Oleh Asiyah Murat Taş
Hari ini nampak berbeda, tak banyak lalu lalang orang berjalan memadati kota metropolitan Istanbul. Pandemi yang bernama virus Corona (Covid-19) menyerang hampir seluruh dunia, termasuk Turki. Aku tinggal di kota Istanbul, kota yang menyimpan banyak cerita peradaban Islam masa lalu. Kota yang membuat orang-orang selalu rindu untuk datang lagi, banyak tempat-tempat bersejarah didalamnya. Peninggalan kekaisaran Romawi kuno sampai ottoman, masih bisa kita nikmati dan saksikan sampai sekarang. Kota cantik ini juga terkena imbasnya. Tahun ini aku tidak bisa melihat festival bunga tulip di Sultanahmet dan seluruh kawasannya. Bandara di tutup dan tak ada Turis yang datang. Kami semua seperti terpenjara dibalik tembok-tembok rumah kami. Entah sampai kapan, semoga keadaan segera membaik. Sungguh dunia punya cerita.
Siang kian menjelang tak terasa persediaan makanan di rumah mulai habis. Aku pergi ke supermarket dekat rumah. Disana orang-orang mulai melindungi diri mereka dengan memakai masker dan sarung tangan. Mereka juga saling menjaga jarak satu sama lain. Kini aku berada pada antrian kasir yang juga diberi jarak. Aku yang sedang menunggu merasa sangat tidak nyaman dengan pandangan nanar seorang laki-laki muda tinggi semampai. Ketika saja aku balas memandanginya, ia pun mengalihkan pandangannya kearah lain. Aku sudah bersiap-siapa adu argumen seandainya laki-laki itu berbuat rasis dan meneriakiku Corona. Untung saja hal itu tidak terjadi. Adanya pandemi virus ini, membuat sebagian orang saling curiga satu sama lain. Dan aku bisa memahami itu. Semua orang bersiap siaga akan kemungkinan yang terburuk. Tetapi hidup harus terus berjalan walau keadaan kini serba sulit. Kami harus tetap bertahan, menjaga kesehatan dan menyiapkan makanan pokok di rumah agar bisa melewati masa sulit ini. Kami percaya dunia akan segera membaik.
Aku pun pulang ke rumah dan menceritakan apa yang aku alami di supermarket kepada suamiku. "Jaga diri baik-baik ya"ucap suamiku sangat khawatir, dan selalu berpesan agar aku selalu berhati-hati. Malamnya kami menghabiskan waktu untuk menonton berita di televisi. Malam ini malam sabtu, kira-kira pukul 10 malam. Pemerintah Turki mengumumkan hari sabtu dan minggu, semua orang dilarang keluar rumah. Suamiku bertanya persediaan makanan kami, aku pun menjawab cukup. Pengumuman yang mendadak membuat semua orang berhamburan keluar rumah. Ada yang membeli roti dan makanan pokok lain yang sudah habis dirumah. Aku jadi teringat sebelum wabah virus ini ada. Aku dan suami pernah menonton film horor zombie. Film itu menceritakan bagaimana orang-orang bertahan selama 30 hari sampai matahari muncul dan zombie pun lenyap. Aku berkata kepada suamiku, "Sayang, gimana ya kalau diluar sana ada zombie. Kita juga harus bertahan dan tidak keluar rumah"sambil membayangkan jika hal itu terjadi. Suamiku tersenyum dan tertawa,
"Kalau ada kita harus mengunci pintu rumah rapat-rapat. Tapi itu hanya film sayang" suamiku menimpali khayalanku dan malah tertawa setelahnya. Dan hari ini, semua orang berada didalam rumah mereka masing-masing. Virus ini cepat sekali menyebar, dan untuk memutus penyebarannya sementara tidak keluar rumah.Kami masih menyaksikan berita malam itu. Pengumuman pemerintah Turki yang mendadak ternyata membawa kekisruhan. Orang-orang terlihat tidak melindungi diri mereka dengan masker dan sarung tangan. Terlihat juga antrian panjang yang membuat mereka saling bertengkar. Aku dan suamiku memutuskan tidak keluar rumah malam itu. Kondisi seperti itu sangat berbahaya. Terlalu ramai dan saling berkumpul. Malam ini akan sangat panjang, karena esok orang-orang tak ada satu pun yang keluar rumah. Karena jika keluar, akan di denda oleh pemerintah. Minggu berikutnya pemerintah Turki sudah dari jauh hari memberi pengumuman. Orang-orang juga terlihat lebih siap dari minggu sebelumnya. Selama di rumah saja, aku dan suami mengisi waktu dengan hal-hal yang membuat kami nyaman. Seperti nonton film, mengaji, main game, membaca buku dan yang selalu dilakukan adalah memasak. Belajar menu-menu baru sambil mengisi kekosongan waktu yang ada. Tak terasa sudah hampir 1 bulan lebih dirumah saja, perasaan bosan kian melanda. Untung saja, KBRI di Ankara membuat seminar via online lewat aplikasi zoom. Disana kami jadi bisa berkumpul dan mendengar obrolan, nasehat dan belajar masak. Lagi-lagi dunia sedang bercerita tentang keadaannya hari ini. Sebisa mungkin, kita harus tetap waras. Dan mencoba melakukan kegiatan yang bermanfaat selama dirumah.
Dan masih dirumah saja, hari demi hari rasanya begitu cepat. Masjid-masjid di Turki sementara masih di tutup. Ada perasaan sedih, karena Ramadhan tahun ini tidak bisa shalat tarawih berjamaah di masjid. "Rasanya sedih sekali, tahun ini puasa Ramadhan tidak bisa shalat tarawih di masjid"ucapku kepada suamiku. "Aku pun sedih, tapi mau bagaimana lagi. Kita shalat dirumah saja, sambil menunggu keadaan membaik" jawab suamiku. Semoga keadaan segera membaik, dan kehidupan kembali normal. Sungguh hal yang baru menghadapi wabah seperti ini dan masih tidak percaya bahwa aku akan mengalaminya. Selain membaca buku, hal yang aku lakukan dirumah adalah melihat tayangan youtube. Disana ada ceramah agama mengenai akhir zaman. Dan seperti nya memang tanda-tanda itu sedang kita rasakan. Aku selalu berdoa semoga Allah menjaga dan melindungi. Serta memperkuat iman agar bisa menghadapi akhir zaman jika mengalaminya. Dan sungguh Allah Maha mengetahui kapan terjadinya.
Ketika asik melihat ceramah agama via youtube. Ada panggilan video masuk, ternyata Ibunda dari Indonesia ingin video callan via whatsapp. "Bagaimana kabar kamu dan keluarga di Turki?"tanya ibunda khawatir mengenai keadaanku." Alhamdulilah kabar ananda baik, Ibunda dan keluarga di Indonesia bagaimana kabarnya?"tanyaku balik."kami disini juga baik"jawabnya. Aku dan Ibunda mengobrol cukup lama. Kami saling memperlihatkan keadaan kami. Alhamdulillah kami semua dalam keadaan sehat. Aku berpesan agar Ibunda dan keluarga jangan lupa selalu mencuci tangan dan selalu bersih. Ibunda juga memberi nasehat, agar aku berhati-hati di negeri orang, mematuhi suami dan yang paling penting jangan pernah meninggalkan shalat. Sayangnya obrolan hari itu harus berakhir di karenakan perbedaan waktu Indonesia dan Turki. Di Indonesia sudah larut malam. Rasanya tidak cukup dan masih ingin berlama-lama mengobrol. Pandemi virus ini, membuat tahun ini tidak bisa berlebaran di Indonesia. Tidak bisa bertemu karib kerabat dan teman sejawat. Ketika harus menutup video ada perasaan sedih dan rindu yang teramat sangat. "Segalanya akan segera membaik " ujar suamiku yang bisa membaca kesedihan diwajahku. "Aku berharap segera, aku kangen sekali dengan Babah dan Ibunda serta saudara di Indonesia"tambahku dan akhirnya tangisku pecah. Suamiku memelukku sambil berkata,"Aku juga kangen, insya Allah jika Allah mengizinkan kita pasti akan pulang"tambahnya. Untuk beberapa saat menangis, namun setelah itu hidup harus tetap berlanjut, keadaan harus dihadapi. Sungguh Allah sebaik-baik perencana.
Istanbul, Salı 21 Nisan 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORİES 🌷
Cerita PendekCerita menarik untuk sang pemimpi. Karena hidup punya banyak cerita.😘 🌷