Chapter 9 : Am I Really Going to Leave

290 57 9
                                    

Sudah berjalan satu minggu semenjak Sana dan Hyunjin tinggal di Apartemen Tzuyu. Mereka akrab dan cukup menyenangkan bisa tinggal dalam satu atap.

Tapi Sana, gadis itu tak seceria sebelumnya, bahkan ia lebih jadi pendiam sekarang.

Sana menyadari semakin hari ia semakin tak terlihat, walaupun sekarang masih cukup jelas. Tapi tetap saja, ia tahu ini akan terjadi. Ia akan segera naik tak lama lagi.

Sekarang ia menatap terang nya cahaya bulan di balkon apartemen Tzuyu. Ia membayangkan bagaimana dirinya akan pergi, mungkin tanpa berpamit suatu hari nanti.

"Apa benar kau akan segera menyeberang?" tanya Hyunjin yang berdiri di sebelahnya.

"Entahlah... Tapi kurasa begitu." Sana menjawab nya dengan senyuman, ia menatap langit yang damai tanpa sadar ia menitikkan air mata.

"Noona, jangan pergi."

Sana menatap Hyunjin terkejut, sembari mengusap air mata nya.

"Kau memanggil ku Noona?"

"Memangnya tidak boleh?! Bukannya kau yang selalu menyuruhku untuk memanggilmu Noona?"

Sana tertawa lalu mengacak rambut hitam laki-laki itu.

"Kenapa kau tak ingin aku pergi?"

"Apa aku perlu alasan untuk mengatakan nya?"

"Tentu saja. Kau selalu menyumpahi ku untuk segera pergi sebelumnya."

Benar juga, Hyunjin selalu mengatakan hal-hal tentang menyeberang untuk Sana.

"Aku hanya ingin merasakan betapa hebatnya jika aku punya kakak seperti mu. Hyeong ku tak pernah menganggapku ada, bahkan ia terlihat biasa saja saat aku mati. Tapi kau, kau menjagaku. Kau sedikit menyebalkan, tapi kau kakak terbaik bagiku. Walaupun kita hanya bertemu karena ketidaksengajaan, aku masih bisa bersyukur karena Tuhan mempertemukan kita."

Sana tak salah lihat kan? Hyunjin menangis.

"Yak kenapa kau menangis?!"

"Aku tak ingin kau pergi... Setidaknya jangan pergi sebelum diriku. Aku tidak mau tahu!"

Hyunjin berjalan pergi sambil menyeka air mata nya.

Sana masih ditempat nya, tapi ia bahagia. Anak itu sudah jujur pada nya.

"Kau dengar ucapannya kan? Jangan menarikku secepat itu..." ujar Sana kepada langit. Entah Tuhan mendengar nya atau tidak, tapi itulah harapannya. Ia bahkan tidak tahu alasan dia memudar.

"Cih! Kau bahkan tak memberi jawaban."

"Dia tak akan memberi jawaban jika kau terlihat membencinya seperti itu." Sana mengecek suara siapa itu, ternyata Yoongi yang tiba-tiba muncul.

"Lalu kemana dia? Apa dia tidur? Setiap hari aku berdoa supaya keinginan ku terkabul, tapi nihil. Dia diam saja." Sana mendengus kesal.

"Tuhan tidak pernah tidur. Dia akan selalu terjaga untuk mendengar segala permintaan makhluk nya."

"Kenapa dia pelit kepada ku? Dia juga yang menciptakan ku."

"Lihat tubuhmu. Mungkin dia akan mengabulkan permintaan mu untuk segera menyeberang."

"Geudae, aku masih belum siap."

"Kenapa?"

"Entahlah, tapi sesuatu terasa menjanggal di hatiku. Rasanya berbeda. Harusnya kau tahu apa yang tengah menimpaku, kenapa kau bersikap seolah-olah tak mengetahui apapun."

Dysphoria [SaKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang