lima

130 35 1
                                    

Jakarta, Januari 2015

Waktu berjalan sangat lambat untuk Rahayu, empat bulan terakhir di Tahun 2014 begitu menyiksa dirinya. Bukan hanya dirinya tapi juga keluarganya. Ayah dan ibunya turut diganggu oleh wartawan, mereka berhasil menemukan alamat rumah orang tuanya dan tidak jarang menunggu dengan sabar dari depan pagar. Kemana kaki Rahayu melangkah dia akan melihat orang-orang menatapnya penuh tanya seraya berbisik. Bukankah itu sangat tidak nyaman?

Menonton konser Mahaka di The Pallas ternyata awal mula masalah di hidupnya muncul, menghadiri kegiatan di Cirebon juga menambah lagi masalah di dalam hidupnya.

Disangka sebagai ibu dari anak perempuan yang tidak ia kenal, dituduh sebagai perempuan simpanan gitaris Mahaka band terkenal seantero jagat, hingga dikira sebagai penguntit hanya karena tidak sengaja menginap di hotel yang sama dengan si gitaris tersebut.

Bisa-bisanya Aryan berpikir kalau dia adalah penguntit hanya karena mereka menginap di hotel yang sama ketika berada di Cirebon. Rahayu mengetahui hal tersebut dari manajer Mahaka yang mengajaknya untuk berbicara saat itu. Dia bahkan diminta untuk menandatangani surat pernyataan kalau dia bukan penguntit, kalau sampai dirinya terlihat atau tertangkap kamera berada di sekitar Aryan pihak manajemen akan membawa masalahnya ke polisi. Rahayu menolak mentah-mentah permintaan Pak Bowo, sangat tidak masuk akal bukankah dirinya juga dirugikan atas pemberitaan ini ?

Sejak saat itu Rahayu berjanji kepada dirinya sendiri akan berhenti menonton konser Mahaka, dia juga berhenti menjadi penggemar Mahaka.

Setiap hari Rahayu terus berdoa kepada Tuhan agar dunia segera melupakan dirinya, agar orang-orang berhenti menatapnya dan membicarakannya. Dia berharap tidak pernah bertemu lagi dengan Aryan, dia takut ada yang mengambil foto secara diam-diam dan membuat berita aneh.

Rahayu berharap tahun baru ini dapat berjalan dengan baik tidak ada lagi pemberitaan apapun yang melibatkan dirinya di semua media, baik televisi, internet ataupun tabloid mengingat keadaan sudah lebih tenang sejak awal bulan November kemarin.

Gosip tentang Aryan dan dirinya tenggelam karena isu perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pengacara kontroversial terkuak, ditambah dengan berita mengenai seorang bintang sinetron yang telah berpindah keyakinan.

Rahayu membuka lemari pakaiannya, ia mengeluarkan koper kecil berwarna merah tua lalu mulai mengemasi beberapa pakaiannya. Selama dua minggu ke depan dia akan berada di Bandung karena pekerjaannya.

Perusahaan tempat dia bekerja merupakan sebuah grup manajemen hotel swasta yang cukup besar di Asia Tenggara. Masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1997 dan tetap bertahan hingga saat ini. Minggu depan perusahaan tersebut akan meresmikan hotel barunya di Kota Bandung tepatnya di Cihampelas.

"Kamu selama dua minggu nggak pulang?" Tanya ibu yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu kamar Rahayu.

"Ya belum tau bu, kalau bisa pulang ya Ayu pulang. Kalau nggak ya Ayu nggak pulang." Jawab Rahayu yang sekarang sedang mengemas peralatan mandinya.

"Akhir pekan ibu susul ya sama ayah, bisa kan nginep di sana?"

Rahayu sudah mengira pertanyaan ibu yang satu itu, "Bisa, tapi pasti kan? Ayu block kamarnya nanti."

Ibu tersenyum senang mendengarnya. "Pasti bisa kok." Ucap Ibu tanpa bertanya terlebih dahulu kepada suaminya.

"Kamu di jemput kan? Apa naik kereta?"

"Aku naik kereta." Sebenarnya Rahayu diberikan fasilitas mobil oleh kantor untuk mengantarnya ke Bandung, tapi ia lebih memilih menggunakan kereta.

Berduaan dengan supir kantor di dalam mobil pasti akan terasa canggung pikir Rahayu saat mengetahui kalau supir yang akan mengantarnya bukanlah supir yang ia kenal. Pak Hardi, supir yang sudah ia kenal cukup lama sedang cuti hari ini.

KETIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang