Jungkook sudah kembali ke apartemen nya setelah menemui kedua orangtua nya. Ia selalu datang ke rumah mereka hanya sekedar menyapa setiap minggu.
Jungkook benar-benar penasaran, apa yang terjadi dengan Tzuyu hingga panik dan pulang tanpa alasan yang jelas tadi.
Ia ingin bertanya, tapi ia tak berani untuk mengetuk pintu sebelah apartemen nya. Masih ada sesuatu yang mengganjal, hal ini membuat nya kalut dalam pikiran nya hingga larut malam.
"Apakah aku salah bicara? Siapa Sana itu? Apa salah satu teman Tzuyu yang menyukaiku? Tapi itu tak mungkin, secara aku tak pernah bertemu dengan siapapun kenalan nya."
Jungkook berjalan menuju kamar nya, bukan untuk tidur. Ia hanya ingin merenung saja.
Tes!
Air mata jatuh dari pelupuk mata nya tanpa aba-aba.
"Ada apa denganku sebenarnya? Kenapa hatiku sakit sementara aku tak merasa telah melakukan sesuatu yang buruk?"
Jungkook mengusap air mata nya, namun partikel kecil dan cair itu terus jatuh seolah-olah telah membuat manik cokelat Jungkook menjadi air terjun.
"Kenapa aku menangis?"
*
*
"Hyunjin bagaimana ini? Apa Sana tak akan kembali?" Tzuyu nampak sangat cemas. Mereka tak menemukan gadis itu bahkan jam sudah melewati waktu tengah malam.
"Hei sebaiknya kau kembali ke apartemen mu saja. Biar aku yang mencari nya. Manusia memerlukan istirahat."
"Tapi Hyunjin, aku tak akan bisa tidur jika tidak menemukan nya."
Hujan deras sudah berganti gerimis beberapa menit yang lalu. Cahaya lampu jalan dapat memperlihatkan tetesan-tetesan air mata langit itu dengan jelas bersamaan dengan seorang gadis yang berjalan mendekati Tzuyu dan Hyunjin.
"Sana?!" Tzuyu terkejut, gadis itu berjalan dengan tubuh nya yang kering. Air-air bervolume kecil itu hanya mampu menembus nya.
"Yak! Noona! Kau kemana saja?!!" emosi Hyunjin melunjak tinggi. Ia sangat khawatir karena Noona nya menghilang tanpa alasan.
"Aku hanya berkeliling sebentar." Sana tersenyum, mencoba menunjukkan bahwa diri nya baik-baik saja.
"Sana, apa yang terjadi?" kini giliran Tzuyu yang bertanya.
Menatap gadis itu saja, hati Sana kembali terluka. Tapi dia mencoba melupakan nya.
"Tidak ada. Aku baik-baik saja."
"Kulihat kau menangis dan berlari tadi."
Tzuyu melihatnya? Sana tak tau kalau gadis itu tersadar lebih cepat dari perkiraan nya.
"Jujur lah saja, setidaknya beban mu akan sedikit ringan jika kau membagi nya dengan kami." Tzuyu melihat ekspresi kebingungan Sana, jelas sekali gadis itu tengah memikirkan alasan untuk berbohong.
"Na gwaenchana. Kurasa belum saat nya aku naik sekarang? Maka dari itu Dewa menarikku pergi dari tempat itu." ujung bibir Sana naik, ia sepenuhnya tersenyum saat ini. Walaupun dalam hati ia masih menangis.
Tzuyu masih tak terlalu percaya mengingat Sana terlihat tidak baik-baik saja tadi.
"Tzuyu-ya... Bukankah ini sudah larut? Seharusnya kau tidur." ujar Sana mencoba mengubah topik yang tengah diperbincangkan.
"Kau benar-benar tidak menyembunyikan sesuatu dariku kan?"
"Yak! Apa aku terlihat seperti berbohong sekarang?" Senyumannya semakin lebar, alhasil dapat membungkam ketidakpercayaan Tzuyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dysphoria [SaKook]
FanfictionSiapa yang tahu rencana tuhan? Kebahagiaan itu hanya sebuah kontrak tanpa tanda tangan yang bersifat sementara.