"Tuan muda, Gwaenchanseyo?" tanya pria berjas hitam yang melihat majikan nya terlihat gelisah dari kaca depan.
"Anniyo, hanya saja... Ah! Nan Gwaenchana." daripada membuat kepalanya semakin pening untuk memikirkan jawaban, pria bermarga Jeon itu memutuskan untuk pura-pura tidak tahu.
Jeon Jungkook, pria 23 tahun [Usia Korea] itu merasakan sesuatu yang aneh ketika ia berlari menuju mobil beberapa second yang lalu.
Tadi ia tengah bercengkrama dengan para buku yang ada di perpustakaan kota. Lalu ia menerima kabar bahwa ayah nya pingsan dan tengah di rawat di rumah sakit. Jadi ia bergegas untuk menuju mobil yang akan menjemput nya.
Tapi aneh nya, di trotoar yang tak jauh dari mobil jemputan nya terparkir. Angin tiba-tiba kencang lalu tiba-tiba normal lagi ketika ia sudah memasuki mobil.
Sebagai seorang mahasiswa fakultas kedokteran, ia mempelajari banyak tentang Sains. Tapi, ia malah menyimpulkan kalau malaikat tengah menyambut nya di hari pertamanya kembali ke Korea.
"Bagaimana kondisi Abeoji?" tanya nya serius menatap pria bernama Jaehyun itu.
"Nyonya mengatakan bahwa Sajangnim baik-baik saja. Dia hanya ingin bertemu dengan anda." jelas Jaehyun, ia baru mendengar kabarnya beberapa waktu yang lalu.
"Jaehyun-ssi, bukankah percakapan mu dengan ku terlalu kaku? Kita seumuran, Ayolah... Rasa nya tidak nyaman." Jungkook terlihat seperti merengek kepada pria yang tengah menyetir itu.
"Maaf Tuan Muda. Kau adalah atasan ku, lagipula aku tidak menganggapmu sebagai teman."
"Bagaimana jika aku ingin berteman dengan mu? Aku tak punya teman disini... Teman-teman ku dulu, um-" Jungkook menghentikan ucapannya, ekspresi nya menghilang seketika.
"Kenapa?"
"Anniyo."
Ya beginilah Jungkook, dia cukup ramah tapi ia juga banyak menyembunyikan masalah. Ia tak mungkin mengatakan, kalau semua teman nya mati dalam sebuah kecelakaan kan? Itu terdengar seperti sebuah lelucon kuno bagi orang yang tidak suka berteman.
Ia menjalani perawatan Depresi selama setahun saat itu. Karena rasa kehilangan teramat besar karena kecelakaan beruntun 5 tahun lalu, ia baru melanjutkan kejar paket setelah dinyatakan sembuh dan mendapatkan peringkat tertinggi seperti biasanya.
*
Bangunan besar dengan 5 lantai ini adalah tujuan nya. Ia berniat untuk menjenguk ayah nya yang sempat tak sadarkan diri tadi.
"Eomma, ada apa dengan Appa?" tanya nya melihat ibu nya yang terlihat menghampiri nya lalu tiba-tiba memeluk nya.
"Kau tak apa-apa kan?"
Jungkook mengernyit bingung. Bukannya pertanyaan itu seharusnya yang ia lontarkan pada wanita itu untuk menanyakan kondisi ayah nya.
"Nan gwaenchana. Apa yang terjadi?"
"Mungkin kau tidak akan percaya. Tapi Appa mu ketakutan setengah mati karena benda yang kami bakar tadi."
"Apa hubungan nya denganku?"
"Appa mendapatkan mimpi, bahwa kau akan kehilangan nyawa mu jika kami tidak menyingkirkan benda itu. Tapi ia malah pingsan di ambang pintu, dan Eomma yang membakarnya sendirian. Jadi karena dia tidak tahu, sekarang dia ingin bertemu dengan mu, untuk memastikan apa kau baik-baik saja. Syukurlah..." wanita paruh baya itu mengusap lembut kepala anak tunggal nya itu.
Omongan panjang lebar nya sama sekali tidak berpengaruh apa-apa pada Jungkook. Mana ada manusia yang mati karena benda yang tidak bergerak bahkan ia tak menyentuhnya? Benda saja adalah zat mati. (JK belum tahu Santet khas negara tercintah)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dysphoria [SaKook]
FanfictionSiapa yang tahu rencana tuhan? Kebahagiaan itu hanya sebuah kontrak tanpa tanda tangan yang bersifat sementara.