di sofa.

Aryan?

Kenapa Aryan bisa ada disini ? Kenapa dia tidur di pangkuan Aryan?

Aryan mengerjapkan matanya, pergerakan Rahayu yang secara tiba-tiba membuatnya terbangun.

"Aku mau tidur lagi." Suara Aryan terdengar parau sambil mengubah posisinya, dari sebelumnya duduk menjadi berbaring di sofa. Tubuhnya yang tinggi membuat kakinya menekuk tidak bisa di luruskan.

Rahayu yang masih terkejut tidak merespon, otaknya yang belum berfungsi 100% mencoba mengingat apa yang telah terjadi.

Potongan gambar bermunculan di kepalanya bersatu padu menjadi sebuah video ingatan yang cukup panjang. Bermula dari dirinya yang sedang duduk mememandangi gemerlap kota bandung seraya menyesap segelas coklat panas, lalu keriuhan yang terjadi karena penggemar Mahaka, lalu saat ia membuka pintu kayu dan mendapatkan Aryan di balik pintu tersebut. Berlanjut saat mereka berdua berdiri begitu rapat di balik tembok seraya mengamati pergerakan orang-orang yang di jalan dekat penginapan, lalu mereka berdua melompati tembok, Aryan memeluknya karena nyaris terjatuh ke dalam kolam renang. Tunggu, Rahayu meralat ingatannya, bukan memeluk tapi menangkap tubuhnya. Lalu...

Aryan yang enggan keluar dari penginapan karena wartawan masih belum membubarkan diri, yang akhirnya malam berubah menjadi dini hari dan seingat Rahayu posisi terakhirnya duduk di sofa, posisi Aryan juga duduk di sofa sebelahnya.

Tapi kenapa pagi ini ia terbangun dengan posisi yang berbeda ? Rahayu menajamkan ingatannya mencoba menggali lebih dalam, tapi nihil ia tidak menemukan jawaban yang ia inginkan.

Aryan mengintip dari balik punggung tangannya yang sengaja ia letakkan diatas kepalanya. Wajah polos Rahayu yang baru bangun tidur tapi begitu cerah karena terkena sinar matahari yang masuk dari celah jendela, membuat senyuman kecil tersungging diujung  bibirnya.

Mendengar nada dering ponselnya membuat Rahayu berlari kecil ke area tempat tidur, di atas kasur ia melihat ponselnya terus berkedip.

Rendra , nama yang tertera di layar ponselnya.

"Halo mas." Rahayu mengangkat panggilan tersebut.

"Ay, kamu dimana? Katanya mau ngobrol dulu sebelum rapat di mulai." Rendra menanyakan keberadaan Rahayu.

Rahayu melihat jam tangannya, jam 7 lewat hampir setengah 8. Ya ampun, padahal rapat pagi ini di mulai jam setengah 9. Pagi ini akan membahas persiapan final peresmian hotel yang akan di laksanakan minggu depan.

"Maaf mas, aku masih di atas. Kayaknya sampe ke hotel juga bisa terlambat." Rahayu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

"Kamu jadi nginep disana?"

KETIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang